Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Islam Dibajak

25 April 2019   09:45 Diperbarui: 25 April 2019   10:07 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Pemboman terjadi lagi di Srilanka di sebuah gereja dan hotel. Sekitar 300 orang meninggal dunia. Dunia mengutuk serangan yang keji dan tidak berperikemanusiaan ini. Islam atau setidaknya kelompok-kelompok radikal Islam menjadi tertuduh dalam serangan teror ini. ISIS mengklaim merekalah yang bertanggungjawab terhadap aksi tersebut.

Teror yang keji telah merusak citra Islam. Islam yang seharusnya menjadi ajaran yang membawa kasih-sayang kepada seluruh alam- telah dibajak oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin mendirikan kekhalifahan. Seharusnya umat Islam tidak pernah bisa menjadi teroris. Mengapa? Karena tidak ada sedikitpun ayat-ayat suci Al-Qur'an yang mengajarkan umatnya untuk membunuh orang yang tidak bersalah.

Coba cek Al-Qur'an! Adakah ayat-ayat teror? Adakah ayat-ayat kekerasan? Menurut K.H Quraish Shihab, umat Islam seharusnya mengejawantahkan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahum Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Ar-Rahman adalah pelimpah kasih kepada seluruh makhluk Allah baik yang beriman maupun tidak beriman, hewan atau tumbuhan dan lain sebagainya. Sedangkan Ar-Rahim adalah sifat penyayang Allah SWT hanya kepada kaum beriman di akhirat nanti.

Beragama adalah meneladani sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT mempunyai dua sifat yang paling utama yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua sifat ini lebih mendominasi daripada sifat-sifat Allah yang lainnya. Di dalam Al-Qur'an menetapkan diri-Nya sebagai pemberi kasih-sayang kepada seluruh makhluk. Kasih-sayangnya mendahului amarah-Nya. Dia selalu meletakkan kasih-sayang terlebih dahulu dibandingkan sifat-sifat yang lain. Dengan demikian, seharusnya tidak mungkin umat Islam menjadi teroris.

Lihat saja bagaimana Kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, menjadikan kasih sayang sebagai karakter dirinya. Dalam sebuah kisah diceritakan suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang melakukan pertemuan dengan seorang kepala suku Arab. Tiba-tiba Siti Fathimah datang membawa makanan dan minuman. Rasulullah langsung mencium Fathimah.

Melihat hal itu, kepala suku Arab itu heran. "Aku punya 10 anak perempuan tak satu pun yang aku cium," katanya.

Nabi Muhammad SAW menjawab dengan telak, "Mungkin Tuhan sudah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu."

Nabi Muhammad SAW bersabda dengan tegas, "Barang siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi."

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang mengatakan bahwa Allah adalah zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dia Maha Penerima Taubat dan Maha Penyantun.

Lalu mengapa umat Nabi Muhammad SAW terjatuh pada kekerasan dan konflik di antara mereka sendiri dan dengan musuh-musuh mereka. Agaknya mereka tidak pernah mengkaji ayat-ayat Cinta dalam Islam.

Ini juga menjadi peringatan kepada para dai, ustadz, dan ulama. Selama ini para pendakwah cenderung berdakwah dengan cara yang keras dan kurang mengejawantahkan sifat kasih-sayang. Para ulama cenderung mengulas surga dan neraka, menyuruh umat Islam untuk begini dan begitu, mengancam, dan memperingatkan. Mereka jarang membahas sisi kelembutan Islam. Yang paling banyak dibahas adalah sisi hukum dari Islam. Aspek tasawuf kurang diajarkan kepada umat. Kalau diajarkan hanya berupa amalan-amalan yang harus dilakukan setiap hari.

Para pemuka agama Islam berpendapat umat Islam yang awam tidak perlu diajarkan dengan ajaran-ajaran Islam yang rumit. Cukup dengan hal-hal yang sederhana saja. Hal ini sebenarnya tidak tepat. Setiap muslim harus mendalami agamanya dengan baik.  Umat Islam baik awam maupun yang tidak harus diberi pemahaman yang tepat tentang Islam.

Islam sejatinya bukan agama teror, melainkan agama cinta. Begitu menurut pemahaman para sufi. Namun sayangnya, terorisme telah merusak citra Islam. Lalu bagaimana kita membenahi citra Islam?

Harus disadarkan bahwa Tuhan menurunkan rahmat-Nya dengan cara yang tidak diduga-duga. Tuhan Maha Kasih. Terorisme menyadarkan bahwa manusia pada hakikatnya adalah umat yang satu. Manusia bisa merasakan sakit, perih, senang dan gembira. Persaudaraan antar umat menjadi semakin erat dengan adanya insiden ini.

Terorisme adalah musuh umat manusia dan musuh kemanusiaan. Tidak ada agama yang menghalalkan teror. Dan Tuhan tidak pernah mengajarkan bertindak kasar kepada sesama manusia apalagi membunuh.

Para pemimpin dunia harus berintrospeksi mengenai akar penyebab ini semua. Tidak dapat dipungkiri dinamika politik global sangat mempengaruhi munculnya gerakan terorisme. Masalah Israel-Palestina yang tak kunjung selesai memicu gerakan teror di seluruh dunia. Dalam hal ini, masyarakat Barat tidak kunjung berpihak kepada Palestina yang dijajah oleh Israel. Masyarakat Palestina hidup dengan teror yang dilakukan pihak Israel.

Politik luar negeri negara-negara Barat terhadap negara-negara Islam turut menyuburkan radikalisme di negeri-negeri Islam. Umat Islam ditindas di berbagai negara. Tapi Barat diam saja. Berbeda halnya, jika adalah kelompok yang bukan Islam yang ditindas. Umat manusia seharusnya hidup saling mengasihi dan menyayangi. Kita haru peduli satu sama lain. Wallahu a'lam bisshowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun