Mohon tunggu...
Hanum Sujana
Hanum Sujana Mohon Tunggu... profesional -

Menyukai dan menghargai kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fatin Shidqia, Akhirnya...

25 Mei 2013   01:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:04 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam empat bulan terakhir, ratusan bahkan mungkin ribuan tulisan dan berita tentang Fatin Shidqia Lubis yang terkenal dengan sebutan “Anak SMA yang Ikut X Factor” berhasil wara wiri di berbagai media online maupun cetak, termasuk Kompasiana, salah satu media warga bagi yang melek menulis, berwawasan dan cenderung “dewasa” dalam pemikiran, seperti juga tipikal penulis blog pada umumnya.

Kenapa saya sebut “dewasa” karena menulis blog bukanlah pekerjaan mudah dan ecek-ecek, apalagi menghadirkan tulisan yang bagus, perlu wawasan dan keterampilan yang cukup dalam merangkai kata-kata, meski tidak semua bloger berkualitas, karena ada juga yang suka menulis hoax bahkan sampah :p. Dari blog banyak lahir penulis yang kemudian eksis di jagat perbukuan Indonesia, bahkan dunia. Kenapa juga saya gunakan kata “dewasa”? Karena banyak rumor yang mengatakan bahwa pendukung Fatin, yang entah siapa yang memulai menyebut dirinya Fatinistic adalah para alay dan ababil (ABG labil kali ya artinya??) disini terbantahkan. Banyak penulis profesional dan dewasa secara pemikiran maupun usia tidak bisa dikategorikan ABG lagi, menulis, memuji, membela bahkan mengidolakan Fatin, sebagian menyebut dirinya Portugal (Persatuan Orangtua Gaul), sebagian lagi Fatinistic Jadul, ah ada-ada saja....

Mereka rajin menulis dengan baik, tanpa disuruh, menganalisa dengan statistik yang mantap dan membendung serangan rumor dari yang disebut Haters dan dianggap merugikan Fatin.

Seaindainya
Menyaksikan keberhasilan seorang anak SMA yang sederhana ini masuk Grand Final X Factor Indonesia yang tentu saja bukan ajang main-main, meski sebagian mencibir X Factor Indonesia ketika meloloskan peserta yang blank dan lupa lirik di atas panggung. Tapi tentu saja X Factor bukan UN (Ujian Nasional) yang kesalahan sedikit bisa menyebabkan seorang berprestasi dalam sejarah belajarnya bisa tidak lulus. Tentu tidak adil rasanya memutuskan baik buruk seseorang, lulus tidak lulus berdasar hanya dari satu kasus, sementara prestasi lainnya diabaikan hmmm....

Baik, kembali ke topik, menyaksikan keberhasilan ini kemudian banyak yang berandai-andai.
1.    Seandainya saja Fatin tidak berjilbab (baca: berkerudung)
2.    Seandainya Fatin tidak tampil lugu dan malu-malu
3.    Seandainya Fatin tidak direbutkan oleh Ahmad Dhani dan Rossa
4.    Seandainya Fatin tidak dimentori Rossa
5.    Seandainya tidak ada yang mengunggah video Fatin ke situs Bruno Mars
6.    Seandainya Fatin sudah kursus vokal dan masih banyak lagi andai-andai lainnya.

Tapi andai-andai tersebut jelas tak bisa diulang, Fatin sudah menemukan jalannya dan semoga terbaik dalam berkah dan lindungan Allah Swt. Andai-andai yang kebanyakan meragukan X Factor Fatin tersebut telah dikalahkan oleh fakta yang tak bisa ditolak lagi, Fatin Juara X Factor edisi pertama dan jadi fenomena yang belum ada bandingnya dalam berbagai ajang pencarian bakat di Indonesia.

1.    Seandainya saja Fatin tidak berjilbab (baca: berkerudung)
Banyak yang bilang demikian, kalau saja ia tidak berhijab mungkin tidak begitu banyak dukungan diterimanya. Harus diakui memang, saya yang tidak suka acara pencarian bakat melihat fenomna Fatin yang berhijab jadi terpesona juga, dan mengikutinya hingga usai. Dan saya juga melihat fenomena ini terjadi di beberapa orang yang saya kenal aktifis dakwah.

Tapi hijab yang dikenakan Fatin hanyalah bonus, faktanya banyak juga yang non muslim dengan sukarela mendukung saya temukan di komentar-komentar berbagai sosial media. Dalam hal ini jelas, musik itu universal dan Fatin menjadi jembatan mempersatukan anak bangsa yang berbeda (ukhuwah wathaniyah), karena ia kemudian memunculkan kualitas, bukan hanya karakter dalam bernyanyi akhirnya.

2.    Seandainya Fatin tidak tampil lugu dan malu-malu
Faktanya memang begitu, seorang yang minim pengalaman, meski ia dikenal ceria dan suka ngabodor di kalangan teman-temannya, tak mampu berpikir “lebih baik” untuk tampil lebih elegan. Tapi ternyata itu juga bonus, dengan kesederhanaan dan keluguan tersebut banyak orang menyukainya. Karena negeri Indonesia ini sangat butuh orang-orang yang tampil jujur (lugu), apa adanya.

3.    Seandainya Fatin tidak direbutkan oleh Ahmad Dhani dan Rossa
Ini juga menarik, seorang penyanyi kamar mandi tampil malu-malu dan sederhana tapi kerongkongannya membuat semua juri berdecak kagum, “amazing” dan “bahaya” kata Mulan Jameela. Disinilah awal berlian itu muncul dari balik bebatuan yang melindunginya.

4.    Seandainya Fatin tidak dimentori Rossa
Pada awal-awal banyak yang berkomentar demikian tapi beberapa gala terakhir membantah keraguan itu. Seandainya bukan Rossa yang mementori Fatin, mungkin ia hanya akan bermain di nada-nada suara yang sesuai saja dengan karakternya, tidak berusaha menjelajah kemampuannya dan kita penikmat musik takkan menemukan fatin seperti sekarang, karakter dan kualitas tampil “sempurna”.

Dan ini juga penyelamatan dari Allah Swt., bayangkan kalau dimentori Bebi atau Dhani yang bisa memeluk dengan bebasnya perempuan sopan dan berhijab, pasti banyak yang tak rela. “Makanya jangan maen peluk-peluk aja ya Fatin dengan non muhrim :).”

5.    Seandainya tidak ada yang mengunggah video Fatin ke situs Bruno Mars
Ini juga berkah yang kemudian mengundang lebih banyak perhatian sejak awal ia audisi.

6.    Seandainya Fatin sudah kursus vokal dan masih banyak lagi andai-andai lainnya.
Ah ini juga seandainya, faktanya ia belum tersentuh latihan vokal apa-apa, kecuali di Paduan Suara sekolah dan band ala anak SMA yang apa adanya. Dan dalam waktu empat bulan ia benar-benar berhasil mengeluarkan berlian yang tersembunyi.

Ah lebih baik jangan berandai-andai, terima saja apa adanya, yang mendukung bersyukur dan tetap memberi nasihat yang baik, dan bagi yang tidak mendukung yang sabar ya.....ting!

Saran
Sebagai sesama muslim, meski sebagian menganggap bahwa ini masalah musik jangan bawa-bawa agama, tapi tidak bagi saya, setiap langkah hidup kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat sana maka saya akan berpesan kepada adik saya Fatin Shidqia Lubis.

Seperti juga pesan-pesan sang mentor Rossa untuk tetap rendah hati, karena kesombongan akan membuat orang lari dari kita. Saya juga ingin menambahkan untuk tetap belajar agama dan kejar pendidikan formal hingga jenjang yang setinggi-tingginya. Karena kebanyakan orang belajar agama ketika SD dan setelah pensiun, jangan tiru itu :).

Bernyanyilah dengan lagu-lagu yang bermanfaat, memotivasi dan menyampaikan pesan kebaikan meski tidak berlabel “religi”, karena Islam itu universal. Sebagai contoh lagu-lagunya Bondan Prakoso, Maher Zain, dll.

Berhijablah dengan baik dan benar sesuai tuntunan syariah, sehingga mutiara itu akan menyinari lebih banyak orang. Keep istiqomah.

Fatin, akhirnya karena saya bukanlah produser, pengamat musik dan sebagainya yang akan bermanfaat pada perkembangan karirmu, maka Aku Memilih Setia pada istri saya, keluarga dan profesi serta masyarakat yang membutuhkan tenaga dan pemikiran saya. Barakallah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun