Penutup
      Hingga kini perempuan belum sepenuhnya menyadari kekuatan dan kulitasnya sendiri. Minimnya kesadaran ini terjadi akibat kuatnya kultur dan ajaran Gereja yang membatasi ruang bicara dan ruang tindakan perempuan. Tentu pandangan ini tidak bisa mengubah kualitas perempuan. Oleh karena itu, Injil Lukas memberikan suatu jawaban yang digambarkan melalui sikap Yesus terhadap perempuan. Dalam seluruh ajaran Yesus bagaimana pun juga dalam tingkah laku-Nya, tidak ditemukan sesuatu yang mencerminkan diskriminasi terhadap perempuan sebagaimana lazimnya waktu itu. Sebaliknya kata-kata dan karya-Nya mengungkapkan rasa hormat dan penghargaan yang patut bagi kaum wanita. Tindakan Yesus terhadap kaum perempuan adalah suatu pembaharuan, suatu gerakan emansipasi bahwa perempuan memiliki martabat yang sama dihadapan laki-laki.Â
      Disisi lain perempuan juga tidak pernah lepas dari panggilanya sebagai perempuan. Secara eksistensi perempuan dipanggil untuk mengbdi pada wilayah prifat dan wliayah publik. Tampinya perempuan pada ruang publik merupakan sebuah sejarah yang harus dimaknai oleh perempuan. Dengan demikina panggilan permpuan sangat penting bagi perempuan untuk tetap berada pada jalur yang tepat dalam menhayati eksistensi dan perannya dalam ruang prifat dan ruang public dan sekaligus merombak pola piker laki-laki akan rendahnya kualitas perempuan.
Â
Kepustakaan:
Dokumen:
Seri dokumen Gerejawi-No. 32, Muliaris Dignitatum (Martabat Kaum Perempuan), Jakarta, KWI, 2010
Buku-buku
Amstrong, Karen, Sejarah Tuhan, Zaimul Am (penerj), Bandung: Mizan, 2012
Soetrisno, Lokeman, Kemiskinana Perempuan Dan Pemberdayaan, Yogyakarta: Kanisius, 1997
Tinambunan, Edison R. L., Perempuan Menurut pandangan Edith Stein, Malang: Dioma, 2003