Mohon tunggu...
Hantu Pena
Hantu Pena Mohon Tunggu... -

sedang mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Pena untuk Ronghiya

2 Agustus 2012   12:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menara menara kehidupan..
Payung raksasa badai jiwa..
Tentram damai, sejuk semai..
Kini lenyap, ditelan senyap..
Takbir masjid tenggelam dalam letupan senjata..

Menara menara kehidupan..
Dalam tangis, dalam luka
Kini mereka tak lagi punya tempat meyandarkan perihnya..
Karena kebebasan terbelenggu
Karena ulah tangan hitam manusia tanpa jiwa..

Menara menara kehidupan..
Kini tangis, kini miris..
Kini mereka meringkuk diujung sepi sembari menahan rasa ingin mati yang tak terhingga..

Menara menara kehidupan
Padamu aku kabarkan kala malam malam beracun sekumpulan serigala berduyun duyun menerkam mereka dengan amarah terhunus
pilar pilar kebebasan pupus diberangus..
Catatan penaku melukis anyir darah, dari beku jantung simati, tentang kedamaian yang hangus dalam badai api

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun