Mohon tunggu...
Satyo Hantoro
Satyo Hantoro Mohon Tunggu... profesional -

Terkadang, beberapa orang di planet ini benar-benar menentukan segalanya. Satu persen dari satu persen. Fungsi mereka setara dengan Tuhan.....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Superioritas Lini Tengah Jerman

17 Juni 2014   21:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerman dengan gagah mengalahkan Portugal dengan skor telak, 4-0 semalam. Sudah banyak yang memprediksi, bahwa kualitas tim Der Panser satu tingkat lebih baik dari Selecao, jadi bukan hal yang mengagetkan jika Jerman mampu mengalahkan Portugal, tapi sedikit mengejutkan adalah skor yang mampu dicetak oleh anak asuhan Joachim Low. Ya, empat gol tanpa balas ke gawang Rui Patricio merupakan skor yang cukup mencolok untuk tim sekelas Portugal. Tapi kembali saya melihat, bahwa disinilah letak kualitas dan kolektivitas Jerman.

Portugal, mau tidak mau, suka tidak suka sangat identik dengan Cristiano Ronaldo, memang sangat wajar jika CR7 begitu 'dibebani' untuk mengangkat performa Portugal, mengingat penampilan apiknya musim lalu bersama Real Madrid. Tapi yang menjadi masalah adalah, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa bintang yang bersinar di level klub saat tahun Piala Dunia, justru akan mlempem saat membela negaranya di event empat tahunan tersebut. Hal ini sudah terbukti pada pemain-pemain macam Wayne Rooney, Leo Messi, dan Fernando Torres pada Piala Dunia 2010 yang lalu. Digadang-gadang akan meledak di Afrika Selatan setelah performa meyakinkan sepanjang musim, tiga striker tersebut justru dibuat mati kutu oleh lawan-lawannya.

Nah, apa yang terjadi saat laga Jerman kontra Portugal semalam pun demikian. Ronaldo, yang di musim lalu begitu digdaya dengan La Decima bersama Madrid, nyaris tanpa peluang. Tidak hanya Per Martescaker dan Matt Hummels saja yang bisa mengunci CR7, kesigapan Phillip Lham dan Jerome Boateng saat mengawal Ronaldo yang melebar ke sayap juga semakin membuat gerak kekasih Irina Shayk tersebut menyempit. Seolah belajar dari kekalahan di semifinal UCL kemarin, Lham dan Boateng dengan cerdas langsung melakukan pressing ketat kepada Ronaldo. Senjata utama Ronaldo, kecepatan dan gocekan maut, jelas tidak muncul di laga semalam, tendangan jarak jauh dari pemilik nomor punggung 7 ini juga mentah karena lini tengah Jerman tahu untuk menutup pergerakan dan suplay yang mengarah ke Ronaldo.

Formasi awal Portugal adalah memasang tiga striker dengan menempatkan Hugo Almeida sebagai penyerang tengah ditemani dua sayap, Luis Nani di kanan dan Ronaldo di kiri. Konsep inverted winger ini sangat tidak asing untuk Ronaldo maupun Nani, karena sudah sering mereka perankan di level klub. Yang jadi masalah adalah, ketika dua sayap ini ternyata mati kutu sejak dari lini tengah Jerman. Low dengan cerdas memasang Sami Khedira sebagai gelandang bertahan dengan ditopang Toni Kroos dan Bastian Scwhentseiger di depannya. Formasi tiga gelandang ini memang ditugaskan ekstra, yakni menjadi penyuplai bola, dan mematahkan sekaligus membatasi pergerakan dua sayap Portugal. Dalam penerapannya, saya lihat, Kroos sedikit didorang maju, sehingga menyisakan Schwenny dan Khedira untuk menutup Nani dan Ronaldo, yang menjadi titik krusial adalah, kecerdikan Low untuk melapisi benteng pertama ini dengan full-back mereka, Lham dan Boateng. Almedia jelas tanpa peranan, hingga dia ditarik keluar karena cedera, selain karena pergerakannya sealu diakwal Mertesacker, terlihat sekali harapan umpan silang dari kedua sayap ternyata tidak berjalan.

Lalu bagaiamana dengan lini tengah Portugal?

Miguel Veloso, Joao Mautinho dan Raul Meireles bagi saya memiliki kesamaan bentuk permainan, bertipe petarung dan kurang cakap untuk membentuk permainan. Yang ingin saya katakan adalah, jika saja semalam ada Deco atau Rui Costa, mungkin permainan Portugal akan sedikit lebih berkembang. Kreativitas lini tengah Portugal terlihat sangat minim, bahkan Mesut Ozil bisa dengan leluasa menunggu di sisi kiri pertahanan Portugal untuk mengobrak-abrik daerah Fabio Coentrao, hal ini tidak terjadi jika gelandang Portugal mampu memberikan tekanan kepada lini tengah Jerman, dan memaksa Ozil untuk sedikit turun ke bawah. Dan benar saja, hampir semua gol Jerman berawal dari sisi Coentrao. Ditambah lagi bahwa Thomas Muller bukanlah seorang striker murni, maka dia akan bergerak liar untuk terus mencari ruang kosong, yang ironisnya memaksa Pepe untuk melakukan pelanggaran yang berujung kartu merah.

Mungkin itulah kenapa Portugal terlihat begitu inferior di depan Jerman semalam, ketika lini tengah sudah dikuasai oleh lawan, maka sebagai pelatih Paulo Bneto harusnya cermat melihat pergerakan di lapangan, masuknya Eder menggantikan Almeida tetap tidak mengubah skema main Portugal. Saya justru berharap Ronaldo digeser untuk menjadi False Number 9 dan Bento memasukkan Ruben Amorim, karena bagi saya, Amorim bisa mengubah bentuk permainan dan bersama Moutinho dapat merepotkan Schwenny dan Khedira. Secara keseluruhan Low mampu memenangi adu taktik dengan Bento, karena sedari awal dia mampu 'membunuh' Ronaldo dan menekan lini tengah Selecao.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun