Mohon tunggu...
Hanung Abdul Muqiit
Hanung Abdul Muqiit Mohon Tunggu... Seniman - Korean Drama and Javanese Culture Enthusiast

Penggemar drama korea dengan genre Komedi, Romansa, Slice Of Life dan Kehidupan Sekolah. Sekaligus pecinta budaya jawa: Wayang Kulit, Karawitan, Tari Jawa, dan lain sebagainya. Juga menggemari budaya pop lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filsafat Stoa dalam Kehidupan Punakawan (Sanggit Ki Seno Nugroho)

12 Maret 2021   09:45 Diperbarui: 12 Maret 2021   09:56 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bimbelbrilian.com

Dari empat Punakawan yang saya jelaskan diatas terdapat beberapa persamaan diantara mereka. Pertama, mereka memilki satu fragmen khusus dalam pagelaran wayang kulit yang bernama goro goro saat tengah malam. Fragmen ini khusus sebagai hiburan dengan menyajikan nyanyian nyanyian yang menghibur penonton. Kedua, meskipun abdi kesatria namun hidup mereka sarat akan kemelaratan dan kehidupan pedesaan.

Sanggit Lakon Ki Seno Nugroho memang banyak mengisahkan kehidupan Punakawan. Lakon lakon seperti Bagong kembar, Petruk Kembar, Semar Bangun Kayangan, Gareng Ratu dan sebagainya tidak sulit ditemukan di Youtube. Jika saya formulasikan sanggit ini dapat saya kelompokkan sebagai berikut

  • Dadi ratu (Menjadi Raja)

Merupakan lakon lumrah yang menggambarkan perjalanan seseorang menjadi raja. Kisah lakon Punakawan yang menjadi raja merupakan lakon yang diciptakan baru baru ini atau kreasi baru khususnya bagong ratu atau gareng dadi ratu. Ki Seno Nugroho menyanggit lakon jenis ini dengan memunculkan tokoh Punakawan sejak sore (sedari awal) yang sangat berbeda dengan wayangan gaya klasik. Lakon ini biasa ditampilkan dalam pentas peringatan ulang tahun daerah, atau hajat lain.

  • Mbangun (Membangun)

Lakon carangan yang populer dewasa ini. Lakon ini mengkisahkan mengenai hajat wayang unuk membangun sesuatu. Dalam sanggit Ki Seno Nugroho, lakon jenis ini kerap kali diminta dalam acara bersih desa. Beberapa hal yang dibangun antara lain Mbangun Kahyangan, Mbangun Deso, Mbangun Jiwo, Mbangun SPBU, Mbangun Terminal dan lain lain. Tokoh yang membangun  pun bisa siapa saja termasuk salah satu dari para Punakawan.

  • Kembar

Lakon yang mengkisahkan seorang tokoh yang ditiru oleh tokoh lain. Sanggit Ki Seno Nugroho dalam bentuk ini pun sangat unik dan lucu. Beberapa diantaranya Petruk Kembar 4 dan Bagong Kembar.

  • Pandito

Lakon yang menggambarkan Punakawan menjadi pandito atau guru pertapa. Lakon ini bisanya memakai wayang Punakawan khusus yang memakai pakaian pandita. Lakon ini mengkisahkan kedigdayaan Punakawan sampai menjadi seorang guru bagi kesatria dalam waktu yang singkat dan terbatas.

  • Wahyu

Lakon yang mengkisahkan turunnya wahyu/ kanugrahan. Dalam sanggit Ki Seno Nugroho lakon jenis ini biasanya memakai tokoh Punakawan sebagai perantara turunnya wahyu.

  • Takon bapa

Lakon yang mengkisahkan Punakawan mencari ayahnya. Mengingat semar merupakan ayah angkat dari para Punakawan.

Selain dari bentuk diatas mungkin ada beberapa jenis lakon lain yang belum saya sebutkan seperti lakon geculan/spontanitas. Namun 6 bentuk diatas adalah bentuk paling populer dari sanggit Punakawan Ki Seno Nugroho.

Lantas menuju poin analisis saya mengenai filsafat Stoa dalam kehidupan Punakawan.

sumber: iqra.id
sumber: iqra.id

Seperti yang saya jelaskan diatas bahwa Punakawan mempunyai kehidupan yang melarat dan miskin namun hal ini tidak membuat mereka mengeluh ataupun insecure (bahasa anak sekarang) dikarenakan sifat narimo ing pandum yang mereka miliki. Sifat ini digambarkan dengan pitutur yang menyampaikan "Tidak apa apa hidup sebagai orang miskin, karena lebih baik hidup seperti ini dengan bahagia daripada hidup kaya raya tapi hatinya tidak tenteram"  dari sini kita telah dapat menarik persamaan antara filsafat Stoa dengan kehidupan Punakawan. Dimana filsafat Stoa sangat menekankan kita untuk berfokus kepada hal hal yang berada dalam kendali manusia. Hal hal yang dapat dikendalikan ini termasuk pikiran dan persepsi kita terhadap sesuatu. Punakawan mampu melepas persepsi negatif mereka terhadap kondisi mereka sendiri. Kebanyakan orang yang kurang mampu secara finansial akan mengeluhkan betapa buruknya kehidupan mereka dengan berfikir bahwa kehidupannya tidak bahagia karena jatuh dalam kemiskinan. Namun Punakawan mencontohkan perubahan pemikiran dengan membuka sudut pandang lain terhadap kondisi mereka.

Lantas mengapa hal ini disorot dan menjadi penting? Mengingat Punakawan adalah abdi kesatria ataupun raja sudah barang tentu Punakawan bisa mensejahterakan kehidupannya dengan meminta harta kekayaan kerajaan yang banyak tanpa perlu hidup melarat. Namun mereka sadar bahwa kerakusan hanya akan menenggelamkan mereka kedalam masalah hidup yang lebih buruk. Mengubah pandangan mengenai kehidupan yang bersahaja seperti ini mampu membetengi diri kita dari sifat tamak dan rakus.

Cara berpikir positif yang seperti ini tidak tidak hanya cara Punakawan memandang hidup, beberapa perilaku mereka digambarkan demikian pula. Seperti ketika menantang raja atau utusannya dalam pertemuan kerajaan,   Bagong sebagai tokoh yang vokal dalam membela kepentingannya hanya tertuju kepada apa yang bisa dia ucapkan,  dia mengontrol apa yang berada dalam kendalinya yakni usaha untuk meyakinkan seorang raja untuk mencapai tujuan yang dia inginkan. Perkara ada yang marah ataupun mengamuk karena ucapannya, dia tidak habis pikir dan menjadikan keputusan yang ia tentukan menjadi tegas dan jelas tanpa keragu-raguan. Cara pikir seperti ini sangat relevan dengan metode dikotomi kendali yang ditawarkan oleh filsafat Stoa. Hal ini dapat digunakan untuk menyingkirkan kekhawatiran yang berlebih serta kekurangpercayadirian seseorang terhadap hal yang dapat dilakukannya. Karena di masa kini banyak orang yang meremehkan kemampuannya dengan terlalu sibuk untuk memikirkan apa yang orang lain katakan terhadap kita.

konsep premeditatio malorum yang dalam filsafat Stoa merupakan metode melatih diri untuk menderita atau hanya sekedar memikirkannya. Hal ini bertujuan untuk antisipasi di masa depan agar lebih siap. Dalam beberapa titik, saya temukan konsep ini dalam kehidupan Punakawan. Mereka selalu membayangkan kemungkinan terburuk yang terjadi di masa depan, namun alih alih cemas dengan prediksi tersebut, mereka (biasanya bagong) menceletukkan solusi paling gila yang ia miliki agar lebih tenang dan santai.

Dalam deteksi saya, masih banyak hal yang bisa saya sampaikan mengenai hal ini, namun karena beberapa hal membatasi saya untuk bisa menjelaskan lebih banyak. Mungkin jika anda menginginkan pembahasan lanjutan mengenai hal ini anda bisa request di kolom komentar di bawah.

Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun