Barangkali begini, ditiap-tiap harapan yang mengendap maupun yang terucap, ada pilu yang siap melahap disana. Â Tentang terlambat jatuh cinta, tentang ambisi yang belum tercapai, tentang rindu yang terlambat berbalas. Sebagian orang pernah mengalami atau sedang menjalani, yang membedakan ada yang siap menghadapi namun tak sedikit yang terlena dan tak sempat menyadari. Bukan tentang problem masa lalu atau rencana selanjutnya, ku pikir, bagaimana hari ini ia siap menerima gelembung-gelembung cinta yang bertebaran di awan.
Dari ucapan yang seketika muncul dari bibir yang terdapat tahi lalat di bawahnya ( katanya mirip aktor kawakan SI Doel), aku berusaha membaca, bukan yang Ia ucapkan tetapi lebih dari yang ia rasakan ternyata tak terucap, dan yang terbaca begini, dengan menginjak usianya yang sudah 28 tahun yang baru ia rayakan bulan ini, Ia kesulitan untuk mendapatkan wanita idaman nya. Berbeda ketika ia 4-5 tahun yang lalu, ibarata nya dengan hanya ia menggerakan dan mengedipkan mata dengan dibarengi tangan kanannya (menyempong)  rambutnya ke jalur sebelah  kiri yang sebelumnya Ia biarkan berantakan, wanita yang ada di depannya akan meminta nomer WA nya, atau segera meminta follow di akun Instagram nya.
 Bayangkan ketika itu, dari pengakuannya yang ku dengar, ia bisa menggaet sekitar tiga dedek-dedek gemes di hari yang sama dengan nomer telfon yang sama pula, luarbiasa.
Begini, supaya lebih mendalami karakter pemeran utama, aku coba membuat sedikir Bioagrafi nya, pelan-pelan coba saya uraikan. Pertama, si Med merupakan laki-laki tulen, tanpa terlihat untuk bisa orang menilai ada ketidakwajaran dari keperjakaa nya, badan wajar, muka ndak jelek-jelek amat, rambut sering berganti potongan, warna kulit hampir selayaknya orang tropis Asia. Hanya yang  membedakan warna pipinya, saat ia berada di dataran tinggi (nggunung mencrit ) warnanya coklat matang, namun berbeda ketika berada di daerah kota , warnanya berubah menjadi merah seperti warna aromanis yang sering dijumpai di pasar malam.
Selayaknya laki-laki ia pun punya hobi olahraga, Badminton menjadi pilihannya, entah karena benar-benar hobi atau kendala tempat tinggal yang tidak memungkinkan untuk memainkan olahraga lainya, seperti Futsal sepengetahuan ku tak akan ideal dimainkan di dataran tinggi.
 Ia tipe orang yang humoris, supel dan flamboyan. Penampilan sangat diperhatiakan, dalam setiap acara ia berusaha menggabungkan antara pakaian  dan celana supaya terlihat mecing, walau kadang-kadan terlihat kontras.
Sambil ku utak-atik hp sempat kulirik dia, pose duduk belum berubah dari pertama ia duduk, rokok satu bungkus hampir habis ia hisap, memang seperti biasa kalau lagi dalam pikiran ia akan banyak merokok.
Aku mulai mengajak nya mengobrol, walau kikuk, mau memulai dan menanggapi dari mana.
Begini, ada beberapa saran yang wajib aku sampaikan karna sebagai tuan rumah, selain menyuguhi minuman kopi pahit dan makanan untuk kebutuhan fisik, aku juga berkewajiban mendengarkan keluh kesah tamu dan memberi masukan tentang problem yang sedang dihadapi guna mengisi jiwa yang agaknya hampir kosong, kali ini tamu nya lebih dari raja, Ia pangeran dari Gunung Mbatur.
1. Usahakan sering berada di luar rumah.
Memang  bagi sebagian orang rumah adalah tempat yang paling nyaman, namun tak berlaku untuk yang masih lajang. Pertanyaan orang tua tentang calon yang belum juga dikenal kan akan sangat mengganggu. Hindari moment yang membuat tema itu muncul, seperti makan bersama atau nonton tivi di ruang keluarga. Belum lagi tentang rencana perjodohan yang mungkin akan direncanakan karna mengaggap anaknya belum bisa nyari pendamping sendiri. Ini akan membuat bete dan galau sehingga mengganggu pikiran dan menguras waktu, sehingga tak sempat membuka status FB cewek yang pernah jadi target untuk megecek  apakah masih lajang atau sudah berpacaran.