Mohon tunggu...
Hanum Hapsari
Hanum Hapsari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita Ibu Hamil dari NTT

21 April 2016   14:04 Diperbarui: 22 April 2016   19:30 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Suli Lakapu dan anaknya di depan rumah Kepala Desa Sunu pada kegiatan Kelas Ibu Hamil (01/04/2016)"][/caption]Desa Sunu terletak 107.5 km dari Kupang ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, sekitar 62.6 km untuk menuju ke Ibu Kota Kabupaten di Soe. Walaupun terletak di desa, tetapi sudah ada layanan untuk kesehatan ibu hamil. Suli Lakapu dan Mince Tuan membagi kisahnya dalam mengikuti kelas ibu hamil yang diadakan oleh Yayasan Balita Sehat (YBS) atau Foundation for Mother and Child Health Indonesia (FMCH Indonesia) di Desa Sunu, Kecamatan Amanatun Selatan.

Suli bercerita jika dia baru pertama kali mengikuti kelas ibu hamil walaupun sudah pernah hamil sebelumnya. Dia, yang dulu tinggal di Kupang, mulai ikut kelas ibu hamil setelah pindah ke Desa Sunu pada usia kehamilan ke-5. Selama lima kali ikut dia merasa senang karena dapat berkumpul bersama ibu hamil lainnya dan merasa tubuhnya menjadi lebih sehat.

Wanita yang berusia 23 tahun ini untuk melahirkan di Puskesmas Oinlasi. Hingga kini anaknya, Sifana Karisa mendapatkan ASI eksklusif karena menurutnya ASI yang diberikan selama 6 bulan itu memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah untuk kekebalan tubuh anak. Pengetahuan ini didapatkan dari ahli gizi dan bidan pada kelas ibu hamil yang ia ikuti. Meskipun anaknya lahir dengan berat 2,550 gram namun kini meningkat pesat menjadi 4,500 gram pada usia dua bulan.

Tidak hanya belajar sebulan sekali tetapi ia juga mempraktekkan resep untuk makanan selingan anak pertamanya yang berusia 5 tahun. Beberapa resep yang sering ia praktekkan adalah bolu pelangi, tart labu kuning, dan lemet isi sosis. “Anak saya suka sekali camilan lemet isi sosis,” begitu katanya pada YBS.

Antusias yang tinggi juga diceitakan Ibu Mince tentang pengalamannya bersama YBS. Ia bercerita sambil mengenang ketika masih mengandung Lovandri 6 bulan lalu. Lovandri adalah anak ke-4 dari pasangan Mince Tuan dan Marten Luter Lakapu. Sekarang anak sulungnya sudah kelas 6 SD sementara 2 lainnya meninggal karena bayi lahir prematur. Anak keduanya lahir pada usia 6 bulan dan anak ketiga ketika 7 bulan 2 minggu, dua-duanya meninggal. “(Saya pikir) Kalau saya tidak ikut kelas ibu hamil berarti saya tetap tidak dapat anak sehingga saya harus ikut,” begitu kata Mince sambil menggendong anaknya yang tampak sangat sehat dan ceria.

Mince mengikuti kelas ibu hamil selama 7 kali sejak usia kehamilannya 3 bulan. Bergabung dalam kelas ibu hamil bukan masalah datang atau tidak datang namun perjuangan yang harus dia lakukan. Wanita yang berusia 36 tahun itu tetap semangat meski harus berjalan 1 Km untuk menuju balai desa Sunu. Dukungan suami juga menjadi semangat tambahan bagi Mince karena suaminya juga kadang mengantarnya ke kelas ibu hamil.

Ia juga menjelaskan dengan rinci bagaimana ia harus berjuang melahirkan Lovandri di Rumah Sakit Kabupaten Kota Soe karena riwayat risiko tinggi yang pernah dialaminya. Meskipun demikian ia tetap melahirkan dengan persalinan normal dengan berat badan bayi 3,6 Kg. Sekarang usia Lovandri sudah 5 bulan dengan berat badan 5.5 Kg.

“Tentang Kelas Ibu Hamil, saya suka semua karena programnya bagus tetapi yang paling saya suka dalah kegiatan memasak dan senam. Sekarang saya sedang mempersiapkan anak untuk mulai makan MP ASI. Saya belajar banyak resep dari kelas ibu hamil seperti bubur pisang dan bubur kacang hijau,” Katanya. Kegiatan Kelas Ibu Hamil dimulai dengan pemeriksaan ANC oleh bidan dari Puskesmas Oinlasi. Setelah itu para ibu mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak bersama. Biasanya ahli gizi YBS akan memberikan panduan cara memasak menggunakan bahan lokal yang mudah di dapat. Sembari menunggu masakan matang, para ibu hamil mendapat materi kesehatan dan senam ibu hamil. Kegiatan yang rutin dilakukan sebulan sekali ini ditutup dengan makan bersama. “Saya suka senam karena kita semua memakai training sehingga terlihat cantik,” tambahnya tersenyum menutup perbincangan.

Sosok ke-dua ibu di atas hanya sebagian kecil kisah ibu hamil yang luar biasa di NTT. Mereka terus berjuang untuk kesehatan dirinya sendiri, anak, dan keluarga melalui Kelas Ibu Hamil bersama YBS. Cerita ibu yang berjuang demi anak-anaknya ini mengingatkan kembali akan perjuangan RA. Kartini tentang pendidikan bagi perempuan. Selamat Hari Kartini bagi seluruh perempuan di Indonesia. Teruslah berkarya dan berjuang demi kehidupan yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun