Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Lebih Terhormat Oposisi daripada Jongos Penguasa

20 Februari 2024   14:13 Diperbarui: 20 Februari 2024   15:24 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu/pilpres 2024 yang dinilai penuh kontroversi itu sudah selesai dengan banyak protes kecaman dan ketidakpuasan. Di mana-mana ada teriakan curang. 

Mahasiswa yang membacakan orasi di KPU, tampak dihadang seorang pria bertubuh besar, seperti mengintimidasi. Pria bertubuh tegap dan sangar itu diduga seorang aparat. Oknum. 

Terbaru ada berita, tentang ratusan anggota purnawirawan TNI Polri menuntut Jokowi dimakzulkan karena diduga cawe-cawe pada pemilu/pilpres. Dan masih ada banyak lagi suara-suara sumbang dan miris. 

Pemilu kali ini benar-benar telah membuat pilu. Saat ini quick count meneguhkan Prabowo -- Gibran sebagai pemenang dengan raihan sebesar 58% suara, yang berarti pilpres hanya satu putaran. Jika tidak ada kejadian luar biasa, yang bisa membuat mimpi buruk, kedua sosok ini hanya menunggu pelantikan pada 20 Oktober 2024 mendatang. 

Dan memang pihak 02 ini lagaknya sudah jadi pemenang. Presiden Jokowi yang dinilai publik sebagai master mind atas kemenangan ini, pagi-pagi sudah memanggil Surya Paloh ke Istana (Minggu, 18 Februari 2024). Tetapi ada berita lain bahwa Paloh-lah yang memohon bertemu Jokowi. 

Ah, berita-berita medsos memang banyak versi.

Kedua tokoh yang sempat renggang karena perbedaan pilihan capres ini diperkirakan akan kembali merapat. Yang satu ingin "aman", yang satu ingin berada di pusat kekuasaan. 

Surya Paloh yang mana adalah ketum Nasdem, adalah motor penggerak pencapresan Anies Baswedan. Pastinya gara-gara dia yakin jika Anies bisa diandalkan untuk memenangkan pilpres ini, dan yang sekaligus akan mengerek Nasdem jadi partai besar. Tapi ternyata jauh panggang dari api. 

Setelah hampir pasti bahwa paslon jagoan Jokowi itu adalah pemenang yang sesungguhnya, Paloh pun mau saja dipanggil ke Istana. Besar kemungkinan yang sedang dijajaki adalah soal posisi di kabinet Prabowo Gibran kelak. Ini juga sebenarnya lucu, sebab Prabowo-lah yang akan menjadi presiden, kok orang lain yang terkesan sibuk cari koalisi? 

Dalam foto, Paloh yang sudah sepuh dan tampak pasrah itu bisa jadi atau diduga akan menuruti apa saja kata Jokowi demi keikutsertaannya dalam struktur kekuasaan nanti. 

Banyak pula yang percaya bahwa langkah yang sama pun tampaknya akan diikuti oleh Cak Imin selaku ketua PKB, yang diduga akan memilih merapat ke pusat kekuasaan, ketimbang menjadi oposisi. Dalam pilpres yang baru lalu, Cak Imin adalah cawapres dari Anies Baswedan.

Kata orang, kekuasaan itu nikmat. Tapi terhormatlah orang atau parpol yang menolak kenikmatan itu, dan memilih untuk menjadi oposisi ketimbang turut menikmati kekuasaan padahal bukan pemenang. 

Itulah PDI Perjuangan yang lewat sikap tegas ketua umumnya, Megawati Sukarnoputri memutuskan jadi oposisi. 

Lagi pula, keberadaan oposisi sangatlah penting pada pemerintahan mendatang yang belum jelas akan bagaimana dan seperti apa nanti? Sangat perlu kekuatan politik untuk mengawasi dan mengevaluasi program-program yang akan menggunakan dana yang sangat besar, semacam makan siang gratis dan susu gratis itu. 

Bahkan apakah program ini akan berjalan dengan baik, tepat sasaran, berdaya guna, bermanfaat,  dan tidak menimbulkan kisruh dan polemik, dan tanpa ada dana rakyat yang bocor dan diselewengkan? 

Inilah yang akan diawasi ketat dan dipastikan oleh pihak-pihak yang memang punya kepedulian atas nasib bangsa dan negara ini.

 Maka adalah suatu kebanggaan dan kehormatan jika ada parpol yang dengan tegas memilih jadi pengawas penggunaan uang rakyat (oposisi), ketimbang ikut menikmati uang rakyat bersama penguasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun