Tulisan berkesan serius, santai, informatif dan menghibur. Itulah yang akan ditemukan di laman kompasiana.com, kumpulan tulisan-tulisan yang merupakan buatan para Kompasianer yang berasal dari bermacam-macam latar belakang sosial dan ekonomi.
Banyak ragam tulisan yang menjadi pilihan bacaan yang ditulis dengan gaya tulisan yang berbeda-beda pula. Tulisan-tulisan yang ditulis juga banyak didasarkan pada pengalaman pribadi dan kehidupan sehari-hari, bahkan terkesan menjadi sebuah  jurnal pribadi atau diary yang memang diperuntukkan dikonsumsi umum.
Berbeda dengan platform blogging bersama lainnya, batasan topik tulisan yang 'tak terbatas' di Kompasiana menjadikan para Kompasianer menjadi lebih leluasa dalam menulis dengan gayanya sendiri-sendiri. Bila ditempat lain sebuah tulisan bila ingin dipublikasikan, harus menunggu proses editing dari editor yang disediakan pengelola blog bersama tersebut, di Kompasiana  tidak dilakukan. Malah yang dilakukan adalah sebaliknya, tulisan dipublikasikan dahulu, baru dilakukan penilaian oleh admin Kompasiana apakah tulisan tersebut melanggar asusila atau ketertiban umum. Bila sesuai dengan ketentuan itu maka tulisan tetap akan dipublikasikan di laman Kompasiana.
Gaya tulisan apa adanya tapi bukan seadanya.
Pepih Nugraha, sang pelopor Kompasiana memberikan julukan pada platform ini sebagai Etalase Warga Biasa. Memang benar tulisan ini berasal dari berbagai kalangan warga biasa, walaupun pada awal kemunculan platform ini sebenarnya ditujukan  hanya digunakan untuk para jurnalis dan orang-orang terkemuka dalam bidangnya. Akan tetapi setelah adanya desakan dari para warganet saat itu akhirnya Kompasiana dibuka untuk kepada semua kalangan untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi konten yang ada di platform ini.
Dengan dibukanya 'kran' bagi semua kalangan untuk menulis dalam platform ini, memberikan tambahan  warna-warni beraneka ragam gaya dan topik tulisan. Selain itu  memberikan kesempatan kepada para penggunanya yang dikenal dengan sebutan Kompasianer, untuk memberikan penilaian sendiri terhadap tulisan-tulisan yang ada. Walaupun dalam perjalanannya admin juga berhak memberikan kategori apakah sebuah tulisan itu layak menjadi sebuah pilihan bacaan atau dapat menjadi sebuah artikel utama.Â
Tulisan-tulisan yang ada dalam platform ini walaupun berasal dari buah pikiran orang-orang biasa, akan tetapi sebagian besar penyajiannya dilakukan dengan baik walaupun dengan sederhana tapi menarik. Ibaratnya sebuah masakan yang terkesan sederhana tapi rasanya nikmat setelah dicicipi, inilah analogi yang tepat untuk menggambarkan karya-karya tulisan yang dibuat oleh para Kompasianer. Menulis dengan gaya tulisan yang runtut dan apa adanya, bukan berarti menulis dengan asal seadanya.Â
Tulisan yang dibuat dengan bahasa sederhana, dan tentunya berusaha semaksimal mungkin ditulis sesuai dengan ejaan yang benar, membuat tulisan-tulisan Kompasianer mudah untuk dibaca dan dicerna. Terlebih lagi biasanya jumlah kata dalam setiap karya tulis, rata-rata antara 200-500 kata, yang membuat para pembacanya tidak terlalu jenuh untuk terus membacanya tulisan itu. Apalagi ada kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan penulisnya.Â
Beda dengan tulisan para akademisi dan jurnalis yang diharuskan untuk mengikuti pakem-pakem yang sudah ditentukan oleh lembaga profesinya agar menulis dengan sesuai untuk itu. Para Kompasianer bebas menulis dengan gaya sederhana, serta menentukan tema tulisannya yang kadang belum tersentuh oleh media atau para jurnalis mainstream. Bahkan terkadang  menjadi lebih menarik karena ditulis oleh sang pelaku atau orang yang merasakannnya sendiri.Â
Karya-karya tulisan para Kompasianer memang cocok untuk dibaca dikala lagi jenuh, tinggal pilih saja. Mau cari tulisan serius, agak rumit juga ada. Cari yang sederhana dan gampang dicerna otak juga banyak. Tinggal pilih saja sesuai dengan keinginan pembaca sendiri. (hpx)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H