CITRA PERAWAT DI MEDIA MASSA
PENDAHULUAN
Dalam ilmu keperawatan jiwa, citra diri merupakan sebuah cerminan utuh diri sendiri yang menimbulkan perasaan atau perasangka dan berdampak kepada perkiraan penilaian orang lain terhadap diri. Jika dikaitkan dengan citra sebuah profesi, maka citra merupakan penilaian sebuah yang muncul akibat penilaian dari dalam yang dipengaruhi faktor dalam dan luar profesi tersebut.
Di jaman modern sekarang ini, berita akan menjadi sangat hangat untuk dibicarakan. Perkembangan teknologi multimedia di dunia yang berkembang begitu pesat menguntungkan manusia untuk memperoleh informasi dengan begitu mudahnya. Begitu pula informasi baik dan buruk mengenai sebuah profesi, tak terkecuali profesi perawat.
Faktanya, media saat ini banyak yang memilih menayangkan isu-isu yang akan meningkatkan reputasi dan terkadang lupa akan berimbangnya sebuah berita. Hal itu tentu akan berdampak pada untung atau ruginya sebuah individu maupun kelompok. Tenaga kesehatan merupakan salah satu subyek berita yang kerap menjadi topik terkini. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia yang belum rapi akan dengan mudah mengundang perhatian masyarakat untuk turut menyimak informasi pelayanan kesehatan. Tak jarang informasi seperti mal praktik, penolakan jaminan kesehatan, mahalnya biaya, dan berbagai permasalahan lain menggambarkan adanya persepsi yang negatif para praktisi kesehatan. Ditambah lagi keputusan salah yang fatal, tidak mampunya praktisi kesehatan berkomunikasi dengan pasien, dan berbagai permasalahan lain hinggap pada praktisi kesehatan termasuk perawat.
Perawat dengan segala kaumnya tidak dapat tinggal diam dan harus menyikapi hal ini. Kaum intelektual semacam mahasiswa keperawatan dan praktisi akademisi seperti instruktur, dosen dan profesi keperawatan sendiri harus menunjukkan jati diri perawat yang sebenarnya untuk mengangkat citra yang sudah cukup lama suram tertutupi kabar buruk yang entah dengan sengaja maupun fakta ada di media yang di konsumsi masyarakat indonesia. Segala golongan keperawatan harus bahu membahu untuk mewujudkan citra perawat sebagai kaum yang dihargai dan layak diberikan penghargaan atas kinerjanya.
PEMBAHASAN
Dalam ilmu keperawatan jiwa, citra diri merupakan sebuah cerminan utuh diri sendiri yang menimbulkan perasaan atau perasangka dan berdampak kepada perkiraan penilaian orang lain terhadap diri. Jika dikaitkan dengan citra sebuah profesi, maka citra merupakan penilaian sebuah yang muncul akibat penilaian dari dalam yang dipengaruhi faktor dalam dan luar profesi tersebut. Perawat merupakan sebuah profesi yang tak akan mungkin luput dari pencitraan masyarakat melalui media massa yang ada.
Image atau citra, reputasi dan kepedulian perawat merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting terhadap kepuasan klien dimana klien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Klien dalam menginterprestasikan perawat berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik bagi orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap perawat, meskipun dengan harga yang tinggi, klien akan tetap setia menggunakan jasa perawat dengan harapan-harapan yang diinginkan klien (Tjiptono,1997 dalam Mugianti,2009).
Sampurna, (2003) Pakar Hukum Universitas Indonesia, mengemukakan bahwa setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat. Sikap profesional adalah sikap bertanggung jawab terhadap profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri professional antara lain; kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis dan sikap altruis untuk profesi kesehatan (Anonym, 2003 dalam Mugianti 2009). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permenkes,2010). Profesi perawat di Indonesia memiliki proporsi relatif besar yaitu 40% dari seluruh jumlah tenaga kesehatan yang ada di Indonesia. (Alimul Aziz,2004). Perawat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab selama 24 jam terhadap keselamatan dan kesejateraan klien selama masa perawatan.
Di jaman modern sekarang ini, berita akan menjadi sangat hangat untuk dibicarakan. Perkembangan teknologi multimedia di dunia yang berkembang begitu pesat menguntungkan manusia untuk memperoleh informasi dengan begitu mudahnya. Begitu pula informasi baik dan buruk mengenai sebuah profesi, tak terkecuali profesi perawat. Faktanya, media saat ini banyak yang memilih menayangkan isu-isu yang akan meningkatkan reputasi dan terkadang lupa akan berimbangnya sebuah berita. Hal itu tentu akan berdampak pada untung atau ruginya sebuah individu maupun kelompok. Tenaga kesehatan merupakan salah satu subyek berita yang kerap menjadi topik terkini. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia yang belum rapi akan dengan mudah mengundang perhatian masyarakat untuk turut menyimak informasi pelayanan kesehatan. Tak jarang informasi seperti mal praktik, penolakan jaminan kesehatan, mahalnya biaya, dan berbagai permasalahan lain menggambarkan adanya persepsi yang negatif para praktisi kesehatan. Ditambah lagi keputusan salah yang fatal, tidak mampunya praktisi kesehatan berkomunikasi dengan pasien, dan berbagai permasalahan lain hinggap pada praktisi kesehatan termasuk perawat.