Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sidang MK yang Seharusnya Tidak Pernah Ada

19 April 2024   11:29 Diperbarui: 19 April 2024   11:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan konon Jokowi-lah yang merancang baju kampanye Ganjar-Mahfud berupa kemeja bercorak garis hitam putih sebagai simbol "tegak lurus pada partai", tegas hitam putih, bukan abu-abu".

Namun apa yang terjadi? Pada detik-detik akhir, MK yang kala itu dipimpin oleh ipar Jokowi, atau paman Gibran, menelurkan keputusan yang merusak jalannya pertandingan, dan membuat PDIP dan seluruh jajarannya meradang.

Sebab  sesuai logika, Jokowi dan keluarga, pastinya akan lebih pro pada pencalonan Gibran, sekalipun harus mencampakkan parpol yang selama dua dekade memberikan segalanya bagi kepentingan politik keluarga ini.

Setelah keputusan MK itu, Prabowo yang selama dua pilpres menjadi lawan, tiba-tiba menjadi sahabat Jokowi, demi putra yang dipasang sebagai cawapres. Dengan segala daya upaya, Jokowi mendukung dan membela paslon yang mendapat nomor 02 itu.

Adapun PDIP dan capres/cawapresnya, serta-merta dipunggungi dan jadi lawan yang harus dihadang dan dikalahkan dengan berbagai cara. Di antaranya lewat penggelontoran banssos, dan mengintili Ganjar, usai berkampanye di suatu tempat.

Pilpres 14 April 2024 itu pun berakhir dengan berbagai kontroversi dan kekisruhan yang tiada habis-habisnya. MK yang dulu dianggap sebagai pihak yang seharusnya bisa mencegah kekacauan ini, kini bak pahlawan yang selama dua minggu ini tampil live menyidangkan sengketa pilpres, dan akan memutuskan perkara yang seharusnya tidak pernah terjadi ini, apabila calon wapres yang tidak memenuhi syarat itu ditolak sejak permohonan.

Tiga hari lagi menunggu keputusan MK, kita hanya bisa berharap para hakim yang tampak gagah dan angker dengan baju toganya itu, pada akhirnya berani mengambil keputusan yang gagah dan angker pula.

Intinya, kekisruhan pilpres ini tidak akan pernah terjadi jika awalnya MK setia berpegang pada UU, dalam arti tidak meloloskan seseorang yang tidak memenuhi syarat sebagai cawapres. Pihak-pihak yang turut menjadi sumber terjadinya pelanggaran ini pun harus mendapat ganjaran yang setimpal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun