Saya menemukan desa tersebut, cukup jauh dari gerbang pertama tadi. Kondisinya pun kurang bagus, jalanan banyak yang rusak. Tetapi infrastruktur yang kurang bagus tersebut tidak membuat saya enggan untuk mengujungi desa wisata tersebut.
[caption caption="Sekretariat Desa Wisata Tlingsing"]
Berbekal peta petunjuk dan informasi masyarakat sekitar, saya mengunjungi desa tersebut dan mengunjungi ketua kelompok di Sekretariat Desa Wisata Tlingsing yaitu Ibu Sri Sulastri untuk menanyakan keberadaan dan konsep wisata tenun lurik di desa wisata tersebut.
Saya pun disambut oleh ketua kelompok yang kebetulan berada di rumah. Bu Sri Sulastri menjelasakan bahwa Desa Tlingsing merupakan desa dengan mata pencaharian utama sebagai penenun lurik. Jumlahnya terbanyak di seluruh desa desa di Kabupaten Klaten yaitu mencapai 250 orang.
[caption caption="Wawancara dengan Bu Sri Sulastri"]
Saya diceritakan oleh ketua kelompok bahwa proses pembuatan Tenun Lurik ATBM merupakan proses yang sangatlah rumit, maka tak heran hanya yang berpengalaman saja yang bisa menenun dengan baik, rata – rata mereka yang menenun usianya lebih dari 40 tahun. Karena selain rumit juga diperlukan kesabaran ekstra tinggi karena proses yang panjang
Para wisatawan biasanya yang berkunjung rata – rata domestic dan sebagian besar pelajar karena terbatasnya informasi mengenai desa wisata ini.
Dalam wisata disana selain akan belajar langsung cara menenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), juga akan suara khas “klethek – klethek” yang berasal dari mesin tersebut sehingga akan terdengan suara yang unik.
[caption caption="Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)"]
Setelah melakukan obrolan hangat dengan ketua kelompok, saya pun diajak memutari seluruh desa wisata ini. Karena tidak setiap rumah membuat proses yang sama yaitu dari bahan baku menjadi lurik, maka saya pun harus mengunjungi beberapa rumah untuk mendapat proses pembuatan lurik secara lengkap.