Pejabat-pejabat yang ditunjuk tidak mempunyai wewenang seperti halnya bangsawan feodal terdahulu yang memiliki kebebasan untuk memiliki pasukan dan mengatur keuangan daerah sendiri. Jadi sistem pemerintahannya sesuai dengan ajaran Han Fei Zi, yaitu pemerintahan terpusat.
Qin Shih Huangdi, terlepas dari kontrversinya yang terkenal kejam, yaitu pernah memerintahkan pembakaran karya cendikiawan  selain bermazhab legalisme dan mengubur hidup-hidup para sarjana Konfusianisme.
Ia mempunyai peninggalan penting yang akhirnya masih dipakai oleh masyarakat Cina sekarang yaitu: penyeragaman tulisan, penciptaan mata uang tunggal, penyeragaman sistim ukur, makam terakotanya dan Tembok Besar Cina.
Secara garis besar buku karangan Michael Wicaksono ini layak dikoleksi, walaupun bagi para pembaca yang belum pernah mengenal sejarah Cina kuno mungkin agak bingung dengan nama-nama dan hal-hal lain yang ada dalam buku ini, karena ada beberapa tradisi Cina yang memang perlu sedikit dipelajari agar tidak bingung.Â
Untungnya sang pengarang memberikan beberapa catatan kaki penting yang memberikan penjelasan yang dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang memang perlu dijelaskan sehingga pembaca bisa mengerti dan melanjutkan membacanya dengan baik. (hpx)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H