Mohon tunggu...
Ragil WIrayudha
Ragil WIrayudha Mohon Tunggu... Freelancer - melihat, mencatat dan mengingat

Hidup hanya sekali namun sejarah akan mengingatmu selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rahayu, Mendobrak Sejarah Roti Bakar dengan Kelezatan

5 Maret 2020   14:59 Diperbarui: 5 Maret 2020   16:39 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Roti Bakar Rahayu


Kata orang, masa lalu tak pernah tua dibenak para pelakunya. Merujuk sejarah, roti bakar muncul dari memanggang roti yang tak lagi segar, di masa lalu, abad 18 saat Eropa dilanda krisis pangan. Di Indonesia, Roti Bakar dikenal sekira 50 tahun yang lalu. Kini Roti Bakar mirip Nasi yang semua orang kenal; pernah makan. Nyaris tanpa dilema sejarah, Roti Bakar mendapatkan tempat dihati para pewarisnya, ialah kita.

Adalah Roti Bakar Rahayu, mangkal di Jl. Samratulangi Joho Mahanan, Surakarta. Dibidani Said & Ahmad, duo pemuda asli Solo. Enam bulan silam, satu bentuk gairah tak ingin tinggal diam. Begitulah jiwa pengusaha. Kuliner bukanlah bisnis tanpa tantangan, bahkan saking rapatnya persaingan, tidak sedikit Bakul Roti Bakar yang gulung tikar, atau memilih bertahan ditengah gempuran persaingan. Mendirikan usaha ditengah kemelut ekonomi tentu bukan hal gampang. Rupanya Said dan Ahmad memiliki satu landasan pacu yang tepat untuk menerbangkan Roti Bakar Rahayu, ialah analisis SWOT, kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). "Dengan kerjasama tim yang baik, strategi dan sinergi, juga soliditas, alhamdulillah tenda Roti Bakar Rahayu masih tegak berkibar", kata Said menjelaskan.

Berjalan di masyarakat Perancis, seorang Pemahat  bisa dikenali (kualitas-red) dari serpihan kayunya.Begitupun Roti Bakar Rahayu, konsistenmemberi kepastian kualitas baku mutu dan rasa yang prima, sebab tidak mengambil bahan kecuali yang "The Best". Seakan hendak mendobrak narasi sejarah dan menyampaikan fakta baru, bahwa Roti Bakar tidak meluluberbahan Roti "murahan".Dengan segala konsekuensi manajemen yang harus ditanggung, Rahayu yakin memilih jalan itu, kualitas!

Ahmad melayani Pembeli
Ahmad melayani Pembeli
Buka pukul 17.00 s/d 23.00 WIB, Roti Bakar Rahayu siap meladeni kesungguhan dan kerinduan masyarakat akan Roti Bakar halal dan istimewa, yang membuat lidah tak perlu berkelahi dengan hati sebab kecewa. Dibandrol serba Rp. 20.000, menyajikan enam pilihan varian: Super Nougat, Super Coklat, Strawberry, Super Keju, Coklat Nougat, Coklat Keju. Rahayu menyuguhkan kedalaman atraksi rasa Roti Bakar yang mempesona. Selain keunggulan bahan baku, dalam proses masaknya terlihat jelas suasana higienis. Kebersihan dijaga dengan baik, salah satunya adalah penggunaan sarung tangan. Demikian itu adalah catatan positif sekaligus titik tanda yang menonjol, yang membuat Rahayu memang "beda" dari Roti Bakar lainnya. Terbukti, lidah sejak lahirnya bukanlah pembohong yang baik. Kejujuran konsumen Rahayu tak perlu ditodong untuk memberi kesaksian rasa. Harum dan Lezat, begitusalah satu notifikasi userRahayu. Artinya, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan Rahayu.

Salah satu varian favorite
Salah satu varian favorite

Menyoal merk dagang, Rahayu sendiri memiliki arti keselamatan, bahasa Sanskerta yang juga bermakna ketentraman. Bagi masyarakat Jawa khususnya Solo, kata Rahayu sudah menjadi representasi sosial, mental template yang mewakili gambaran keadaan yang serba baik, tata tentrem karta raharja, jauh dari keburukan dan kekurangan.

Sebagai bagian dari masyarakat milenial, Rahayu juga menggunakan internet sebagai media promo.  Selain bekerjasama dengan Grab Food dan Go Food, Rahayu dengan akun instagram.com/rotirahayu membangun jembatan komunikasi dengan penikmatnya, mempermudah siapa saja mengakses informasi terkini Roti Bakar Rahayu. Karena disamping bakulan Roti, Said dan Ahmad jugalah seorang Solonis Surakartans, yang ringan hati berbagi kabar dan makna kehidupan seputar Solo.

Ada benarnya, "Siapa yang rotinya kumakan, kisahnya kuceritakan", begitulah masyarakat Jerman menganggap serius tentang Roti. Dan adalah Julia Child, seorang Amerikan segaligus guru memasak, diantara kritiknya, "Bagaimanasebuah negara dikatakan maju, jika rasa rotinya masih seperti Kleenix". Namun,Julia Child telah keliru, sebab ia tidak pernah merasakan lezatnyaRoti BakarRahayu. (r.w)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun