Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

The End of American Dreams?

12 Mei 2019   01:30 Diperbarui: 5 Juni 2019   01:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

AS juga disebut negara dengan "hypercommercialism", komersialisasi hiper atau komersialisme yang sangat tinggi. Media-media di AS memikat rakyat AS dengan berbagai macam iklan yang menarik rakyat AS untuk mengonsumsi lebih banyak. Alhasil rakyat AS tidak lagi produktif. Media-media AS menggunakan ilmu psikologi untuk memikat rakyat Amerika.

Warga negara AS dipersuasi untuk membeli alat-alat elektronik, bir, dan kendaraan pribadi. Padahal masih banyak rakyat AS terutama hispanik dan kulit hitam yang hidup miskin. Rakyat AS adalah masyarakat dengan tingkat konsumsi tertinggi di dunia.

Televisi adalah sarana utama yang digunakan perusahaan-perusahaan besar untuk mengiklankan produk-produknya. Dengan menggunakan psikologi Sigmund Freud, para biro iklan di AS melakukan berbagai macam teknik psikologis  untuk menarik rakyat AS mengonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi.  Rakyat AS menempati angka terbesar untuk menonton televisi daripada negara-negara maju lainnya. Stasiun-stasiun televisi AS telah membuang acara-acara pendidikan untuk publik dan menggantinya dengan acara-acara yang mempromosikan konsumerisme dan komersialisme.

Internet kemudian menjadi sarana baru untuk beriklan. Televisi, internet, dan media menjadi sarana menyebarkan konsumerisme tingkat tinggi kepada rakyat AS. Sementara itu angka pengangguran semakin membumbung tinggi.

Amerika menjadi negara yang terbelah. Antara "Sunbelt" versus "Snowbelt",  Republik versus Demokrat, miskin versus kaya, fundamentalis versus sekuler, kulit putih versus warga non-kulit putih, dan lain sebagainya.

Pemerintah AS tidak mampu menghadapi globalisasi. Kesalahan The Fed dalam menghadapi globalisasi sungguh tidak dapat diperkirakan. Selama ini, AS selalu menganggap dirinya sebagai pusat dunia. Alan Grenspan menganggap dengan menekan tingkat suku bunga maka akan memacu pengeluaran konsumsi dan pembelian rumah, inflasi akan tetap rendah. Ia bergantung pada kekuatan inovasi AS. Namun hal itu salah. Inflasi tetap rendah karena ada bergantung pada konsumsi barang dari China.

Masa Depan Amerika
Kaum millenial di berbagai belahan dunia akan menjadi penentu masa depan suatu bangsa. Oleh karena itu, mereka sangat diharapkan akan menjadi pewaris kekayaan suatu bangsa. Jeffrey Sach, seorang profesor Harvard, menulis bahwa masa depan Amerika akan sangat tergantung pada generasi mudanya.

Ia menyerukan pemerintah AS untuk mengurangi kemiskinan, anggaran militer, dan pos-pos lain yang tidak perlu. Ia menyatakan pemerintah AS seharusnya meningkatkan anggaran pendidikan, pemeliharaan lingkungan, keamanan energi, riset, dan pengadaan fasilitas umum seperti kesehatan dan infrastruktur. Sekitar seperlima anak Amerika hidup dalam kemiskinan dan jebakan pendidikan. Masyarakat Amerika harus menghentikan perilaku konsumsi yang menyolok.

AS harus berinvestasi pada sumber daya manusia di masa yang akan datang. Sudah saatnya pemerintah menutup pangkalan-pangkalan militer yang tidak diperlukan di masa mendatang. Pemerintah AS harus mengakhiri perang di Afghanistan yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Pada masa Obama, AS mengakhiri perang di Irak.

Masyarakat AS harus kembali kepada spiritualitas yang diajarka oleh agama-agama besar dunia. Kesadaran bahwa kita tidak sendiri di dunia ini. Kita harus belajar untuk saling menghargai dan menyayangi. Kesadaran akan pengetahuan, kesederhanan, cinta kasih, dan kebaikan.

Kini bahkan generasi muda Amerika kurang mampu bersaing dengan anak-anak muda dari negara-negara dunia ketiga dalam pendidikan. Banyak anak muda dari China, India, Indonesia, dan lain sebagainya menduduki posisi sebagai dosen, peneliti, dan insinyur pada kampus-kampus dan perusahaan-perusahaan besar Amerika.

Bagaimana dengan kita, wahai bangsa Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun