Mohon tunggu...
Muna Handifo
Muna Handifo Mohon Tunggu... Lainnya - single fighter street fighter

petani tradisional, pernah terdampar di pasar tradisional, terkungkung di warung tradisional dan melakoni street marketing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu Pertiwi yang Terus Menangis

17 Desember 2011   09:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:08 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

----------------

Rakyat masih sebatas simbol...

kemakmuran hanya bahasa kampanye...

Janji-janji usang untuk melangsungkan kekuasaan...

"kekurangan" di pelihara...

----------------

Jilat-menjilat menjadi budaya...

Feodalisme masih mencengkeram erat...

Premanisme apalagi...

Demokrasi hanya slogan...

-------

Pertiwi menjerit...

Pertiwi menangis...

Pertiwi mengemis....

Oleh kelakuan bangsanya yang tak bersyukur...

.

Gubuk Transisi, 17 Desember 2011

Muna Handifo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun