Henna Art. Uniknya, bisnis ia berhasil ia bangun dari motivasi inspiratifnya yang sederhana. Berikut kisahnya.
Difa Kamila, mahasiswa jurusan Teknik Kimia di Politeknik Negeri Malang membagikan kisahnya berhasil mewujudkan bisnis di usia muda. Difa memiliki predikat sebagai Certified Henna Artist sekaligus berbisnisBermula dari kebiasaan menggambar di telapak tangan semasa kecil kemudian Difa mengembangkan kreatifitasnya dengan mempelajari teknik henna saat duduk di bangku SMP. Barulah ketika masuk SMA Difa belajar lebih serius tentang Henna. Pada saat itu Difa hanya menggambar henna untuk diri sendiri dan beberapa teman dekatnya. Semua ia lakukan secara cuma-cuma dengan harapan mendapat pengalaman dan bisa terus mengasah keterampilannya. Difa juga memperdalam ilmu agama semasa SMA sehingga ia banyak mengetahui keutamaan orang yang bersedekah. Menurut Difa, sedekah itu adalah investasi yang tidak akan mengalami kerugian. Namun karena uang bulanan yang cukup terbatas dan banyak hal yang ingin ia lakukan dengan uang akhirnya Difa mulai berusaha untuk mendapatkan uang.
Hal inilah yang kemudian membuat Difa ingin memulai bisnis. Selain berbekal dorongan teman dekat yang menyarankan agar keahliannya dijadikan bisnis ternyata Difa sendiri juga punya niat mulia yakni mendapatkan uang agar ia bisa rutin bersedekah. Singkat cerita, bisnis ini akhirnya dijalankan oleh Difa seusai SMA saat memasuki awal kuliah. Motivasi sederhananya adalah Difa memegang prinsip bahwasannya sedekah itu akan selalu menambah rezeki seperti dalam kalimat “jika ingin mendapatkan lebih banyak, maka harus mengeluarkan modal lebih banyak pula”. Dengan berbekal keahlian yang terus diasah akhirnya ia berhasil mengembangkan keahliannya hingga mendapat sertifikasi resmi pada bidang henna.
“Saya tidak pernah sekolah atau ikut kelas henna secara khusus. Saya belajar dari berbagai sumber yang saya temui,” ujar Difa saat diwawancarai via telepon Rabu (3/11). Difa menambahkan bahwasannya predikat Henna Artist baru diperoleh ketika berkesempatan mengikuti kelas sertifikasi khusus di Surabaya pada 16–17 Januari lalu.
Difa kini telah merasakan keuntungan dari bisnis henna yang ia miliki. Ia jadi punya sumber penghasilan untuk rutin bersedekah dan memenuhi hal yang ingin ia lakukan dengan uang. Bisnis ini dijalankan dengan sederhana, yakni basisnya adalah henna art berdasarkan permintaan klien dan preorder custom stuff seperti misalnya case untuk handphone dan gawai. Meski awalnya sedikit mengkhawatirkan, namun dengan cukup keberanian untuk mengambil keputusan akhirnya bisnis ini berhasil ia jalankan.
“Awalnya cukup sulit juga untuk memulai karena bingung apa dulu yang harus dilakukan. Namun istilah 'mulai saja dulu' itu benar adanya untuk saya. Selagi masih muda saya pikir kita punya banyak waktu dan kesempatan untuk mencoba hal baru jadi jangan pernah takut gagal,” ujar Difa.
Dalam menjalankan bisnis Difa tidak memiliki karyawan. Ia hanya dibantu adik dan keluarganya untuk promosi dan kelancaran penjualan ke konsumen. Meskipun demikian, bisnis yang ia jalani lantas tidak mengganggu proses kuliah. Ia tetap menjadikan kuliah sebagai prioritas dan mengerjakan tugas dengan serius. Semua ini berhasil ia jalankan berkat pembagian waktu yang diatur sedemikian rupa agar semuanya bisa dikerjakan dan selesai dengan baik.
“Saya tidak jarang menolak permintaan konsumen ketika jadwal kuliah sedang penuh, sedang banyak tugas atau ketika persiapan belajar untuk menghadapi ujian. Sampai saat ini kuliah tetap jadi prioritas saya sehingga kalau harus meninggalkan bisnis sejenak maka saya akan melakukannya,” ujar Difa.
Difa juga menjelaskan bagaimana ia membagi waktu untuk menjalankan kuliah dan bisnisnya secara bersamaan. Dalam seminggu, tiga hari yang cukup lenggang ia gunakan untuk mengurus bisnis dan menggiatkan promosi. Kemudian sisanya ia gunakan untuk fokus kuliah dan mengerjakan tugas.
Sosok Difa di usia mudanya menjadi kian inspiratif dengan hal yang ia jalani hingga bisa memiliki bisnis sendiri. Disisi lain, motivasinya berbisnis untuk bisa bersedekah merupakan niat mulia yang menurutnya dapat membuat dirinya berhasil hingga sampai di titik ini. Semangat yang tumbuh dari Difa tidak hanya semangat untuk bisnis saja, melainkan juga semangat berbuat baik dan konsisten belajar di usia muda. Bagi Difa sesuatu yang bernilai bukan hanya tentang uang, namun juga semangat berbagi, rasa peduli, kesempatan dan pengalaman.
“Hidup itu seperti kita naik tangga. Untuk sampai diatas tentunya perlu proses naik satu persatu. Dari proses itu kita jadi banyak belajar sehingga kalau nantinya jatuh kita tahu cara naiknya lagi. Jangan berharap untuk langsung diangkat sampai keatas karena kalau nanti jatuh kita bingung cara naiknya lagi. Intinya semua adalah tentang proses dan waktu,” ujar Difa sebagai kalimat penutup wawancara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H