Mohon tunggu...
Hanum Rachma
Hanum Rachma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanum Rachma

Perkenalkan nama saya Hanum Rachma, Pekerjaan sekarang sebagai mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jari Lentik Masyarakat Indonesia Berujung Petaka, Perlu Dihentikan agar Tidak "Kebablasan"

20 Mei 2021   17:35 Diperbarui: 20 Mei 2021   17:56 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Cyber bullying di media sosial

Siapa di dunia ini yang tidak kenal dengan "sosial media"? Sosial media sekarang sudah dimiliki oleh masyarakat dari anak-anak, remaja maupun dewasa. Zaman sekarang memberi kabar ataupun mendapatkan info sudah dapat diakses menggunakan ponsel dan melihatnya di sosial media. Saat kita menggunakan media sosial banyak sekali hal yang terjadi dalam dunia virtual, salah satunya adalah tindakan bullying. Negara kita, Indonesia mendapatkan peringkat ke 29 dari 32 negara dalam hal tingkat sopan santun pada pengguna internet sepanjang 2020 menurut survei microsoft. Sering ditemukan kejadian bullying di media sosial bukan dikalangan biasa saja, di kalangan selebriti juga kerap terjadi. Perlu diingat saat menggunakan media sosial kita tetap harus mematuhi peraturan dan norma yang berlaku.

 Lalu, Apa saja faktor yang membuat tindakan cyber bullying? dan adakah solusi untuk mengurangi hal tersebut?

Faktor mengapa adanya tindak cyber bullying di media sosial

Berada di peringkat 29 dari ke 32 negara dalam kesopanan membuat geleng-geleng kepala dan juga hal yang memalukan bagi negara Indonesia. Pada survei tersebut diukur melalui berbagai indikator. Beberapa indikator tersebut ialah penyebarluasan informasi atau berita bohong (Hoax), ungkapan/ujaran kebencian, cyber bullying, penipuan, dan lain -- lain.

Tanggapan yang muncul dari kalangan masyarakat pengguna media sosial Indonesia mengenai hasil survei tersebut bukannya memperbaiki diri dalam menggunakan media sosial, namun justru masyarakat Indonesia membanjiri komentar di akun microsoft.

Yang menjadi salah satu faktor rentannya terjadi cyber bullying di Indonesia adalah kurangnya pemahaman dari para pengguna media sosial akan pentingnya menjaga tutur kata dalam berinteraksi melalui media sosial. Selain itu, para pelaku cyber bullying cenderung merasa aman untuk melakukan tindakan bullying melalui media sosial karena meraka akan merasa aman. Hal tersebut terjadi karena para pelaku tersebut dapat menggunakan identitas palsu atau bahkan menggunakan identitas orang lain untuk menutupi identitas asli mereka. Mereka berpikir dengan melakukan hal tersebut bisa mengurangi resiko mereka untuk tertangkap.

Maka dari itu ada pula cara untuk mengurangi tindakan ini yaitu, perlunya peran aktif dari orang tua dan pemerintah untuk mencegah dan mengurangi tindakan cyber bullying ini. Peningkatan pengawasan pengguna media sosial oleh pemerintah akan sangat penting guna menindak semua pelaku kejahatan cyber  bullying yang terjadi di dunia maya. Dan setiap pengguna perlu diingatkan dengan adanya UU ITE yang berlaku.

Hal lain yang menjadi faktor tindakan cyber bullying adalah penerapan kode etik yang minim dipahami dan dilakukan oleh pengguna media sosial. Selama ini, penerapan dalam melakukan aktivitas di sosial media masih terlalu sembrono. Apa yang terlihat dengan mudahnya mereka komentari tanpa memikirkan dampaknya. Banyak dari mereka berkomentar dengan kalimat-kalimat yang kurang sesuai dan terkesan negatif.

Pahami sebelum menggunakan media sosial

Dari banyaknya permasalahan, tingkat cyber bullying di Indonesia cukup memprihatinkan. Sudah sering ditemui perkara-perkara hukum dengan laporan atas pelanggaran UU ITE yang dilakukan masyarakat Indonesia dari kalangan artis maupun non artis. Seringnya yang menjadi tersangka adalah orang-orang yang sudah menginjak fase dewasa.

kurangnya open minded dari generasi Y mengakibatkan mereka mempermasalahkan hal-hal kecil yang pada saat ini sudah memiliki pemahaman yang luas. Sedangkan generasi Z tipe generasi yang mudah termakan berita-berita kosong menambah terjadinya pelaku-pelaku tindakan cyber bullying. Dengan asosiasi yang terjadi secara tidak langsung ini pengatasan atas permasalahan tersebut masih kurang berjalan dengan baik.

Kurang meleknya akan literasi digital juga bisa menjadi salah satu penyebab kasus cyber bullying. Literasi digital bisa dikatakan solusi efektif untuk mengurangi fenomena kasus cyber bullying. Dengan adanya literasi tersebut perlahan akan membuat masyarakat bisa lebih kritis dalam menanggapi kabar ataupun hal lain yang ada di media sosial.

Dari kegiatan ini bisa membantu para remaja atau orang dewasa untuk memahami bagaimana memanfatkan sosial media dengan baik terutama dalam berkomentar atau membuat statement yang menjunjung tinggi etika kesopanan. Dan Sebaiknya kita berpikir dan memahami terlebih dahulu kasus yang ada sebelum kita berkomentar agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun