Wisuda adalah momen yang paling dinantikan oleh para mahasiswa, terutama program S1, sebab wisuda itu ibarat peneguhan bagi mereka sebagai seorang sarjana. Tentu akan beda kesannya apabila yang diwisuda itu adalah lulusan program D3. Memang sebagai wisudawan pada masa kini, para lulusan program non-sarjana tetap mengenakan baju toga dengan topi khasnya. Ini kebanggaan, dan pasti akan diabadikan dalam sebuah foto, dan dibingkai.
Dahulu, wisuda itu hanya untuk mahasiswa yang lulus S1, dan berhak mendapatkan gelar sarjana: SH, SE, Drs, Dra, Ir, dr, dll. Saat wisuda, para sarjana baru ini mengenakan baju toga hitam lengkap dengan topi perseginya itu. Sedangkan mahasiswa yang cuma lulusan program diploma atau sarjana muda, pada saat wisuda hanya memakai setelan jas lengkap, tidak mengenakan toga.
Namun seiring waktu, lulusan perguruan tinggi jenjang non-sarjana pun (seperti akademi) sudah ikutan mengenakan baju toga kalau diwisuda. Menjadi semakin lucu, sebab anak-anak TK (taman kanak-kanak) yang dinyatakan lulus pun, sudah pakai acara wisuda lengkap dengan baju toga dan topi sarjana. Fenomena seperti ini seolah mengingatkan bahwa sarjana (S1) di masa sekarang ini sebenarnya bukan seseuatu yang istimewa dan dapat dibanggakan lagi(?) Wallahualam...
Bisa jadi, sekarang ini status sebagai sarjana (s1) memang sudah kurang greget lagi. Beda pada tahun-tahun 1970-an dan sebelumnya, status sebagai mahasiswa pun sangat terhormat di masyarakat. Mungkin karena ketika itu universitas masih sedikit, dan untuk bisa masuk ke sana pun harus siswa yang orang tuanya mampu secara ekonomi.Â
Atau sebaliknya siswa yang cerdas dan berambisi melanjut ke perguruan tinggi, banyak orang tua yang maksain diri, bekerja dan berupaya keras, supaya anaknya bisa jadi sarjana. Di samping itu, untuk lulus jadi sarjana pun sukar jika mahasiswa tidak benar-benar layak secara keilmuan dan pengetahuan.
Dulu, di masa abang-abang kita kuliah, kita biasa mendengar istilah "mahasiswa abadi", yaitu mahasiswa yang tidak lulus-lulus sebagai sarjana karena ada mata pelajaran (mata kuliah) yang belum lulus. Ketika itu memang belum ada pembatasan masa kuliah yang sifatnya streng. Tidak seperti sekarang di mana program S-1 hanya punya waktu 12 semester. Bila tidak lulus sesuai waktu, yang bersangkutan akan dikeluarkan atau drop out.
Di zaman dulu, sulitnya seseorang mahasiswa untuk lulus sering dikaitkan dengan sosok yang ditakuti kalangan mahasiswa, yang disebut sebagai: dosen killer. Dosen sejenis ini, konon bisa dengan sengaja tidak meluluskan seseorang mahasiswa, supaya drop out. Entah benar entah tidak, tapi ngeri juga membayangkannya.
Itulah sekilas potret mahasiswa zaman dulu, yang statusnya masih dihormati masyarakat, karena selain jumlah mahasiswa belum sebanyak sekarang, kaum terpelajar ini pun serius dan fokus dalam studi. Mereka layak disebut intelektual. Beda jauh dengan yang ada di masa kini. Ingat mahasiswa, ingat demo.
Sekarang kita fokus ke pokok masalah, yakni baju untuk wisuda. Entah apa yang dimaksudkan di sini? Bukankah sudah jelas bahwa setiap wisudawan akan mengenakan baju toga dan topi persegi itu saat wisuda? Baju toga yang berwarna hitam itu sejenis jubah yang menutupi sekujur tubuh dari leher hingga bawah lutut. Maka saat mengenakan toga, hanya wajah dan tangan yang kelihatan. Selain itu, semua ditutupi oleh balutan jubah hitam itu.
Maka kadang kita merasa lucu dan geli jika ingat masa-masa wisuda dulu. Kita sengaja membeli baju putih baru lengan panjang, celana hitam yang baru, dan dasi. Tapi akhirnya ini semua tenggelam ditutupi baju toga. Ada pula kawan yang mengenakan setelan jas lengkap dan dasi. Semua sia-sia sebab ditutupi oleh baju toga tadi. Ada lagi yang sengaja membuka sedikit baju toga di bagian atas hanya supaya dasinya kelihatan, walau cuma nongol sedikit.
Demikian pula halnya dengan kaum wanita yang menjadi wisudawati, mereka rata-rata mengenakan kebaya yang yang cantik dan mungkin mahal. Tetapi busana yang sangat indah itu hanya "sia-sia", sebab ditutupi oleh baju toga juga. Lagian para wisudawan pastinya "ogah" melepas baju toga itu selama sehari itu bukan?
Maka kita pun perlu berpikir ulang untuk apa repot dan mahal memikirkan atau merencakan baju untuk wisuda, sebab semua akan tertutupi baju toga? Yang masih kelihatan paling kain yang menutupi bagian kaki dari bawah lutut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H