Kami sampai ke suatu daerah yang bernama Karang Pucung. Berhenti sejenak, beli rokok, beli roti dan beli soft drink. Mungkin, dalam pikiran saya, kami akan sebentar lagi memasuki daerah pelabuhan sandar kapal tanker. Malu bertanya sesat dijalan, kami bertanyalah pada salah seorang pemuda berpakaian kaos yang menandakan bahwa dia adalah salah satu personel Angkatan Darat, kemanakah arah menuju pelabuhan Cilacap? Dia menjawab dan menjelaskan arahnya yang masih jauh dan berliku liku lagi. Kami melewati Banyumas, seperti yang kami baca tercantum di papan reklame pinggir jalan. Masih belum Cilacap…
Tidak seberapa lama, muncul gapura yang bertuliskan huruf besar “KABUPATEN CILACAP”
Akhirnya……………………………
Tanya kiri kanan (lagi) untuk menuju pelabuhan sandaran kapal, kami melewati pasar. Isi perut terlebih dahulu, makan nasi dengan lauknya. Saya lihat ada gorengan yang kata tukang warungnya itu adalah Mendoan, ukurannya 3 kali ukuran mendoan pinggir jalan yang biasa saya beli di Jakarta. Mantap!!!
Ohya... Pasar itu namanya Pasar Sidodadi (CMIIW) dan lebih terkenal dengan nama Pasar Pucung. Kami menghubungi orang yang direkomendasikan untuk mengantar kami ke kapal Tanker yang akan kami pasang suatu Alat. Sedangkan saya menghubungi salah satu penduduk lokal yang kebetulan sudah saya kenal sangat baik. Orang yang dihubungi kawan saya sebagai pengantar menyuruh kami menuju tempat untuk pertemuan, sedangkan tempat tersebut tidak kami ketahui dimana letak dan arah ja;lannya. Untunglah, penduduk lokal yang saya kenal dengan sangat baik itu datang dan mengantar kami ke tempat yang dimaksud.
Hujan mengguyur sesaat kami akan berangkat, saya dan kawan saya ada didalam mobil, sedangkan kenalan saya mengendarai motor, kehujanan namun dia tetap bersedia mengantarnya. Terimakasih kawan.....
Kami bertiga akhirnya (lagi), sampai dan bertemu dengan penghubung kami.... Hujan tetap setia. Jam menunjukkan lebih dari pukul 9 malam. Penghubung kami bercerita tentang uji coba dalam kehidupan hingga uji coba Nuklir. Dari bintang suara yang dikerumuni gadis gadis geulis pisan hingga kesuksesan. Dari Nyi Roro Kidul hingga Nyai Lanjar. Dari ingin istirahat hingga harus on board saat itu juga agar tidak kepikiran terus sampai pagi bila kerjaan mengantar ini ditunda hingga esok pagi.
Baiklah..... Bila harus saat ini juga ditengah hujan gerimis harus naik dan memasang peralatan dan tidak bisa ditunda esok pagi, kami setuju. Motor boat sudah siap dan peralatan juga item pendukung pun sudah siap, kami meluncur membelah malam dan air menuju tujuan pemasangan. Kurang lebih satu jam perjalanan air...
Namun, ternyata kapal tersebut tidak atau belum ada di sandarannya, padahal konon kabarnya sudah bersandar di areal sekian. Terpaksa balik lagi dan ditengah perjalanan balik, hujan menggila dengan derasnya.... Kami menggigil dan basah seluruh jengkal kulit kami. Ujung jari sudah mengkerut keriput, entah dengan ujung yang lainnya. Namun saya yakin disuatu tempat di badan saya ini mengkerut kedinginan.