Aku tahu waktu kita tak banyak. Menghitung tetes-tetes airmata itu sesak. Telah kupilih dengan terpaksa menjadi orang asing di kediamanku. Ini rumahku. Sudah kauberikan sebagai pusaka yang mengenyangkanku. Dulu. Ketika kebun anggur masih terus rindang pokoknya dan burung-burung kecil masih berkicau riang di pucuknya. Aku tahu waktu kita tak banyak. Tungku-tungku asa telah penuh dipembakaran. Ingin mengabu lalu berkawan debu. Cinta yang kauperam untukku telah pendek nyawa. Menggiling kau dengannya di pusaka yang mengenyangkanku. Benar kiranya umurku menuju habis. Pusaka untukku kini nisan. telah kupilih dengan terpaksa... Kamboja mengering lara sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H