Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan adalah Titik Tolak Pembangunan Masa Depan Indonesia

5 April 2019   11:30 Diperbarui: 7 April 2019   16:09 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang guru mengajar di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara beberapa waktu lalu. (Kompas.com/Kontributor Nunukan, Sukoco)

Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu dan keterampilan. Lebih dari itu, pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter. Pendidikan diharapkan menghasilkan insan-insan yang bermoral dan berakal budi. 

Tantangan pendidikan kita saat ini adalah bagaimana menghasilkan individu yang cerdas dalam IPTEK dan juga bermoral. Agaknya sistem pendidikan kita di masa lalu belum mampu menghasilkan individu yang cerdas sekaligus bermoral.

Tingginya indeks korupsi di negeri kita tidak bisa dilepaskan dari individu-individu yang dibesarkan di masa lalu. Mereka dididik untuk taat kepada negara yang totaliter. Korupsi tumbuh dalam pendidikan yang tidak demokratis dan birokratis. Pendidikan yang totaliter hanya akan menghasilkan individu-individu yang kaku dan tidak kreatif. 

Pendidikan di masa Orde Baru membuktikan bahwa sistem politik yang totaliter akan menyebabkan terpasungnya anak didik dalam atmosfir pembelajaran yang tidak membebaskan nalar. Keterpasungan anak didik akan menyebabkan ledakan aspirasi kebebasan seperti yang kita lihat pada demonstrasi mahasiswa 1998.

Di masa depan, akan sangat dibutuhkan individu-individu yang kreatif dan mampu tidak terjebak di masa lalu negeri. Revolusi Industri 4.0 sangat membutuhkan individu yang mampu menalar secara bebas. 

Hanya dalam sistem politik dan ekonomi yang inklusif, kemajuan ekonomi dan industri  berkembang cepat. Amerika Serikat sebagai negara berteknologi tinggi telah membuktikan bahwa demokrasi berkorelasi dengan inovasi dan kreativitas.

Memang kita tidak bisa mengabaikan China yang masih komunis. Namun, sistem pendidikan di AS berusaha mendorong talenta-talenta terbaik untuk maju. Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang belum mengasah potensinya secara maksimal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung olehh sistem sosial, ekonomi, dan politik yang mendukung.

Sayangnya, mental rakyat Indonesia belum sanggup melakukan perubahan budaya yang begitu cepat. Ketidakmampuan ini diakibatkan belum meratanya infrastruktur teknologi di seluru wilayah Indonesia. 

Di dalam politik kita pun masih menemui budaya patron-klien, feodalisme, kronisme, dan  birokrasi yang  belum maju. Kita belum bisa menghargai merit system dalam birokrasi kita.

Pendidikan Indonesia di masa depan tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Namun sebelum mereka mempelajari IPTEK, mereka harus dididik untuk hidup bermoral dan bernalar kritis. Moral kita sebagai bangsa tengah merosot tajam. Padahal moral adalah fondasi sebuah bangsa. Jika moral sebuah bangsa rusak, maka bisa dipastikan bangsa itu akan menemui kehancuran.

Ini menjadi beban berat bagi pendidik, di tengah keterbatasan pemerintah dalam memberikan gaji. Kita juga tidak bisa berharap pada tenaga pendidik saja. Seluruh komponen bangsa harus terlibat untuk mendidik generasi muda. Pendidikan di rumah dan lingkungan juga amat berperan penting untuk menghasilkan generasi muda yang bermoral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun