Mohon tunggu...
Hantiantoro Mik
Hantiantoro Mik Mohon Tunggu... -

Saya kuliah di PSIK Undip 2011.\r\nSaya adalah mahasiswa yang ingin menjadi Juara lomba nasional tahun 2012. Dan bisa ke luar negeri dalam waktu 4 tahun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perawat di Mata Media

22 September 2012   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak sosok perawat diperankan dalam media televisi sebagai sosok yang seksi, tidak seronok dan tidak sopan. Bahkan tak jarang perawat merupakan seseorang yang menolak perawatan masyarakat kurang mampu untuk berobat di sebuah klinik maupun rumah sakit. Tidak hanya itu, pelaksanaan pelayanan keperawatan yang menunjukkan sosok perawat identik dengan sikap bingung dan sangat tergantung terhadap instruksi dokter kerap tercermin di media sinema.

Gigih (2012) menyebutkan bahwa persepsi tidak baik dari masyarakat dimulai dari perawat yang identik dengan sombong, tidak ramah, pemarah, kurang komunikasi dengan klien, serta kurang cepat menanggapi keluhan dari klien sehingga saat ini perawat masih dinilai belum dapat mencerminkan tenaga perawat yang profesional dan citra perawat belum sesuai dengan harapan masyarakat.

Namun, citra perawat di masyarakat saat ini masih rendah karena menurut masyarakat perawat identik dengan sombong, judes, tidak ramah. Hal ini didukung dengan penelitian Peluw (2007).

Dalam menanggapi citra perawat yang ada di masyarakat saat ini, organisasi keperawatan seperti Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mulai gencar melakukan uji kompetensi keperawatan sebagai penyesuaian standard profesi perawat sebelum perawat melakukan praktek ke masyarakat, sehingga masyarakat akan merasa nyaman terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat. Selain itu,untuk menambah pengetahuan dan skill perawat, PPNI bekerjasama dengan institusi-institusi untuk menyelenggarakan sebuah seminar bagi perawat. Mahasiswa keperawatan pun juga melakukan kegiatan seperti perayaan hari perawat internasional, melakukan bakti sosial, serta mebantu dalam kegiatan tanggap bencana. (Gigih, 2012)

Perawat dan kaumnya tidak dapat tinggal diam dan harus menyikapi hal ini. Kaum intelektual semacam mahasiswa keperawatan dan praktisi akademisi seperti instruktur, dosen dan profesi keperawatan sendiri harus menunjukkan jati diri perawat yang sebenarnya untuk mengangkat citra yang sudah cukup lama suram tertutupi kabar buruk yang entah dengan sengaja maupun fakta ada di media yang di konsumsi masyarakat indonesia. Segala golongan keperawatan harus bahu membahu untuk mewujudkan citra perawat sebagai kaum yang dihargai dan layak diberikan penghargaan atas kinerjanya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan citra baiknya di media massa antara lain:

1.Memiliki akun sebagai freewriter atau jika memungkinkan penulis profesional di manapun medianya. Kini akun berita yang sering dimuat menerima lowongan penulis dari kalangan mahasiswa. Peluang tersebut dapat dijadikan sarana untuk mahasiswa keperawatn berekspresi dan ikut memikul kewajiban memperbaiki citra perawat di media massa. Terlebih di jaman sekarang banyak sekali media seperti blog, kompasiana, dan majalah kampus sebagai wahana berekspresi. Dengan adanya berita baik yang dimuat di media dan berasal dari kaum keperawatan yang beritanya akan valid, diharapkan masyarakat bisa membuka hati terhadap usaha kaum muda generasi perawat masa datang sebagai kaum yang terhormat.

2.Belajar dengan tekun dan berusaha berprestasi. Cara agar seseorang dikenal oleh masyarakat umum adalah dengan menarik perhatian. Sedangkan perhatian dapat didapatkan dengan cara prestasi. Selama ini mahasiswa keperawatan yang mayoritasnya adalah kaum hawa masih dipandang kurang berprestasi dalam bidang seni maupun olah raga. Karena masyarakat awam beranggapan bahwa perawat hanya berkutik di bidang akademis dan laboraturium praktik. Dengan banyaknya mahasiswa keperawatan yang berprestasi, maka hal tersebut koheren dengan meningkatnya citra baik perawat di masyarakat, utamanya jika dimuat di media massa.

3.Evaluasi diri dan senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diri. Hukum fisika mengatakan kekuatan sebuah rantai, berikut ini:

Jika ada 10 mata rantai dan masing-masing rantai berkekuatan 10N, 9N, 8N, 7N, 6N, 5N, 4N, 3N, 2N, dan 1N, maka berapakah kekuatan rantai tersebut? Maka jawaban kekuatan rantai tersebut hanyalah 1N, yaitu kekuatan mata rantai terkecil yang merupakan kekuatan untaian mata rantai keseluruhan.

Jika dihubungkan dengan kasus di dunia keperawatan, maka ada banyak sekali perawat dengan kompetensi yang dimiliki perawat dari yang memberikan exellent services, biasa, maupun pelayanan yang buruk. Dengan adanya pelayanan perawat yang buruk, tentu saja akan mengakibatkan citra perawat di kalangan masyarakat utamanya melalui media massa akan buruk. Kita sebagai kaum terdidik dan intelektual harus dengan semangat untuk menjadi perawat yang handal, jangan sampai menjadi perawat dengan kompetensi dan kemampuan yang buruk.

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Media massa sekarang ini mereprentasikan citra perawat cenderung pada kondisi yang buruk mengingat terbitnya berita mengenai kasus di dunia kesehatan, utamanya keperawatan.Upaya yang telah dilakukan oleh PPNI adalah dengan melakukan uji kompetensi keperawatan dengan standar kompetensi yang disetujui secara nasional agar setiap individu yang lulus akademisi keperawatan mampu memiliki kompetensi yang cukup sebagai bekal praktik langsung di dunia pelayanan kesehatan.

Mahasiswa keperawatan sebagai kaum intelektual dapat melakukan berbagai cara untuk turut meningkatkan reputasi atau citra perawat di media massa, diantaranya: memiliki akun media, berusaha untuk berprestasi dan senantiasa maningkatkan kapasitas diri.

B.SARAN

Perawat tidak dapat tinggal diam dan harus menyikapi buruknya citra perawat di media massa. Kaum intelektual seperti mahasiswa keperawatan dan praktisi akademisi seperti instruktur, dosen dan profesi keperawatan sendiri harus menunjukkan jati diri perawat yang sebenarnya untuk mengangkat citra perawat. Segala golongan keperawatan harus bahu membahu untuk mewujudkan citra perawat sebagai kaum yang dihargai dan layak diberikan penghargaan atas kinerjanya.

Posting dalam rangka melengkapi persyaratan mengikuti Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Nasional oleh Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (LKMM Nasional ILMIKI).
Maaf kalau ada tulisan atau gagasan yang kurang berkenan. Karena bingung kategorinya apa. Trims.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun