Nadiem Makarim telah terpilih sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Di satu sisi kita boleh bangga mempunyai mendikbud yang cukup muda dan berprestasi. Namun prestasi tersebut tidak di bidang pendidikan, melainkan bisnis dan ekonomi digital. Kita bertanya-tanya apa visi dan misi Nadiem ke depan.
Latar pendidikan Nadiem adalah bisnis dan IT. Nadiem adalah sosok  muda yang cerdas dan sangat mengerti teknologi digital. Selama menjadi CEO Gojek, cukup banyak terobosan dalam bisnis start-up yang ia lakukan. Ia sama sekali tidak mempunyai latar belakang pendidikan dan keilmuan yang terkait langsung dengan dunia pendidikan Indonesia.
Pendidikan sarjana dan pascasarjananya diraihnya di luar negeri. Nadiem memperoleh gelar MBA-nya dari Harvard University, universitas paling terkemuka di Amerika.
Kalaulah boleh kita berspekulasi Nadiem akan melakukan terobosan di bidang teknologi pendidikan. Dengan bekal pengalaman di dunia IT, Nadiem akan mendigitalisasi pendidikan di Indonesia. Nadiem akan berinvestasi secara besar-besaran di bidang teknologisasi pendidikan.
Ia akan mengubah paradigma dan mindset pendidikan dan para pendidik Indonesia. Nadiem akan membawa Revolusi Industri 4.0 ke dalam dunia pendidikan Indonesia. Dunia pendidikan, mau tidak mau, harus bermigrasi ke dunia digital. Masa depan dunia kini terletak pada dunia digital. Sebuah dunia digital yag terhubung ke seluruh dunia.
Hal ini sebenarnya sudah diawali dalam pendidikan di Indonesia sejak masa menteri-menteri sebelumnya. Mendikbud sebelumnya, Muhadjir Effendi, juga sudah berusaha mendigitalisasikan dunia pendidikan, namun belum menyeluruh dan merata. Kemendikbud sudah membuat buku ajar yang  bisa diunduh di internet.
Nadiem mungkin akan merombak sistem keuangan kemendikbud agar lebih transparan. Nadiem yang berlatarbelakang ekonomi ini akan mengalokasikan anggaran dengan lebih baik dibandingkan dengan menteri-menteri sebelumnya. Nadiem mungkin akan memasukkan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Indonesia membutuhkan banyak wirausaha yang perlu disiapkan sedini mungkin.
Namun mungkinkah Nadiem bertahan di tengah tekanan yang keras kepada menteri pendidikan dan kebudayaan? Banyak kritik diajukan kepada sistem pendidikan nasional sekarang. Mampukah Nadiem menjawab itu semua? Apakah Nadiem akan merombak kurikulum pendidikan nasional?
Semua spekulasi harus dijawab oleh Nadiem. Pemerintah Jokowi-Ma'ruf ingin menjadikan pembangunan SDM sebagai salah-satu prioritas dalam pembangunan di term yang kedua ini. Masalahnya kita belum melihat kepiawaian Nadiem dalam mengelola pendidikannya. Apa visinya bagi pembangunan pendidikan Indonesia ini.
Selama 100 hari pertama, Nadiem ingin mendengarkan analisis dan pandangan para tokoh mengenai pendidikan di Indonesia. Di era kedua ini, Jokowi lebih menekankan pada pendidikan vokasi yang dinilai lebih cepat kerja dari SMU. Jokowi dalam salah-satu kesempatan mengatakan Indonesia tidak dapat lagi mengandalkan SDA, sekarang kita harus beralih kepada pembangunan SDM. Hal ini disampaikan setelah melihat pembangunan di Singapura dan negara-negara ASEAN lainnya.
Bagaimanapun kita sebagai warga sipil harus membantu Nadiem Makarim dalam mengelola pendidikan Indonesia. Keberhasilan pendidikan Indonesia tidak hanya kerja keras dari pemerintah saja, tetapi juga masyarakat sipil Indonesia. Salam.