Mohon tunggu...
Hans Roga
Hans Roga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa fakultas filsafat

PENCINTA MUSIK

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gerakan Emansipasi Perempuan: Perspektif Injil Lukas

3 November 2021   21:04 Diperbarui: 3 November 2021   21:11 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Secara narutral panggilan perempuan menganut kategori ganda seperti yang diungkapkan oleh St. Edith Stein yakni kategori panggilan maternal dan kategori panggilan profesi atau karir. Pertama, panggilan maternal merupakan panggilan kodrati di mana perempuan harus mengandung, melahirkan, menyusui. Perempuan harus menjadi isteri bagi suami dan ibu bagi anak-anak. Dalam menjalankan peran natural ini, perempuan harus hadir untuk mengasihi, melindungi, dan menjaga kehidupan. Inilah kecenderungan maternal. Hal ini yang menjadi problem utama yang dihadapi kaum perempuaan saaat ini. Untuk itu St. Edith Stein menandaskan bahwa: “karakter maternal selalu dipahami dalam terang pendamping atau penolong yang sepadan. Karena itu ia hadir untuk kebahagiaan bersama manusia yang lain, mmengambil bagian dalam segala hal…dalam hal besar maupun kecil, dalam suka maupun duka, dalam pekerjaan dan setiap persoalan .

Dari pernyataan di atas nampak jelas keunggulan atau kualitas perempuan yang tidak ditemukan atau di ambil dari luar dirinya tetapi pada dan dalam dirinya. Kualitas yang dimaksud adalah menjadi penolong atau pendamping yang sepadan, terlibat secara penuh dalam setiap situasi suka-duka dan hadir untuk kebahagiaan yang lain. Misalnya dalam Injil Lukas digambarkan bahwa wanita yang dijumpai Yesus dan yang menerima anugerah begitu banyak dari Yesus juga menyertai Yesus waktu Ia bepergian dengan para Rasul menjelajahi kota-kota dan desa-desa sambil mewartakan Kabar Gembira mengenai Kerajaan Allah; para wanita ini “melayani mereka dengan kekayaan mereka” (lih. Luk 8:1-3).

Beberapa kualitas ini mencerminkan betapa perempuan itu luar biasa, perempuan hadir untuk mengisih wilayah yang tak tersentuh oleh laki-laki. Perempuan menyuguhkan kehangatan, kesegaran dan kehidupan pada setiap insan dan dunia yang melingkupinya. Dalam menyatakan kualitas tak ada niat untuk menjadi besar. Yang diutamakan mereka adalah menjadi bagian dari kehidupan ini. Umumnya perempuan menghasilkan buah dalam keheningan. Perempuan tidak banyak berkata-kata. Perempuan lebih menghayati spiritualitas tindakan. Untuk itu, tindakan adalah kata-kata tanpa kata-kata.

Kedua, panggilan profesi. Panggilan profesi merupakan panggilan kodrati lainnya. Secara spesifik dipahami sebagai perwujudan diri atau aktualisasi diri. Profesi tertentu itu diperoleh tidak harus dengan menjadi laki-laki. Meskipun dalam Injil Lukas tidak digambarkan bagaimana kaum wanita berperan dalam semua lini kehidupan, tetapi dengan praktek hiudp, model atau teladan hidup, mereka sudah memberikan suatu kontribusi bagi banyak orang.  Sebab sesungguhnya perempuan dari kodratnya dapat eksis diberbagai lini kehidupan. Namun dengan meniti karir di bidang tertentu, perempuan tidak boleh mengabaikan panggilan maternal. Panggilan karir atau profesi harus dimaknai sebagai suatu panggilan untuk mengabdi sesama dan dunia secara keseluruhan. Itulah tanggung jawab perempuan. Peremuan untuk perempuan dan untuk dunia diluar dirinya.

Karena itu, untuk mempertangggujawabkan tentang paggilan profesi ditawarkan beberapa poin penting untuk didalami. Pertama, perempuan itu harus memiliki sikap responsibilitas pada kemanusiaan. Dari kodratnya perempuan memang sangat peka pada setiap kenyataan sosial. Apa yang terjadi pada dunia hidup bersama adalah bagian yang tak pernah luput dari atensi perempuan. Perempuan merasakannya dalam suatu keseluruhan dirinya. Karena itu kaum perempuan seantiasa terpanggil untuk membawa suatu perubahan dalam caranya sendiri. Parisipasi aktif pada wilayah publik merupakan suatu perwujudan eksistensial. Perempuan hadir untuk suatu keutuhan hidup.

Kedua, talenta. Talenta adalah sesuatu yang terberi dan diusahakan agar kelihatan dalam hidup. Untuk perempuan tindakan afirmatif patut diberikan sebab perempuan memiliki aneka talenta. Dari buku-buku kuno dan kini terbentang suatu deretan keusksesan yang telah diraih oleh perempuan. Bahkan perempuan-perempuan sukses ada di antara kita, entah itu rekan seperjuangan, partner politik maupun bisnis. Akan tetapi aksi fenomenal kaum perempuan seringkali kurang mendapat perhatian atau respon yang cukup dari khayalak. Untuk itu, pada masa kini dan masa sebelumnya timbul aneka usaha di kalangan perempuan untuk mempromosikan sejumlah hal besar kary kaum perempuan pada ruang publik. Tujuannya adalah agar kaum perempuan tidak dipandang sebelah mata. Perempuan adalah suatu kekuatan besar yang bisa mengubah dunia.

Ketiga, tendensi individual. Tendensi utama perempuan adalah kelur dari dirinya dan merangkum dunia diluar dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawabnya. Hal ini menjadi mungkin karena setiap fakultas pada perempuan senantiasa bertumbuh dan berekembang secara harmonis. Keharmonisan inilah yang menampakan perempuan untuk melihat dan memahami dunia sekitarnya sebagai dunianya juga. Tak ada suatu distansi di antara dirinya dan dunia.

Panggilan Adikodrati

            Panggilan adikodrati atau panggilan supranatural adalah panggilan atas dasar rahmat. Panggilan istimewa ini diterima sebagai jawaban bebas atas kehendak Allah demi membangun Kerajaan Allah. Hal ini ditegaskan oleh St. Edith Stein, “bahwa pada masa sekarang sejak berdirinya Gereja Kristus, Allah memanggil orang dari keluarga-keluarga dan profesi tertentu untuk mejadi pelayannya yang kudus. Tentunya paggilan ini diberikan kepada laki-laki dan perempuan. Itulah yang disebut sebagai panggilan supranatural, sebab panggilan itu datang dari atas, dari dunia yang lain dan mendorong sekaligus mengangkat manusia untuk melampaui naturalitasnya. Karena itu, rahmat menyempurnakan kodrat dan tidak membinasakannya”.

            Dari peryataan di atas tersingkap secara perlahan-lahan adanya rumusan negatif terhadap permpuan di dalam Gereja. Misalnya, St. Agustinus merasa heran mengapa Tuhan menciptakan jenis wanita, seandainya yang dibutuhkan Adam adalah dua orang laki-laki bersama sebagai sahabat, bukan seorang laki-laki dan perempuan. Satu-satunya fungdi perempuan adalah melahirkan anak yang menularkan dosa asal kepada kepada generasi berikutnya. Demikian halnya juga dengan Tertulianus yang mencela wanita sebagai iblis penggoda, sebuah bahaya abadi bagi umat manusia. Hal ini senada dengan konsep ideologi Adam dan Eva yang menekankan bahwa perempuan (yang dipersonifikasi dalam diri Eva) diciptakan oleh Tuhan dari tulang rusuk Adam, suatu personifikasi dari kaum laki-laki. Dengan demikian, argumentasi yang dibangun merupakan bagian dari tindakan untuk memutuskan mata rantai pemikiran di dalam Gereja yang memahami kehadiran permpuan secara non positif. Apa yang dikemukankan oleh Edtih Stein membuka seluruh pemahaman baru terhadap perempuan yang lebih pantas dan seharusnya. Kemudian Lukas juga menggambarkan perempuan dan laki-laki itu memiliki martabat yang sama yang mana melalui sikap Yesus terhadap perepuan-perempuan mau menunjukan suatu bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap kaum perempuan.

            Dalam terang rahmat, maka perempuan mempunyai kesempatan yang sama denga laki-laki untuk mengabdi Allah secara istimewa. Panggilan apapun bentuknya terbuka untuk laki-laki dan perempuan. Inti dari panggilan itu adalah penyerahan diri yang total kepada Allah dan kita diubah berkat karya Allah. Dalamnya terjadi penetrasi yang agung antara yang insani dan yang ilahi. Panggilan ini khas dan perempuan adalah adanya sebagai citra Allah. Karena itu, dalam pegabdian khusus ini, laki-laki disebut sebagai Kristus yang lain sedangkan perempuan adalah kekasih atau mempelai Kristus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun