Mohon tunggu...
Hanum Kurnia Riska
Hanum Kurnia Riska Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Holding my words to stand up for myself.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Adab Sebelum Ilmu dalam Kitab Karangan Syeikh Az-Zarnuji

2 April 2020   14:43 Diperbarui: 2 April 2020   17:25 2633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang keenam adalah ukuran dan urutan. Dalam memberikan kajian atau materi untuk disampaikan, akan lebih baik dengan sesuatu yang dapat dipahami dan diingat para pencari ilmu hingga akhir hayatnya. Dengan membuat catatan yang tertata dan urrut akan menjadikan kita lebih mudah mengingat dikala kita lupa.

Yang ketujuh adalah tawakkal. Dalam mencari ilmu harus bertawakkal. Bukan hanya karena masalah ekonomi lalu langsung goyah dan menyerah. Banyak cara untuk mendapatkan ilmu. Ilmu tidak didapatkan di sekolah formal saja. Ilmu juga bisa didapatkan dari lingkungan sekitar. Jika ingin menuntut ilmu di sekolahan formal dengan ekonomi yang tidak memadai, masih ada beasiswa, bahkan banyak beasiswa-beasiswa yang ditawarkan tidak hanya satu atau dua. Berusaha dan berdo'a adalah kunci keberhasilan. Jangan hanya menyerahkan semuanya kepada Tuhan namun enggan untuk berusaha.

Yang kedelapan adalah waktu belajar ilmu. Seperti yang telah dijelaskan dalam penggambaran makna kata ilmu yang berasal dari kata 'ilm. Huruf lam menggambarkan tak terbatasnya usia dalam menuntut ilmu. Manusia mulai belajar dari buaian ibu dan akan terus belajar sampai ke liang lahat. Dari belajar bagaimana berjalan dan berbicara, menulis dan membaca, hingga menciptakan sesuatu yang baru. Namun terdapat masa-masa cemerlang untuk belajar atau menuntut ilmu yaitu masa-masa permulaan menjadi pemuda atau pemudi.

Yang kesembilan adalah saling mengasihi dan menasehati. Adakalanya dalam hubungan berkeluarga, berteman, bermasyarakat, bahkan bernegara terdapat masalah-masalah. Sebagai pribadi muslim kita tidak diperbolehkan untuk berburuk sangka bagaimanapun keadaannya. Yang harus kita lakukan adalah mencari jalan keluar dan meminta bantuan kepada Tuhan. Jika ada seseorang yang tidak benar adabnya maka dekatilah lalu nasihatilah sengan tutur kata selembut mungkin.

Yang kesepuluh adalah mengambil pelajaran. Dimanapun seorang individu berada hendaklah mengosongkan gelas untuk mengisinya kembali dengan ilmu-ilmu yang baru. Jika otak tidak dapat mengingat dengan baik, bawalah pena dan buku atau lembaran untuk mencatat sekiranya ada ilmu atau informasi yang perlu untuk dicatat. Datanglah kepada orang yang sepuh atau lebih tua. Mintalah mereka untuk berbagi cerita tentang kehidupan ini. Banyak sesuatu yang telah mereka lewati terlebih dahulu dari pada kita. Mintalah nasihat dan saran untuk hidupmu menjadi lebih baik lagi kedepannya. Dengarkan dengan seksama cerita-cerita mereka (para sepuh atau orang yang lebih tua) dan ambilah hikmahnya dan pelajaran yang dapat menjadi pedoman. Jika untuk hari ini pelajaran tersebut belum berguna belum tentu pelajaran itu tidak berguna. Akan ada waktunya 10 tahun kemudian itu akan menjadi suatu hal yang berguna dan menjadi suatu hal yang akan disyukuri karena telah mempelajarinya dan mengingatnya.

Yang kesebelas adalah bersikap wara'. Wara' merupakan perbuatan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Menuntut ilmu adala kegiatan yang mulia, maka bukan sesuatu yang baik jika penuntut ilmu tidak bersikap wara' ketika menuntut ilmu.

Yang kedua belas adalah hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan hal-hal yang dapat melemahkan hafalan. Hal-hal yang dapat menguatkan hafalan antara lain ialah kesungguhan, kontinuitas, kurangi makan atau makan secukupnya dan sholat malam. Sedangkan hal-hal yang dapat melemahkan hafalan ialah perilaku maksiat, banyaknya dosa, gila dan gelisah karena urusan dunia.

Yang ketiga belas adalah hal-hal yang mempermudah dan menghambat datangnya rezeki. Hal-hal yang dapat membawa rezeki antar lain ialah bangun lebih pagi, sholat dhuha, melakukan sholat dengan rasa ta'dzim dan khusu'. Sedangkan hal yang dapat menghambat datangnya rezeki antara lain ialah terlalu banyak tidur dan tidur di pagi hari, bericara sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat, terlampau banyak bergaul dengan lawan jenis.

Tiga belas hal diatas merupakan rangkuman dari pemikiran-pemikiran pendidikan islam Syeikh Az-Zarnuji. Mulai dari hakekat ilmu sampai hal-hal yang mempermudah dan menghambat datangnya rezeki. Dapat disimpulkan bahwasannya ada adab sebelum ilmu, pahami adabnya maka dengan izin Allah kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan kita.


Daftar pustaka :
Aliy As'ad. 1978. Terjemahan Ta'limul Muta'alim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan. Kudus : Menara Kudus
Hasan Langulung. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan. Bandung : Al-Ma'arif
Abuddin Nata. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Ahmad Sholeh. 2006. Pembelajaran Kitab Ta'lim Muta'alim Ilmplikasinya dalam Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin "Aspir" Pesantren kaliwungu Kendal. Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun