Mohon tunggu...
Hanum Nada
Hanum Nada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan pribadi yang menyukai travelling dan hobi mendegarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Jejak Warisan Budaya, Egrang dalam Perspektif Sejarah Permainan Tradisional Indonesia

11 November 2023   22:00 Diperbarui: 11 November 2023   22:18 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://student-activity.binus.ac.id/himdkv/2021/07/permainan-egrang/

Permainan tradisional merupakan salah satu bagian dari suatu tradisi yang menjadi salahsatu pengaruh dari kebudayaan dan adat yang dibawa oleh nenek moyang atau leluhur-leluhur. Namun disetiap daerah atau negara memiliki permainan tradisionalnya masing-masing, walaupun ada beberapa daerah atau negara yang permainan tradisionalnya sama namun dalam penamaannya dan permainannya (pola bermain) tersebut berbeda.

Pengaruh modernisasi pada permainan egrang adalah kurangnya minat generasi muda untuk memainkan permainan egrang karena menurut generasi muda bermain egrang perlu membuatnya terlebih dahulu. Berbeda dengan permainan modern yang canggih dan langsung pakai tanpa perlu membuatnya terlebih dulu. Mungkin ada beberapa anak-anak yang tidak tahu apa itu permainan egrang, gasing, congklak, dan sebagainya. Permainan tradisional seperti ini sudah mulai masuk museum dan lembaga-lembaga penelitian atau budidaya yang bisa diteliti untuk kepentingan sejarah dan budaya. Bagi yang ingin melihat permainan ini, mungkin hanya bisa menemuinya di daerah tertentu saja dan pada waktu tertentu. Permainan tradisional harus tetap dipertahankan, karena hal itu merupakan bagian dari sejarah di kearifan lokal. Jangan sampai permainan tradisional kita menjadi punah.

Lantas bagaimana cara memperkenalkan kembali permainan tradisional egrang kepada anak-anak Indonesia? Yuk, mari kita simak bersama penjelasan sejarah mengenai permainan tradisional egrang.

Permainan egrang merupakan permainan tradisional Indonesia yang sudah dimainkan oleh masyarakat zaman dulu dan belum diketahui secara pasti darimana asalnya. Tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti: sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau. Selain sarana transportasi, egrang juga berfungsi sebagai alas kaki untuk pergi ke Masjid, karena zaman dulu orang belum menggunakan sendal. Di samping itu engrang ini juga dimainkan dalam bentuk pertandingan dan pertunjukan dari suatu daerah atau di negara tertentu dimana permainan tersebut memiliki makna yang tersendiri yang diturunkan secara turun temurun oleh nenek moyang dari satu suku atau budaya.

Egrang adalah permainan berjalan dengan menaiki 1 pasang  bambu, yang masing-masing bambu memiliki ukuran bervariasi. Seperti spesifikasi ukuran egrang untuk anak umur 6 - 12 tahun setidaknya memakai tongkat bambu setinggi 1,5 meter dengan ukuran tempat berpijak setinggi 30 cm, lebar 15-20 cm dan panjang 7,5 cm. Sedangkan spesifikasi Egrang untuk umur 13 tahun keatas menggunakan tongkat bambu setinggi 2,5 meter dengan ukuran tempat bpijak setinggi 50 cm, lebar 20 cm dan panjang 10 cm. Permainan egrang ini juga dapat dimainkan oleh 2 atau lebih pemain. Bagi orang yang tidak memiliki dan mempunyai keyakinan pada dirinya, sering kali ia mengalami kesulitan untuk melangkahkan bambu yang menopang tubuhnya.

Untuk memainkan permainan egrang ini tidaklah sulit, dengan menambah keyakinan kita bahwa kita bisa dan berani permainan ini dapat dimainkan dengan mudah, berikut adalah cara memainkan egrang:

  • Setiap peserta memiliki saru pasang egrang, dan bersiap untuk menaiki egrang.
  • Kunci utamanya badan rileks, jangan tegang.
  • Untuk dapat ada keseimbangan, dapat bersandar ke tembok atau meminta bantuan teman.
  • Fasilitator memberikan arahan bahwa peserta yang menang adalah peserta yang sampai kembali ke garis start.
  • Setelah peluit dibunyikan, setiap peserta langsung berjalan menggunakan egrang tersebut dan kembali lagi ke titik atau garis start,dan peserta yang sampai terlebih dahululah yang dinyatakan menang.

Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah: kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.

Permainan egrang merupakan permainan tradisional Indonesia yang sudah dimainkan oleh masyarakat zaman dulu dan belum diketahui secara pasti darimana asalnya. Pengaruh modernisasi pada permainan egrang adalah kurangnya minat generasi muda untuk memainkan permainan egrang karena menurut generasi muda bermain egrang perlu membuatnya terlebih dahulu. Berbeda dengan permainan modern yang canggih dan langsung pakai tanpa perlu membuatnya terlebih dulu. Maka dari itu, permainan tradisional sebaiknya dikenalkan di sekolah-sekolah dan dimainkan di rumah-rumah dekat tempat tinggal mengingat permainan ini sudah jarang dimainkan oleh kalangan anak-anak generasi sekarang. Permainan ini harus dikenalkan kepada anak-anak generasi sekarang karena permainan egrang dapat meningkatkan jiwa sportifitas, kuat, saling kerjasama dan termasuk olah raga ketangkasan. Permainan ini telah memberikan makna dan nilai baik pada diri (si pengguna) maupun bagi lingkungan sosial itu sendiri.

Referensi

  • Nur Syamsudin Fikri.(2018). Sejarah Permainan Egrang Bambu dan Cara Melakukannya.
  • Ardy Wijaya. (2017). Egrang Sunda.
  • Alfian UJ. (2022). Asal Usul Permainan Tradisional Egrang, permainan yang populer di era 90-an.
  • Nurul Agdini. (2018). Egrang, Permainan yang Sekaligus Olahraga Tradisional Indonesia.
  • Afrinel Okwita, Siska Permata Sari. (2019). Eksistensi Permainan Tradisional Egrang Pada Masyarakat Monggak Kecamatan Galang Kota Batam.
  • Kendall Malik. (2019). Perbedaan Nilai (Value) dan Makna (Meaning) Budaya Permainan Egrang Di Empat Negara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun