Semangat kerja orang Madura menjadikan mereka banyak dikenal sebagai orang yang punya etos bekerja yang sangat tinggi.Â
Etos sendiri punya makna sebuah nilai yang didasari ketekunan serta kerja keras. Disamping itu rupanya orang Madura terkenal pula masyarakatnya yang religius.Â
Namun dengan demikian hal ini lah yang menjadi salah satu motivasi mereka bekerja keras untuk mendapatkan harta yang nantinya akan dijadikan sebagai sarana untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan-Nya, dan tidak sedikit orang Madura beragama Islam yang mampu menunaikan ibadah haji dari hasil jerih payahnya sendiri.
Sate ayam madura, cukur rambut madura, sepertinya sudah tidak asing lagi pada benak banyak kalangan masyarakat.Â
Bahkan sudah hampir menjamur dan banyak dijumpai keberadaanya di beberapa daerah. Mengapa bisa di namai sate ayam "madura"? cukur rambut "madura"?Â
Faktanya, memang itulah bukti kreatifitas orang asli Madura sendiri, serta dengan kegigihan dan semangat kerja yang tinggi, hal ini pun membuahkan hasil yang luar biasa.Â
Tidak heran jika banyak orang asli Madura yang rela jauh-jauh merantau ke banyak kota-kota untuk membuka bisnis kecil-kecilan.Â
Seiring berjalannya waktu, beberapa dari mereka pun berinovasi untuk merambah bisnis baru, tetap dengan konsep yang sama yakni berjualan atau berniaga.Â
Akan tetapi mempunyai ciri khas terkhusus yakni, toko kelontong kekinian, apa yang dijual memanglah sama seperti toko-toko kelontong pada umumnya, yang menyediakan sembako seperti beras, gula, minyak, mie instant, telur dan kebutuhan sehari-hari.
Kita bisa menyadari di era yang sudah sangat maju ini, tentunya dalam hal segala aspek juga perlahan mengikuti, tetap dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan orang sehari-hari saja.
Nah, beberapa orang Madura yang merantau di beberapa kota ini, termasuk di kota Yogyakarta, tepatnya di kabupaten Bantul banyak didapati beberapa toko kelontong kekinian yang memiliki ciri terkhusus, adanya pom mini sebagai pelengkap toko tersebut.Â
Toko kelontong ini bisa kita ketahui lewat banner depan toko yang bertuliskan "Paguyuban Toko Kelontong Madura Yogyakarta".Â
Bangunanan sepetak atau sebilik sewaan kiranya cukup untuk menata rapih dagangannya dan dengan  adanya kulkas minuman yang berisikan minuman dingin menambah sejuk toko kelontong tersebut.
Sasaran-sasaran tempat toko kelontong ini hampir-hampir mendekati lingkup beberapa kampus di daerah ringroad selatan seperti UMY, Stikes Alma Ata, Stikes Ahmad Yani, yang identik tentu  dengan kost mahasiswa.Â
Kiranya juga bisa menyediakan kebutuhan sehari-hari para mahasiswa itu, meski bukan untuk belanja bulanan namun tetap tercukupi misal, beras atau bahan makan anak kost habis, mereka jauh lebih milih beli di toko kelontong ini yang berjarak lebih dekat daripada harus ke minimarket atau supermarket.Â
Walaupun sekarang supermarket besar itu udah banyak banget, tapi kepraktisan dari toko kelontong ini yang lebih gampang dijangkau.Â
Di zaman seperti sekarang ini  kan sudah banyak adanya minimarket, supermarket, yang jauh lebih menyediakan banyak barang lengkap serta berunsur konglomerasi.
Nah konsep dari pada toko kelontong ini ialah menyediakan barang dengan konsep yang sederhana tetapi tetap mumpuni.
Ide, reatifitas yang sangat unik dan menarik ini rupanya lama kelamaan banyak di jiplak juga oleh orang awam, tapi meski begitu si pelopor orang Madura pemilik toko kelontong ini tetap laris dan maju hinga mampu terus menambah cabang di beberapa daerah tersebar lain, karena punya pandangan bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur, tanpa perlu takut kalah saing.Â
Bahkan toko kelontong ini sudah memiliki lima cabang yang tersebar hampir di beberapa daerah di kota Yogyakarta, berdasar yang dituturkan pegawai toko kelontong tersebut "alhamdulillah toko ini udah punya 5 cabang malah".
Keberadaan pom mini sebagai pelengkap toko kelontong ini juga cukup membantu untuk masyarakat, termasuk orang-orang dekat situ, sebagai sarana darurat jika mungkin jarak pom bensin kejauhan atau tiba-tiba kehabisan.Â
Nominal pembeliannya pun juga bisa request lebih "mede" dibanding di pom bensin. Bahkan keberadaan toko kelontong ini sampai-sampai bisa memberi lapangan pekerjaan pula untuk orang lain.
Di sisi ini dipraktikkanlah fungsi ekonomi, dengan kata lain membantu beberapa perekonomian sebuah keluarga. Meski sama-sama mengais rezeki di tempat yang sama baik antara pemilik dan pegawai.
Merintis bisnis memang bukanlah hal atau sesuatu yang mudah, jika bagi sebagian orang itu mudah, bagi sebagian orang lain itu dianggap tidak mudah.Â
Perlu tekat dan kepercayaan  yang kuat sebagai pondasi utama menjadi seorang pembisnis, seperti orang Madura yang merintis bisnis jauh-jauh merantau dengan semangat bekerja yang keras, sudah pula dibuktikan dengan hasil kepemilikannya 5 toko kelontong kekinian ini.Â
Tanpa semangat bekerja yang tinggi dan kepercayaan kiranya cukup sulit untuk membangun sebuah bisnis. Tetapi jika punya etos dan kekonsistenan dalam bekerja kiranya mampu untuk sukses dan mensukseskan.Â
Kreatifitas yang dituangkan pula pada konsep toko kelontong madura ini sangat patut untuk di apresiasi, dia mampu menyediakan kebutuhan tapi dengan ciri terkhusus, orang dapat lebih mudah "niteni" atau memperhatikan, maknanya dalam Bahasa Indonesia.Â
Sehingga secara tidak langsung hal ini bisa menyita dan menarik banyak perhatian pelanggan. Daya beli pada toko kelontong ini juga kiranya mampu berputar untuk "kulakan" lagi, untuk menggaji pegawai.
Bahkan bisa terhitung sedikit-sedikit untuk balik modal, atau malah menambah cabang lagi dan lagi, cukup memotivasi bukan? Kiranya kita dapat mencontoh semangat tdalam etos bekerja dan berbisnis yang baik dari orang-orang Madura ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H