Seiring waktu berjalan, aku selalu merasakan apa yang sebagian kecil ibu rasakan, bukan sesaat, sampai kini dan selamanya. Meski beberapa tahun kedua mataku tak merasakan kehadirannya langsung secara fisik. Tapi ibu selalu terasa dekat di setiap langkah perjalanan hidupku.
Sewaktu di kota, tempat aku merantau. Kepenatan oleh banyaknya penduduk telah membuatku semakin merindukan kasih sayang ibu. Ketenangan selalu terganggu oleh pikiran, tidak lagi seperti dulu yang penuh dengan cinta.
Walau demikian, aku tak pernah mempermasalahkan hidup yang sedemikian sulit. Namun, jujur aku selalu merindukan perhatian ibu di setiap hari-hariku, bebanku terasa ringan oleh karena perhatiannya.
Berjam-jam aku masih duduk di teras rumah yang makin sunyi nan sepi, sembari memandang ke arah langit yang semakin indah pada malam itu. Di bawah sinar bintang-bintang, aku sadar bahwa cinta dan kasih sayang ibu adalah kekuatanku, Tuhan telah memberiku malaikat pelindung di Bumi tercinta ini.
Seperti itulah, pentingnya ibu bagiku. Aku menjalankan kehidupan bersama waktu yang terus berputar dan berganti. Aku tak akan melupakan setiap nasehatmu walaupun sekali saja.
Ketulusan cintamu dan kesetiaan hatimu telah membuktikan padaku betapa berharganya kehadiranmu. Takdirku menjaga cinta itu agar selalu bersinar, kita tidak akan terpisahkan. Dalam hati, jiwa, dan pikiran telah mengukir setiap pengorbanan ibu sampai pada keabadian hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H