Peran Drama Anak Dalam Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu aspek penting yang sangat memengaruhi kehidupan anak. Dengan komunikasi yang efektif, anak mampu menyampaikan ide-idenya kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Untuk membangun kemampuan komunikasi yang baik pada anak, pengajar perlu memahami keunikan dan potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Dalam mengembangkan kemampuan ini, pengajar dapat mendorong anak untuk mengenali sejauh mana keterampilan komunikasi yang dimiliki, sehingga upaya untuk meningkatkannya menjadi lebih terarah. Keterampilan komunikasi yang baik dapat diasah melalui aktivitas yang sesuai dengan dunia anak, seperti bermain. Melalui permainan, anak-anak dapat mengekspresikan ide-ide mereka secara bebas, tanpa tekanan, dan dengan cara yang spontan. Bermain dan berkomunikasi adalah dua elemen penting yang harus dialami oleh anak untuk mendukung tumbuh kembang mereka. Salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak adalah melalui bermain peran atau drama. Karena ini berkaitan dengan dunia anak-anak, jenis drama yang dimainkan pun sebaiknya berupa drama yang relevan dan menarik bagi mereka.
Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh pengajar adalah teknik peran/drama. Rizky Fitri, dkk (2022) Teknik peran merupakan pendekatan yang mengundang siswa untuk meniru kejadian-kejadian atau situasi yang terjadi saat ini, di masa lampau, atau mungkin di masa mendatang. Dalam metode ini, siswa juga diharuskan memiliki keterampilan komunikasi untuk mendeskripsikan peristiwa yang akan mereka perankan dan juga harus mampu berakting dalam suatu peran. Menurut Beaty (2014: 421), anak-anak yang sering berlatih melalui permainan drama cenderung menjadi individu yang lebih berhasil ketika dewasa. Bermain peran merupakan salah satu bentuk permainan edukatif yang digunakan untuk menggambarkan perasaan, sikap, perilaku, dan nilai-nilai tertentu dengan tujuan memahami sudut pandang, emosi, dan cara berpikir orang lain (Depdikbud, 1964: 171). Surya (2006: 48) menjelaskan bahwa bermain peran adalah jenis permainan yang melibatkan beberapa anak untuk memerankan sebuah lakon atau mendramatisasikan perilaku tertentu dalam komunikasi dengan membagi peran di antara para pemain. Melalui drama anak, mereka dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan berkomunikasi melalui proses interaksi yang terjadi selama permainan. Dalam aktivitas ini, anak-anak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan ketika guru membahas berbagai hal yang akan dimainkan.
Drama anak merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengatasi kendala dalam kemampuan komunikasi anak yang kurang optimal. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan tujuan melatih keterampilan berbahasa anak dan memperluas kosa kata mereka sesuai dengan tingkat kemampuan berbicara yang dimiliki. Pendekatan ini sejalan dengan teori Piaget (dalam Asmawati, 2015) yang menjelaskan bahwa pembelajaran peran secara simbolis mencakup elemen fantasi, imajinasi, dan permainan. Konsep ini menyesuaikan aktivitas drama dengan usia anak, sehingga rasa ingin tahu mereka dapat mendorong keterlibatan aktif dalam komunikasi. Bermain peran melalui drama anak berdampak positif pada kemampuan berbicara, membantu anak berbicara dengan lebih lancar. Salah satu manfaat utamanya adalah peningkatan kemampuan berbahasa, seperti berbicara dengan jelas dan bertambahnya kosa kata melalui interaksi yang lebih kaya. Selain itu, anak juga dapat belajar memahami sudut pandang orang lain dengan lebih baik, meningkatkan kepekaan mereka dalam melihat permasalahan dari berbagai perspektif karena telah memiliki banyak pengalaman melalui kegiatan bermain peran, menyelesaikan masalah dengan berbicara, dan lain sebagainya.
Drama anak tidak hanya mengandalkan kata-kata, tetapi juga melibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata. Aspek-aspek tersebut membantu anak memahami pentingnya komunikasi nonverbal dalam menyampaikan pesan dan emosi. Melalui drama anak, mereka memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka di depan khalayak. Pengalaman ini membantu anak mengatasi rasa malu, meningkatkan keberanian, serta membangun rasa percaya diri yang penting untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pelaksanaan drama anak, mereka dituntut untuk memperhatikan dan mendengarkan dialog yang disampaikan oleh teman-temannya agar dapat memberikan respons yang tepat. Hal ini secara langsung melatih keterampilan mendengarkan, yang merupakan bagian penting dari komunikasi yang efektif. Ketika anak-anak memainkan peran tertentu, mereka belajar memahami dunia dari sudut pandang orang lain. Hal ini membantu mereka mengembangkan empati, memahami perasaan, kebutuhan, serta perspektif orang lain, yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi secara sosial. Drama juga melibatkan kerja sama tim, di mana anak-anak diajarkan untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan berkomunikasi dengan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Melalui pementasan drama anak, mereka diberikan kesempatan untuk berimajinasi dan mengekspresikan kreativitas dalam menyampaikan sebuah cerita. Kreativitas ini dapat mereka terapkan dalam berbagai situasi komunikasi di kehidupan sehari-hari. Aktivitas drama tidak hanya mengajarkan seni peran, tetapi juga membantu anak-anak mengasah keterampilan komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu, drama anak tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi sarana edukatif yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi secara holistik. Melalui permainan peran dalam drama anak, anak-anak belajar melalui pengalaman bermain. Tujuan dari aktivitas ini adalah membantu anak memahami perannya dalam kehidupan sosial, mengasah kemampuan pemecahan masalah, serta membangun toleransi. Keterampilan berbicara dan berkomunikasi memiliki pengaruh besar terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk kemampuan untuk diterima oleh lingkungan sosial tempat ia berada (Inten, 2017). Sebagai komunikator pemula, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa yang berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan situasi percakapan yang efektif (Otto. B., 2015).Â
Permainan drama anak juga menjadi sarana bagi anak untuk mengeksplorasi dunianya dengan meniru tindakan dan karakter yang ada di sekitarnya. Hal ini sejalan dengan tujuan utama pendidikan, yaitu membentuk individu yang mampu menciptakan hal-hal baru, bukan hanya mengulangi apa yang dilakukan oleh generasi sebelumnya (Wittmer, 2015). Dalam pembelajaran melalui metode bermain peran, anak-anak perlu berpartisipasi secara aktif untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Untuk mendorong partisipasi aktif anak dalam pembelajaran drama, perlu diberikan motivasi yang dapat berupa nasihat, keteladanan, atau penyediaan sumber belajar yang mampu meningkatkan minat dan semangat mereka untuk belajar. Kemampuan komunikasi anak memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah kemampuan menggunakan bahasa dengan baik dan benar dalam bersosialisasi. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu dilatih sejak usia dini. Pada tahap ini, bermain menjadi aktivitas yang tidak asing bagi anak. Bermain dapat menjadi sarana untuk melatih keterampilan komunikasi, terutama jika aktivitas bermain tersebut mengandung unsur edukasi. Salah satu bentuk permainan edukatif adalah bermain peran atau drama. Karena berkaitan dengan dunia anak-anak, jenis drama yang dilakukan disebut sebagai drama anak.
Drama anak tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi media pembelajaran yang sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan komunikasi. Melalui drama, anak belajar menyampaikan gagasan, emosi, dan pemikirannya secara verbal maupun nonverbal. Kegiatan ini membantu anak berbicara dengan lebih percaya diri, memahami orang lain, mendengarkan secara aktif, serta bekerja sama dalam sebuah kelompok. Selain itu, drama anak dapat merangsang empati dan kreativitas, sekaligus meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berbahasa anak secara menyeluruh. Melalui pengalaman bermain peran dan berinteraksi, anak-anak mendapatkan dasar yang kokoh untuk mengembangkan komunikasi yang efektif dalam berbagai situasi kehidupan. Oleh karena itu, drama anak memiliki peran penting sebagai metode pendidikan yang tidak hanya memperluas pengalaman artistik, tetapi juga mendukung perkembangan anak dalam aspek komunikasi, sosial, dan emosional.
Referensi
Ismaya, M. (2021). Bermain Peran Berbantuan Video Untuk Meningkatkan Perilaku Adaptif Dalam Berkomunikasi Anak Autis. GRAB KIDS: Journal of Special Education Need, 1(2), 68-73.
Fitri, R., & Pransiska, R. (2020). Keunggulan metode sosiodrama untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2), 1120-1131.
Agung, L. (2024). PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Jejak Pembelajaran: Jurnal Pengembangan Pendidikan, 8(1).
Azizah, A. N. I., Dewi, A. A., Mutawakkil, A., Rahmadhani, A., Rantisi, A. A., Rosydah, A. N., ... & Kasanah, Y. (2024). SENI PERAN UNTUK ANAK USIA DINI. Penerbit Tahta Media.
Cahyo, R. T., & Ristiani, I. (2024). Keefektifan Model Pembelajaran Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi pada Siswa Sekolah Dasar. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya, 2(5), 53-65.
Nuryati, N., & Rangganis, R. (2022). Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara. Seulanga: Jurnal Pendidikan Anak, 3(2), 73-83.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H