Mohon tunggu...
Hantus Tommy
Hantus Tommy Mohon Tunggu... Bankir - Saya bekerja di salah satu BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Alumni Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Bekerja di bidang perbankan segmen mikro, berasal dari kota Balikpapan (Kalimantan Timur) dan sekarang berdomisili di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

[BPJS Kesehatan] Bertolong-tolonglah Sesama Anak Bangsa Demi Indonesia Sehat

20 Juni 2016   02:26 Diperbarui: 20 Juni 2016   03:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian “gotong-royong” dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu). Konsep gotong-royong ini digunakan BPJS Kesehatan sebagai konsep dalam mengajak masyarakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan, baik perorangan maupun instansi/perusahaan: “Dengan Gotong-royong Semua Tertolong”.

Sejak hadirnya BPJS Kesehatan pada  tanggal 1 Januari 2014 banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat yang bekerja mandiri (wirausaha) seperti pedagang kecil, tukang ojek, tukang sayur keliling dll yang tidak menerima upah tiap bulan dari suatu instansi/perusahaan.

Semangat “gotong-royong” yang digunakan BPJS Kesehatan dalam mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan, supaya seluruh lapisan masyarakat merasakan pelayanan prima akan jaminan kesehatan disaat masyarakat sedang sakit untuk berobat di klinik ataupun di rumah sakit.

Demikian juga saya, istri saya dan anak saya merasakan manfaat menjadi peserta BPJS Kesehatan, sejak beroperasinya BPJS Kesehatan pada awal tahun 2014, pindah secara otomatis dari Jamsostek (bagian pemeliharaan kesehatan) ke BPJS Kesehatan. Manfaat yang didapat selama menjadi peserta BPJS Kesehatan ini adalah anak saya dapat fisioterapi secara berkala yakni 2 (dua) kali dalam seminggu.

Fisioterapi anak saya yaitu untuk terapi gerak, terapi yang dilakukan ini merupakan rekomendasi dokter anak tumbuh kembang agar anak saya dapat berjalan seperti anak seusianya. Anak saya mengalami pertumbuhan fisik berbeda dengan anak seusianya, akibat terkena virus tokso pada saat dalam kandungan, sehingga sejak saat itu pertumbuhannya mengalami gangguan. Sebelum kami merasakan manfaat dari BPJS Kesehatan tersebut, kami melakukan fisioterapi anak saya dengan membayar secara pribadi. Ini sangat kami rasakan –pada saat itu– bagaimana besarnya dana yang harus kami bayarkan.

Kehadiran BPJS Kesehatan ini membuat kami terbantukan. Kami sangat bersyukur, anak saya dapat dicover oleh BPJS Kesehatan untuk menjalankan fisioterapi secara berkala dengan premi yang terjangkau.

Perbandingan dengan membayar pribadi dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan ini, tentulah sangat berbeda rasanya. Melihat sisi biaya yang dikeluarkan tiap bulan pun sangat terasa.

Sebagai contoh anak saya fisioterapi di rumah sakit swasta: kalau bayar pribadi, jika kita mengikuti fisioterapi seminggu 2 (dua) kali dan biaya yang kita keluarkan kisaran Rp. 150.000,- sampai Rp.200.000,- sekali terapi. Biaya yang dikeluarkan selama sebulan dengan asumsi biaya tertinggi yaitu 2 x 4 minggu x Rp. 200.000,- = Rp.1.600.000,- tiap bulannya. Jika kita menjadi peserta BPJS Kesehatan biaya premi yang dikeluarkan sesuai dengan kelas layanan kesehatan yang kita ambil. Contohnya kelas yang tertinggi yaitu kelas I dengan biaya premi tiap bulan adalah Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah). Andaikan seluruh rakyat Indonesia menajdi peserta BPJS Kesehatan dan rutin membayar premi secara teratur tentunya akan ada persediaan dana kesehatan yang cukup. Perbandingan harga ini, sangatlah terbantukan bagi kita yang memiliki kemampuan bayar yang pas-pasan.

Asumsi jika seluruh lapisan masyarakat ikut menjadi peserta, dengan jumlah penduduk Indonesia 200juta penduduk, kita ambil rata-rata premi kelas II –sebagai contoh- dengan biaya premi Rp. 51.000,-. Premi yang terkumpul sebesar Rp. 10.200.000.000,- (sepuluh milyar dua ratus juta rupiah) tiap bulannya. Tentunya dana ini, BPJS Kesehatan kelola lagi untuk penambahan dana cadangan dengan menyimpan di deposito ataupun instrumen investasi lainnya agar dapat menambah dana cadangan tersebut.

Kehadiran BPJS Kesehatan ini dengan konsep “Gotong-royong demi Indonesia Sehat” adalah sangat bermanfaat bagi masyarakat menengah ke bawah. Bagi peserta yang sehat dan mampu serta telah menjadi peserta BPJS Kesehatan, dapat menolong sesama anak Bangsa yang membutuhkan layanan kesehatan dengan ekonomi menengah ke bawah. Jadi sebagai anak Bangsa terlebih yang memiliki ekonomi yang mapan, seyogyanya mendukung BPJS Kesehatan melalui menjadi peserta, sehingga dapat menolong sesama anak Bangsa lainnya yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun