Mohon tunggu...
Hanu sutisna
Hanu sutisna Mohon Tunggu... -

Pemerhati apa saja dan menyukai kejujuran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jejak Rekam Institusi Pengaruhi Kepercayaan Masyarakat

30 Januari 2015   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:06 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik untuk di analisa ,ketika Konflik antara Polri vs KPK, sebagian besar masyarakat begitu antusias mendukung KPK dan sebaliknya Polri sebagai pihak antagonis yg tidak disukai masyarakat...

Kenapa ini terjadi , ini tidak terlepas dari rekam jejak dari masing2 institusi selama perjalanan prestasinya ke belakang. KPK yg dilahirkan 11 tahun yg lalu, mampu memberikan prestasi yg sangat diapresiasi masyarakat yaitu menyeret Koruptor2 kelas kakap ke tahanan tanpa memandang apakah koruptor ini dekat dengan kekuasaan atau tidak, masih diingat ketika besan presiden SBY yg pada saat itu masih berkuasa harus mendekam di tahanan tanpa ada intervensi dari presiden atau Gubernur/bupati yg sudah belasan orang digiring ke meja persidangan. Hal ini yg tidak bisa dilakukan sebelumnya oleh Polri sebagai penegak hukum yg mengurusi semua kasus pidana termasuk korupsi. Dan alih2 mereka memberantas korupsi malah yg ada mereka menikmati bersama jarahan hasil mencuri harta negara bersama koruptornya.

Inilah yg membuat citra kedua institusi ini begitu bertolak belakang, belum lagi oknum2 Polisi dilapangan yg melakukan pungli, atau memback up kegiatan2 yg melawan hukum dan banyak lagi yg membuat masyarakat malah menjadi benci terhadap polisi.

"Karna nila setitik, rusak lah susu sebelangga" ungkapan ini mungkin sering dungkapkan oleh orang2 yg menyalahkan oknum sebuah institusi yg membuat buruk citra sebuah institusi, tetapi bagi Polri ungkapan ini banyak diplesetkan menjadi " karna nila sebongkah, rusaklah susu semuanya" ini artinya antara petugas yg bersih dan oknum yg nakal, lebih banyak oknum yg nakalnya. Ini sudah bukan rahasia umum lagi kalo tingkat kepercayaan terhadap polisi sangatlah rendah, dan jika ini dibiarkan ini sangat berbahaya bagi kelangsungan negara ini, Kepolisian adalah institusi yg sangat penting untuk menjaga keamanan di dalam dan memberi kenyamanan bagi masyarakat, artinya kepercayaan masyarakat haruslah diberikan kembali oleh kepolisian melalui petugas2 yg bersih yang tentu saja harus diawali oleh petinggi2 Polri yg harus bersih.

Kasus BG adalah penentu bagaimana masyarakat akan memberikan kepercayaan lagi atau malah semnakin turun terhadap kepolisian. Jika Presiden keukeuh melantik BG karena tekanan2 politik di DPR dan partai penyokongnya atau pengamat2 hukum yg Pro korupsi, maka masyarakat akan kehilangan kepercayaannya terhadap Polri, atau bukan saja terhadap Polri tetapi terhadap Presiden sebagai kepala pemerintahan. Jika presiden mengganti BG dengan calon2 lainnya maka pemerintahan akan terse;amatkan tingkat kepercayaan masyarakatnya.

Isu Korupsi adalah isu yg sangat sensitif di negeri ini, negara ini terpuruk karena budaya korupsi yg merajalela, maka jika ada pemimpin yg terindikasi korupsi  maka reaksi masyarakat sangatlah hebat.Satu2nya jalan untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap pemerintahan dan presiden jokowi adalah "SECEPATNYA MENGGANTI BG" dan membersihkan petinggi Polri yg masih bisa dipengaruhi oleh BG.

Pelemahan KPK melalui Kriminalisasi semua komisionernya adalah bukti BG masih punya pengaruh terhadap kebijakan Polri saat ini. Presiden harus membersihkan petinggi2 Polri yg bermain2 terhadap kebijakan pemerintahan dalam membangun pemerintahan yg Bersih dari korupsi.

BERSIH-BERSIH adalah kunci bagi Polri untuk membangun citra dan kepercayaan publik terhadap polisi...jangan ada toleran bagi polisi2 yg coba2 untuk korupsi atau memback up suatu tindak korupsi.

Mudah2an Negeri ini diberi anugrah pemimpin2 yg bersih,amanah dan hatinya tergerak untuk membangun negeri ini.....amien....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun