Mohon tunggu...
hanunnauraa
hanunnauraa Mohon Tunggu... Bidan - Mahasiswa Universitas muhammadiyah

hobi saya adalah menulis, membaca, mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Gen Z Lemah Mental?

3 Desember 2024   20:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:03 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah Gen Z Lemah Mental?

Belakangan ini banyak kritik yang melabeli bahwa gen Z adalah generasi yang ‘lemah mental’. Generasi ini dianggap kurang tahan banting dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an kerap dinilai terlalu sensitif, mudah stress, dan tidak tahan banting. Namun, apakah stigma ini benar adanya? Ataukah gen Z generasi pembawa perubahan?

Mengapa Gen Z dianggap lemah mental?

Banyak anggapan bahwa Gen Z terlalu mengandalkan emosi mereka dalam menghadapi kesulitan. Hal ini dinilai menyebabkan Gen Z tidak tahan banting dalam menghadapi tantangan. Berdasarkan penilaian, Gen Z dinilai terlalu bergantung pada teknologi dan media sosial. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa Gen Z hidup di dunia maya, bukan di dunia nyata, dan sulit menghadapi kritik. Hal ini diperkuat dengan data yang dihimpun dari Jakpat pada 2022 menunjukkan bahwa Gen Z adalah generasi dengan persentase terbanyak yang melaporkan masalah Kesehatan mental sebanyak 59,1% . dibandingkan dengan generasi Milenial (39,8%) dan generasi X (24,1%) Gen Z memang jauh lebih tinggi sehingga menimbulkan pertanyaan, benarkah Gen Z memiliki mental lemah?

Generasi yang hidup di zaman yang berbeda

Faktanya, setiap generasi hidup di Zaman yang berbeda. Setiap generasi sudah pasti  lahir dengan tantangan masing-masing. Tetapi yang terjadi saat ini justru kritik terhadap Gen Z yang tidak dipertimbangkan dengan konteks zaman. Generasi sekarang tumbuh di era digital yang penuh tekanan, seperti banjir informasi, ekspektasi sosial yang tinggi, dan realitas yang penuh ketidakpastian. Atau lebih gamblangnya, seperti yang dikatakan Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP) bahwa anak ketika tumbuh, dia tidak hanya membandingkan dirinya dengan kakak, adik,atau teman. Tapi di media sosial, dibandingkan dengan anak diseluruh dunia. Sedangkan di masa lalu, generasi Milenial dan Generasi X tidak berhadapan dengan kritik sosial yang tinggi.

Menurut fakta, Gen Z adalah generasi yang berani meminta bantuan, berdiskusi tentang perasaan, atau mencari cara untuk sembuh. Gen Z lebih sadar akan pentingnya Kesehatan mental, dan berani mengakui kerapuhan mereka. Sejauh ini, Gen Z lebih vokal dalam menyuarakan Kesehatan mental.

Fakta dan data pendukung

Menurut survei American Pshychological Association, Gen Z adalah generasi yang paling terbuka tentang Kesehatan mental. Dibandingkan generasi sebelumnya Gen Z lebih peka terhadap Kesehatan mental. Gen Z juga menghadapi Tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pada generasi sebelumnya, tidak seperti sekarang yang dengan adanya media sosial bisa mengetahui apa saja yang terjadi di belahan dunia lain, sehingga cenderung dikritik dan membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini menjadi salah satu sumber stress. Mereka memang lebih sering mengalami kecemasan dan depresi akibat dari tekanan yang dihadapi termasuk tekanan media sosial yang menuntut kesempurnaan.

Tetapi, ada sisi lain yang jarang dibahas. Banyak tokoh Gen Z yang menginspirasi dengan keberaniannya dalam menghadapi tantangan. Rian Fahardhi misalnya, ia adalah tokoh yang menginspirasi dengan memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap isu-isu politik yang viral di media sosial. Rian Fahardhi menjadi contoh bahwa anak muda juga dapat memberikan dampak positif di masyarakat dengan suara mereka. Greta thurnbeg juga menjadi bukti bahwa generasi ini dapat berdiri memperjuangkan perubahan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun