Kasus pembunuhan berencana yang mengharu biru negeri selama hampir setahun boleh dikatakan sudah berangsur pudar "daya tariknya". Misteri yang melingkupinya sepertinya sudah terkuak. Dan itu berkat jasa Bharada E yang mau menjadi justice collaborator.Â
Tanpa ini, kemungkinan besar tragedi ini akan berakhir menjadi tragedi kemanusiaan, di mana orang yang tidak bersalah akan dikenang sebagai pelaku kejahatan. Sebaliknya, para bandit dan kriminal bisa bebas melenggang, melanjutkan kehidupan dengan senyum penuh kemenangan.
Bharada E telah berjasa besar dalam penyelesaian kasus ini, meskipun sebenarnya dia juga yang menjadi awal peristiwa. Sebab dia menembak Brigadir J, koleganya, sampai tewas. Benar itu semua dia lakukan dengan terpaksa, tanpa ada setitik pun keinginan. Nuraninya pasti berontak dan menangis. Tapi dia berada dalam ancaman, dilema dan tekanan yang sangat besar.Â
Padahal sebenarnya dia bisa saja menolak perintah komandan yang tidak pada tempatnya itu. Sebagai bhayangkara, mestinya dia rela mengorbankan diri demi keselematan orang lain, yang notabene tidak bersalah. Apalagi, kabarnya, Brigadir J terus menghiba-hiba supaya tidak dibunuh.
Tapi semua sudah terjadi, dan para pihak tinggal mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing. Ferdy Sambo yang menjadi otak dari kasus ini sudah divonis mati. Istrinya, Putri Chandrawati dihukum 20 tahun, dan si Kuwat Ma'ruf 18 tahun. Para pelaku yang lain pun sudah mendapatkan "bagian" masing-masing, termasuk Bharada E yang akhirnya mendapatkan vonis paling ringan, 1,6 tahun.Â
Publik pun legowo dengan perkembangan terbaru ini. Memang sangat menyesakkan dada apabila misalnya Bharada E tetap mendapat hukuman berat. Ini bisa menjadi preseden buruk, sebab ke depan, tidak akan ada lagi  yang mau menjadi justice collaborator, kalau ternyata tetap dihukum berat juga.
Bharada E kini bisa bernafas lega dan sudah mulai merancang lagi hidupnya di masa depan. Toh hidupnya masih panjang, sebab tahun depan dia sudah bisa kembali ke kehidupan normal, menjalani hidup sebagaimana adanya. Bahkan dia bisa kembali aktif di  di kepolisian.Â
Rasa bersalah dan berdosa yang dia tanggung mungkin tidak terlalu berat, sebab publik maklum dengan situasi-kondisinya. Publik bahkan marah ketika dia sempat dituntut jaksa 13 tahun penjara. Dan setelah hakim memutuskan 18 bulan, publik memuji putusan ini. Artinya, keberadaan E tetap diterima di masyarakat. Bahkan orang tua Brigadir J pun sudah menerima sembah-maaf Bharada E. Dalam hal ini, dunia memihak E.
Dengan hukuman yang hanya 18 bulan itu, Bharada E masih bisa kembali berkarir di kepolisian apabila masa hukumannya sudah berakhir nanti. Dan dari berita-berita yang ada, E pun sepertinya masih ingin melanjutkan karirnya di kepolisian itu.Â
Semoga ini hanya keinginan yang terburu-buru, dan tentu harus dipikir ulang lagi dengan dalam-dalam. Kalau boleh memberi saran, E harus mencari pekerjaan lain. Tidak perlu lagi kembali ke korps. Ibaratnya dia kembali masuk kandang macan, dan tentu tidak nyaman baginya.
Kasus yang membelitnya ini, dan nyaris membuat masa depannya gelap gulita, bukanlah kasus biasa. Dia mestinya sadar berhadapan dengan siapa? Ferdy Sambo, (mantan) komandannya itu jelas bukan orang sembarangan. Alotnya proses persidangan ini, konon karena peran dari jaringannya yang ada di mana-mana?Â
Tengok saja, ketika Sambo langsung menyerahkan "buku hitam" kepada JPU setelah dirinya divonis mati. Kabarnya buku hitam itu berisi catatan nama-nama yang selama ini punya "dosa". Dan bila catatan Sambo itu ditindaklanjuti bakal banyak tokoh atau pejabat di instansinya bakal terseret?
Oknum-oknum yang merasa bahwa namanya ada dalam catatan itu, pastinya tidak bisa bernafas dengan tenang saat ini. Mereka pasti kesal kepada Sambo yang membeberkannya. Tetapi mereka pastinya lebih marah kepada E yang telah membongkar semua celah kasus ini, yang menjadikan Sambo divonis mati.
Bayangkan apabila beberapa di antaranya adalah petinggi di kepolisian, dan tentunya memiliki pengaruh yang kuat. Dan E ingin kembali ke instansi ini lagi? Sulit membayangkannya. Maka adalah lebih baik E tidak balik lagi, namun mulailah memikirkan pekerjaan yang lain, dunia yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H