Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hobi Boleh Sama tapi Hasil Karya Tidak

14 Agustus 2019   09:44 Diperbarui: 14 Agustus 2019   10:03 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pa... Papa, Nonik boleh tanya?"

Sontak aku sedikit kaget mendengar suara putriku ini, yang tiba-tiba mengganggu acara nonton TV-ku dengan pertanyaannya yang mengandung sejuta makna tanya.

"Apa...nak, tanya aja dah!" aku menimpalinya dengan suara yang jelas dan menyakinkan.

"Nonik takut, temanku Adit, dia pintar menggambar!"

"Terus kenapa Nonik takut?"

"Nonik iri kalau dia pintar gambar, nonik juga takut Adit iri sama nonik."

"Hah.... iri sama kamu, kenapa?" aku bertanya sambil keheranan.

"Nonik pengin pintar gambar kayak Adit, tapi nonik juga takut, soalnya Adit agak iri dengan hasil gambarnya nonik"

Aku pun berpikir sejenak, mencerna pernyataan putriku ini. Sebuah pertanyaan polos dan jujur, jadi perlu kebijaksanaan untuk menjawabnya. Teringat akan sebuah artikel yang pernah aku baca, yang isinya memberikan kiat-kiat menangggapi keluh kesah anak tanpa membuat sang anak menjadi merasa bersalah habis-habisa. Langkah pertama yang aku lakukan untuk menjawab pertanyaannya adalah tidak menyalahkan dia karena merasa iri akan hasil gambar temannya. Langkah kedua aku teringat akan tiga komik yang pernah aku berikan kepada dia, komik Sinchan, Karikage Kun dan Kungfu Boy.

Segera aku meminta putriku ini untuk mengambil ketiga komik itu, dan setelah itu aku menunjukkan masing-masing komik itu serta meminta ia memperhatikan sebentar gambar-gambar sampul di buku-buku itu.

"Lihat ya gambar sampul buku-buku komik ini," pintaku kepada putriku sambil menunjukkan gambar sampul komik-komik yang ada ditanganku.

"Sudah ya?"

"Coba kamu pilih mana yang kamu sukai dari ketiga gambar itu?"

Ia berpikir sebentar dan kemudian menunjuk salah satu sampul komik itu.

"Nonik pilih Sinchan!"

"Laah... kok pilih Sinchan, coba lihat gambarnya kan nggak ada hidung!" jawabku sambil menunjukkan gambar Sinchan yang memang rata-rata dalam komiknya tidak memberikan gambar hidung pada karakter-karakter yang ada dalam komik itu.

"Ha...ha....ha...!" putriku tertawa karena ia baru menyadari kalau karakter di komik Sinchan rata-rata tidak memiliki hidung.

Kemudian aku menunjuk pada gambar sampul komik Karikage Kun, dan menunjukkan hidung salah satu karakter komik itu.

"Nah...lihat mana ada hidung kayak begitu, gambar hidung di komik Karikage Kun kok kayak gitu!" putriku tertaa kembali.

"Ha...ha...! iya pa, betul gambar hidungnya kok lucu"

"Sekarang coba lihat gambar sampul Kungfu Boy..... Lihat gambar hidungnya kan lebih detil," sahutku sambil menunjukkan buku komik Kungfu Boy.

"Nak.... lihat, tiga orang komikus membuat tiga komik bergambar yang berbeda-beda dan tidak sama"

"Komik Sinchan yang tanpa hidung, Karigake Kun dengan hidung lucunya dan Kungfu Boy dengan gambar hidung lebih detil."

"Sama dengan kamu dan Adit, Nak!"

"Kamu tidak bisa meniru gambar yang dibuat oleh Adit dan sebaliknya Adit tidak bisa membuat gambar seperti kamu, betul kan?" aku pun memberikan pertanyaan penegasan untuk menumbuhkan kepercayaan diri putriku.

"Iya betul pa, Adit tidak bisa meniru gambar yang nonik bikin," jawab putriku

"Kalau Adit iri dengan hasil gambarmu, berarti kamu kemampuanmu diakui oleh Adit, sebaliknya kamu juga jangan iri dengan hasil gambarnya dia"

"Sekarang papa tanya apa kamu bisa gambar seperti Adit?" aku kembali memberikan pertanyan kepada putriku.

"Kalau niru bisa sih, tapi nggak bisa mirip persis sama" jawab putriku dengan lantang.

"Nah itu intinya, setiap orang dalam dunia gambar-menggambar memiliki ciri khas sendiri-sendiri kayak tiga komikus yang membuat komik-komik tadi"

"Jangan samakan dirimu dengan Adit. Nonik adalah nonik, Adit adalah Adit, bukan Nonik sama dengan Adit, ngerti?" aku bertanya sekaligus memberikan penjelasan kepadanya.

"Jadi jangan merasa minder, dan juga tinggi hati. Kalian memiliki kelebihan masing-masing dalam menggambar dan tidak bisa dibanding-bandingkan kelebihan itu.">

"Kamu paling suka komik Sinchan padahal ia nggak punya hidung, tapi kamu tetap suka kan dan banyak orang lain yang suka dengan itu"

"Sama seperti kamu, banyak yang suka dengan hasil gambarmu"

"Jadi Nonik... kamu sekarang harus bersikap lebih percaya diri dan rendah hati, buang rasa minder dan iri hati. Kamu memiliki hasil gambar yang bagus tidak kalah dengan Adit. Cuma yang membedakan karakter hasil gambarmu itu, seperti tiga komik tadi..... beda komikus yang menggambar...beda pula hasil gambaranya.

"Seperti kamu dan Adit, hasil gambarnya sama-sama bagus.... nggak perlu saling iri...gambar-gambar kalian memiliki ciri khas karakter sendiri-sendiri." aku berkata sambil tersenyum.

Putriku mengangguk tanda setuju dan ia pun mulai mengerti agar lebih bersikap percaya diri dan tidak terlalu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan mulai mencoba fokus pada mengasah kemampuan menggambarnya dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya.

(hpx)

Cerita ini pernah dimuat di steemit.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun