Dalam beberapa tahun terakhir, diplomasi kesehatan global telah menjadi subjek perhatian. Diplomasi kesehatan global didefinisikan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan global melalui kerja sama antar negara dan organisasi internasional.Â
Tujuan diplomasi kesehatan global adalah untuk mengurangi kesenjangan kesehatan antar negara, dan meningkatkan kerja sama antar negara untuk memecahkan masalah kesehatan global.
Seperti yang kita tahu bahwa, Covid-19 pernah menjadi wabah yang menggegerkan dunia. Sejak pandemi Covid-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, China, dunia menghadapi krisis kesehatan global.Â
Selain itu, organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin dalam pembuatan kebijakan kesehatan global untuk mengurangi penyebaran virus tersebut.Â
Beberapa studi telah mengkaji peran China dalam meningkatkan posisi geopolitik global melalui diplomasi vaksin. China telah memainkan peran penting dalam ekspor vaksin COVID-19, dengan perusahaan negara seperti Sinovac dan Sinopharm China memproduksi lebih dari 250 juta dosis vaksin dan mengirim 118 juta dosis ke 49 negara.Â
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia telah menilai distribusi vaksin global sebagai gagal, dengan negara kaya menerima hampir setengah dari total dosis yang diberikan, sementara negara miskin hanya menerima 0,1% dari total dosis yang diberikan.
Untuk memperoleh kepentingan geopolitik, China menggunakan instrumen investasi, transfer teknologi, perjanjian perdagangan, dan bantuan finansial.
 Diperkenalkan pertama kali pada tahun 2015, China saat ini berusaha memperluas wilayah geopolitiknya melalui kerja sama kesehatan, pertukaran pengetahuan, peningkatan ketahanan di masa pandemi, mendorong bantuan medis, dan penelitian. Jalur Sutra untuk Kesehatan adalah upaya baru untuk meningkatkan produksi kesehatan China di seluruh dunia melalui diplomasi masker dan vaksin, yang merupakan bagian dari program Jalur Sutra Kesehatan.Â
Dengan melakukan perjanjian ekspor vaksin bilateral dengan negara-negara anggota ASEAN, China memastikan tindakannya. Semua 9 dari 10 negara (kecuali Vietnam) telah menerima vaksin Sinopharm dan Sinovac dari China.Â
China mulai membuat langkah baru dengan menggunakan pendekatan program ASEAN Comprehensive Framework. China ingin mendukung penuh upaya negara-negara ASEAN seperti Indonesia dan Filipina untuk mulai memproduksi vaksinnya sendiri.
 Beberapa ahli geopolitik Asia Selatan berpendapat bahwa tindakan China hanyalah jebakan. China berusaha menjadikan rebranding negaranya, yang dahulunya menjadi masalah, sebagai solusi.Â