Budaya tulis membuka tapal batas pikiran dan ekspresi baru yang luas pada pikiran. "Belajar membaca", tulis psikolog Meksiko, Feggy Ostrosky-Solis, terbukti "berperan besar dalam membentuk sistem psikologi orang dewasa. (Carr, 2015).
Kalau kita membaca sebuah cerpen atau novel, maka otak kita memproses cerita tersebut dan menciptakan simulasi di otak. Ini berbeda dengan menonton. Menonton adalah sebuah kegiatan pasif. Ketika menonton, seluruh indra kita pasif. Kita hanya bisa menerima input tapi tidak menghasilkan output. Otak kita ketika menonton tidak dirangsang untuk berpikir. Otak kita hanya bersikap konsumtif. Maka imajinasi kita tidak berkembang.
Menonton
Film atau sinetron tidak dibuat sekedar sebagai hiburan saja. Film dan sinetron sesungguhnya mengandung pesan dari pembuat film tersebut. Lebih dari itu, film merupakan salah-satu bentuk indoktrinasi. Setiap film sesungguhnya mengandung ideologi tertentu. Lihat saja film "G30S/PKI bertujuan mengindoktrinasi penontonnya agar membenci PKI.
Film-film Holywood  sering menggambarkan kehebatan militer dan budaya Amerika Serikat. Tujuan pembuatan film-film tersebut tidak murni namun mengandung ideologi tertentu. Dengan menguasai mental generasi muda lewat kebudayaan, bangsa tersebut akan mudah ditaklukkan tanpa harus menggunakan kekuatan militer.
Begitu juga dengan film-film lainnnya. Ada nilai yang dibawanya. Di era kapitalisme mutakhir, sebuah film dibuat untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Maka dari itu, film tidak dibuat karena idealisme tertentu. Kalaupun ada, hanya sedikit film yang seperti itu. Film-film idealis biasanya hanya diputar di bioskop-bioskop tertentu.
Penutup
Membaca dan menonton adalah dua hal yang berbeda. Membaca berarti menambah pikiraan kita. Kebalikkannya menonton adalah tindakan pasif. Ketika kita membaca seluruh intelek kita bekerja. Sedangkan kalau kita menonton, tidak ada penambahan pikiran. Agaknya masyarakat lebih suka menonton film. Memang zaman sudah berubah dan semoga ada hal-hal lain yang bisa dipertahankan dari masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H