Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Matinya Media Daring

12 Juni 2018   00:46 Diperbarui: 12 Juni 2018   00:57 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar orang selalu berspekulasi akan kematian media cetak. Media cetak selalu diramalkan tidak akan lagi disukai publik. Masyarakat beralih ke media online yang gratis dan selalu up to date. Media online digadang-gadang akan menjadi media masa depan sesuai dengan perkembangan teknologi.

Namun menurut beberapa penelusuran di internet itu sendiri, hal itu belum menjadi sebuah kepastian. Internet memang kini dibutuhkan masyarakat banyak, namun belum tentu media onlie akan menggantikan media cetak begitu saja. Dilihat dari segi iklan, pasar media online mendekati titik jenuh. Apalagi media online membutuhkan perangkat yang tidak sedikit seperti gawai atau laptop, koneksi internet, dan listrik. Peralatan itu tidak dibutuhkan kalau kita membaca koran dan majalah.

Jadi jangan senang dulu, media online akan menggantikan media cetak. Memang media cetak kini mengalami penurunan yang dahsyat. Namun tidak berarti situasi tidak bisa berubah. Berbagai macam skenario dapat saja bisa terjadi. Menurut laporan AC Nielsen, pendapatan iklan pada media digital hanya 17 persen dari total belanja iklan atau 2,8 juta dollar. Iklan digital memang tumbuh tapi tidak signifikan[i].

Jika pasar merasa jenuh dengan media online yang pemberitaannya tidak sedalam media cetak, bisa jadi situasinya akan berbalik. Di Amerika Serikat sendiri, walaupun koran menunjukkan penurunan penjualan, namun jumlah koran masih signifikan. Bahkan di India, pasar media cetak terus tumbuh karena didukung minat baca masyarakatnya yang tinggi. Sedangkan di Indonesia, minat baca masyarakatnya cenderung rendah sehingga penjualan koran rendah.

Berita-berita di koran atau majalah menawarkan kedalaman dan kepuasan membaca. Sedangkan di media online cenderung tidak mendalam atau bahkan tidak berbobot. Informasi yang disajikan oleh koran lebih kredibel daripada media online. Media online hanya menyajikan berita-berita yang sebenarnya hanya di permukaan, belum menghujam ke permasalahan. Tanpa kedalaman, sebuah media jurnalistik cenderung kurang berbobot. Semestinya media online juga harus berkualitas agar disukai pembaca.

Banyak dan beranekaragamnya media online juga memberi banyak alternatif kepada para pembaca. Namun tidak semua media online itu baik. Kualitas wartawannya juga patut dipertanyakan. Banyak media online yang tidak lengkap dalam menyajikan sebuah berita. Akurasi dan ketelitian sebuah media harus bisa dipertanggungjawabkan.

Menurut Heru Hendratmoko[ii], seorang mantan jurnalis, bisa jadi pasar media online suatu saat bisa jenuh. Dan bisa jadi konsumen akan beralih ke media tradisional. Dunia maya kini disesaki dengan jutaan situs berita yang mengakibatkan lubernya informasi. Kehadiran media sosial turut memperkeruh suasana. Bahkan kini iklan digital didominasi oleh media sosial, seperti facebook dan twitter.

Masa depan media baik cetak maupun online akan sangat dinamis di masa mendatang. Semoga dinamika tersebut menuju ke arah yang lebih baik.

[i] tirto.id

[ii] dw.com

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun