Mohon tunggu...
Hantodiningratâ„¢
Hantodiningratâ„¢ Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Minimalist Blogger

hantodiningrat.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

[Digital Minimalisme] Distraksi Digital & Sumur Tanpa Dasar

17 April 2016   09:14 Diperbarui: 17 April 2016   16:20 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi - aktivitas bermedia sosial (Shutterstock)"][/caption]Genap sudah, 4 bulan lamanya saya menutup beberapa akun media sosial, yang saya rasa kurang esensial. Selama 4 bulan ini, saya benar-benar lepas bebas dari penggunaan Facebook, Twitter, Google+, dan lain sebagainya. Sehingga hanya menyisakan beberapa yang memang benar-benar saya anggap penting saja. Alhasil, tinggallah beberapa proyek blog yang memang sudah saya kelola sebelumnya. Sebenarnya bukan tanpa alasan yang jelas, mengapa saya nekad menonaktifkan beberapa media sosial kepunyaan saya.

Pasalnya, saya fikir lama-lama media sosial tak ubahnya seperti sebuah sumur tanpa dasar. Bagaimana tidak, coba Anda fikir-fikir kembali seberapa banyak waktu Anda yang terbuang sia-sia gara-gara penggunaan media sosialyang terlalu berlebihan. Dan memang seperti itulah adanya, media sosial, seperti seolah-olah dirancang untuk menciptakan ilusi kencanduan. Membuat orang-orang seperti kita ini menjadi selalu ingin tahu bahkan untuk sesuatu yang bukan urusan kita sekalipun.

Anda tentu pernah merasakan sendiri, bagaimana distraksi digital media sosial ini bekerja menggerogoti produktivitas diri. Media sosial yang kita diami ini, kalau kita perhatikan secara seksama, semakin digulir ke bawah lini masanya, justru membuat kita semakin tidak bisa berhenti untuk terus menggulirnya. Semakin kita menggulirnya ke bawah, maka semakin besarlah rasa penasaran kita untuk tetap menggulirnya jauh lebih dalam lagi, benar-benar seperti sebuah sumur tanpa dasar.

Belum lagi, saat ada pekerjaan. Mula-mula kita mungkin hanya ingin mengecek notifikasi saja. Tapi, seringkali yang niat awalnya tadi cuma pengin mengecek pemberitahuan, sekarang malah kebablasan mengulik media sosial sampai lupa waktu dan pekerjaan. Akhirnya pekerjaan pun terbengkalai beberapa waktu, produktivitas pun sering dikalahkan. Dan ironisnya, saat kita merasa sudah selesai dan baru hendak mengerjakan pekerjaan, yang ada justru rasa malas yang datang menyerang.

Hal-hal yang saya sebutkan tadi mungkin adalah sedikit dari sekian banyak dampak negatif dari penggunaan media sosial yang terlalu berlebihan. Saya sendiri juga tidak memungkiri bahwa dengan adanya media sosial, turut membawa manfaat jika kita memang bisa menggunakannya secara bijak. Tapi, tentu kita harus lebih selektif dalam penggunaan media sosial. Salah satu caranya adalah dengan hanya menggunakan beberapa media sosial yang dirasa paling penting dan esensial.

Lalu bagaimana caranya kita tahu bahwa media sosial tersebut esensial dan penting bagi kita? Salah satu caranya adalah dengan menilai dan mengukur sendiri sejauh mana dan seberapa lama frekuensi penggunaan dan interaksi yang ada di dalam media sosial tersebut. Jadi, jika Anda saat ini masih mempunyai media sosial yang jarang dipakai atau jarang ditengok, alangkah lebih baiknya ditutup atau dinonaktifkan saja akunnya. Hanya sisakan yang dirasa paling sering digunakan saja.

Tapi, yang lebih penting dari pada sekedar mengurangi penggunaan media sosial adalah mengurangi frekuensi dalam membukanya. Tentukan waktu khusus untuk membukanya dan jangan lupa berkomitmenlah untuk hanya membukanya jika memang benar-benar ada hal penting dan membutuhkan respon yang cepat. Selebihnya, Anda bisa mencopot pemasangan beberapa media sosial di ponsel Anda agar Anda tidak tergoda dan terdistraksi untuk membukanya di waktu-waktu produktif Anda.

Saat bekerja menggunakan komputer, berkomitmenlah untuk mematikan koneksi ke dunia luar atau internet. Kemudian jangan pernah bekerja dengan keadaan jendela media sosial yang terbuka pada saat yang bersamaan saat Anda bekerja. Agar Anda bisa fokus pada pekerjaan, sampai pekerjaan tersebut benar-benar rampung dan tuntas. Kesimpulannya, saya sudah selama empat bulan penuh tak menggunakan media sosial, dan yah, seperti yang Anda lihat sekarang, ternyata saya masih hidup!

Hantodiningratâ„¢ | Minimalist Blogger | Kompasianer | www.hantodiningrat.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun