Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

AHY Dijadikan Mainan Politik?

27 Februari 2023   07:42 Diperbarui: 27 Februari 2023   08:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik adalah permainan untuk meraih kekuasaan atau posisi. Maka para pemainnya pun harus licin bagai belut. Omong kosong bila ada yang mengatakan bahwa politik itu suci. Suci apanya? Wong yang diincar di sana hanyalah kemenangan, maka segala cara pun harus dilakukan. Sebab kilau kekuasaan itu sangat menggoda.

Agama itu suci, baru benar. Meskipun banyak oknum yang mengotorinya dengan membawa-bawanya ke ranah politik. Agama yang suci pun jadi ternoda. Hanya demi ambisi berkuasa, ayat-ayat dalam Kitab Suci dipelintir sesuka hati, disesuaikan dengan tempat di mana oknum berpidato atau berkampanye.

Orang-orang terbuai, dan percaya karena agama dibawa-bawa. Tapi, mana ada sih agama mengajarkan berbuat curang? Mana ada agama bersifat memecah-belah sesama manusia? Agama itu mengajarkan semangat kebersamaan dan persaudaraan bagi semua manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling mulia.

Pagi-pagi sekali, Anies Baswedan sudah dideklarasikan sebagai capres 2024 oleh Nasdem. Padahal parpol ini pada dasarnya belum layak untuk itu. Wong secara presidential threshold (PT) dia tidak memenuhi syarat. Sebab hanya parpol yang memiliki PT 20%, atau gabungan parpol, yang boleh mengusung capres.

Lha, parpol yang termaksud di atas, butuh koalisi dengan dua partai lagi, baru memenuhi. Tapi nyatanya koalisi di antara ketiganya pun belum terwujud dengan resmi, tapi kok sudah mengklaim Anies sebagai capres mereka? Bahkan apakah Anies benar-benar hendak diusung oleh si pendeklarasi, itu pun sebenarnya belum jelas.

Ada analisis bahwa deklarasi itu cuma permainan, ajang tawar-menawar dengan pemerintah Jokowi supaya tidak "macam-macam". Tapi jika memang situasi dan kondisi sudah mantap kondusif, bukan tidak mungkin Anies akhirnya dimajukan juga oleh mereka. Tetapi yang tampak hingga saat ini, belum ada kejelasan dan kepastian. Wong koalisi yang kuat dan memenuhi syarat saja belum terbentuk.

Namun yang lebih miris adalah posisi AHY, di mana dia disebut-sebut sebagai bakal cawapres untuk Anies. Bahkan AHY sendiri sangat getol dan bernafsu untuk itu. Orang ini seperti punya merasa hak untuk jadi presiden, hanya karena menyandang status sebagai anak (mantan) presiden. DNA presiden ada padanya.

Karena merasa tidak bisa maju sebagai capres, maka AHY mengincar cawapres. Dan Anies Baswedan dilihatnya lebih memungkinkan untuk dicanteli. Maka pihaknya pun terus-menerus bergerilya pada kubu parpol dan ketua umum yang telah mendeklarasikan Anies. Dan sebagaimana bahasa politikus, kata-kata atau kalimat harus diucapkan secara bersayap. Tapi semua itu cuma taktik mengulur-ulur waktu, wait and see.

Dalam konteks ini, AHY sudah sering menjalin komunikasi dengan Surya Paloh, bos parpol termaksud, bahkan dalam berita terbaru, si bos yang brewokan itu menyatakan bahwa AHY lebih dari layak untuk jadi cawapres Anies. Tentu saja AHY terbuai, dan memang kalimat-kalimat semacam ini entah sudah berapa kali terlontar, namun apakah anak itu tidak merasa bahwa dia sedang berhadapan dengan suatu permainan politik tingkat tinggi?

Kita tahu di tahun politik ini sudah mulai terjadi adu kekuatan antara pemerintah dengan pihak-pihak yang jadi antitesis pemerintah. Kedua belah pihak tentu ingin berkuasa di periode depan. Pihak pemerintah ingin memastikan program-program pembangunan berjalanan terus. Pihak antitesis ingin sebaliknya, merusak dan membuat mangkrak sebagai upaya balas dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun