Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan oleh pernyataan seorang pendakwah populer, kerap disapa Gus Miftah, yang menyebut seorang pedagang es teh dengan kata-kata kasar , salah satunya "goblok." Dalam klarifikasi salah satu orang yang ikut menertawai di panggung, hal ini dianggap sebagai guyonan biasa, dan merupakan hal yang wajar beliau lakukan saat berdakwah. Kejadian ini disoroti seluruh masyarakat Indonesia, terutama pengguna sosial media.
Pentingnya pendidikan moral dan adab dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi individu yang menjadi panutan masyarakat. Kasus ini memberikan ruang refleksi bagi institusi pendidikan Islam seperti UIN Walisongo , yang memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya berilmu, tetapi juga beradab.
Moral dan Adab: Pondasi Keilmuan
Ungkapan "adab dulu baru ilmu" adalah pesan mendalam yang menekankan bahwa ilmu pengetahuan tanpa adab tidak akan bermakna. Dalam Islam, moralitas dan adab adalah nilai inti yang menjadi dasar bagi ilmu. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad).
Sebagai institusi pendidikan tinggi Islam, UIN Walisongo memegang tanggung jawab strategis dalam mengintegrasikan nilai-nilai moral ke dalam setiap aspek pembelajaran. Pendidikan moral di UIN Walisongo tidak hanya terbatas pada mata kuliah tertentu seperti filsafat atau etika Islam, tetapi juga harus melekat pada seluruh kegiatan akademik dan budaya kampus.
Pendidikan Moral di Era Modern
Kasus Gus Miftah ini adalah cerminan bagaimana batas antara guyonan dan penghinaan sering kali kabur di tengah budaya masyarakat kita. Generasi muda, termasuk mahasiswa, harus mampu menilai tindakan yang pantas sesuai nilai-nilai Islam. Pendidikan moral bukan sekadar teori, tetapi juga praktik yang melibatkan internalisasi nilai seperti sopan santun, penghormatan, dan empati.
UIN Walisongo memiliki peluang besar untuk menjawab tantangan ini. Salah satu cara adalah melalui penguatan program wajib ma'had al-jami'ah bagi mahasiswa baru. Di sana, mahasiswa bisa belajar bagaimana adab dalam berbicara, menghormati orang lain, dan menjaga martabat diri sesuai ajaran Islam.
Integrasi Adab dalam Kurikulum dan Kegiatan Kampus
Selain melalui program ma'had, integrasi pendidikan moral juga dapat dilakukan melalui:
- Kurikulum Berbasis Adab: Mata kuliah umum seperti Pendidikan Kewarganegaraan atau Bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan memasukkan kajian kasus yang melibatkan nilai moral.
- Pelatihan Kader Adab: UIN Walisongo dapat membentuk kelompok mahasiswa sebagai duta moral kampus, yang bertugas mengampanyekan pentingnya adab dalam kegiatan sehari-hari.
- Kajian dan Diskusi Adab di Era Digital: Dengan maraknya media sosial, mahasiswa perlu memahami batasan dalam berbicara dan berkomentar secara online, sesuai dengan adab Islami
Adab sebagai Identitas Bangsa
Ketika moralitas dan adab diabaikan, masyarakat rentan mengalami degradasi nilai. Pendidikan moral yang menekankan pentingnya menjaga adab dalam setiap aspek kehidupan adalah langkah strategis untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.
Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa-bangsa besar selalu menjunjung tinggi moralitas. Maka, sudah saatnya kita kembali menempatkan adab di atas segalanya. Dengan begitu, ilmu yang dimiliki dapat menjadi berkah, bukan justru menjadi alat yang mencederai kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H