Bila ditanyakan apa hubungan antara tim sepak bola dengan dunia tarik suara atau nyanyi? Kalau ada yang mencoba menjawab secara panjang lebar, pemaparannya mungkin bisa bikin kau sinting. Karena memang tidak ada juntrungannya. Maka bodoh saja bila ada yang sok pinter berusaha memberikan penjelasan.
Tapi kalau ada yang bertanya seperti ini, "bagaimana hubungan antara sepakbola dengan dunia musik?" Cukup dijawab dengan, "baik-baik saja". Gitu aja kok repot. Karena memang tidak ada jawaban yang pasti. Tapi bisa saja sebenarnya dijawab dengan "even sepakbola sering diberengi dengan lagu pembuka".Â
Tidak salah. Seperti pada pembukaan Piala Dunia, sering ditampilkan penyanyi kelas dunia, membawakan sebuah lagu. Dulu, ketika Korsel jadi tuan rumah, artis setempat memopulerkan lagu "To be number one..". Sebelum itu ada lagu Waka-waka yang dinyanyikan Shakira ketika Piala Dunia dimainkan di Afrika (2010).
Lalu sekarang kita bicara judul di atas, tentang hubungan antara timnas junior sepak bola kita dengan penyanyi cilik. Sebagai pengingat, dulu di tahun 1970-an blantika musik negeri disemarakkan oleh banyak penyanyi yang masih bocah. Bahkan ada yang ngomong pun masih belepotan, tetapi ketika itu sudah menyandang status sebagai artis cilik. Dan terkenal, menjadi idola se-Indonesia.
Sebut saja beberapa nama yang ketika itu sudah beranjak remaja, jadi ngomongnya tidak lagi belepotan: Chicha Koeswoyo, Adi Bing Slamet, dll. Di bawah umuran mereka ada nama Bobby Sandora-Muchsin, Yoan Tanamal, dll. Nama-nama ini memang berlatar belakang orang tua pemusik, maka tidak heran jika anak-anak mereka bisa masuk studio dan rekaman lagu anak-anak.
Semua orang yang mengidolakan mereka tentu saja kagum, dan berharap suatu ketika nanti, setelah dewasa, mereka menjelma menjadi artis penyanyi hebat dengan kualitas suara/vokal mereka yang makin prima dan sempurna tentunya. Wong, masih kecil gitu saja sudah memukau jika bernyanyi, lha, bagaimana kalau sudah besar nanti? Pasti setara dengan Elvys Presley, Engelbert Humperdink, Michael Jackson, Edy Silitonga, Elvy Sukaiseng... eh, maksudnya Elvy Sukaesih, dll.
Jika ditaksir dari usia, maka Chicha, Adi, cs., akan jadi penyanyi top tahun 1980, 1990 dan seterusnya. Tapi yang muncul di zaman itu justru Iis Sugianto, Christine Panjaitan, Jamal Mirdad, dll. Yang bikin heran, nama-nama ini tidak pernah jadi penyanyi cilik sebelumnya. Sebaliknya, para penyanyi cilik kita entah ke mana?
Sekarang kita coba lihat ke timnas junior, yang sering mengukir prestasi membanggakan di level dunia. Logikanya, ketika mereka semakin dewasa, dan masuk senior, timnas kita pun mestinya disegani di level dunia? Minimal untuk Asia sajalah. Tetapi apa yang kita saksikan? Timnas kita bahkan tidak bisa bersuara lantang di level Asia Tenggara. Di Piala AFF saja kita belum pernah juara.
Padahal jika mereka bisa berprestasi di tingkat junior, logikanya semakin ke atas pastinya semakin baik? Namun ketika mereka sudah bermain dalam timnas senior, kok tidak bisa mempersembahkan trophy yang adalah merupakan bukti suatu pencapaian? Ada kalanya mereka tampil memukau dan membanggakan, namun ketika sudah memasuki tahap-tahap penentuan gelar juara, kok malah melempem?
Ada apa? Apakah sepak bola kita ditakdirkan hanya untuk level junior? Entahlah. Tapi mari kita lihat dulu timnas paiala asia u2o ini, semoga sukses.