Buta huruf dalam konteks kita kali ini adalah kondisi di mana seseorang tidak bisa membaca huruf Latin. Jangankan membaca, sekadar mengenal huruf a, b, c,d, e, f, g ... dst., dia tidak bisa. Menjadi masalah besar apabila yang menyandang status buta huruf itu sudah berumur lanjut (dewasa, tua, apalagi tua bangka).
Sebab kemampuan membaca itu lazimnya diperoleh pada masa kanak-kanak, saat masih bersekolah di SD. Lepas dari kelas 1, mestinya seorang murid sudah bisa membaca. Maka di kelas 2 dst., akan semakin lancar.
Maka ketika ada orang yang sejak kecil (kanak-kanak) tidak pernah bersekolah, karena berbagai situasi dan kondisi, dia tidak mau lagi belajar membaca ketika sudah dewasa, apalagi sudah berstatus bapak-bapak (atau ibu-ibu). Mereka pasti merasa malu atau gengsi jika harus belajar mengucap (mengeja) dan menulis "a, b, c, d,e, ..."
Ya ialah, orang-orang tua kok disuruh mengucap atau mengeja: "ini budi, ini ibu budi..." Bisa kualat lu.
Namun pernah pada suatu masa ketika banyak orang yang tadinya buta huruf, tiba-tiba memiliki niat besar untuk mengenal huruf A, B, C, D, E, F... dst. Apa pasal? Atau apa gerangan yang terjadi?
Oalah... ternyata gara-gara ada PORKAS.Â
Apa itu PORKAS? Itu singkatan dari "Pekan Olah Raga dan Ketangkasan", sejenis undian berhadiah dengan cara menebak huruf yang akan muncul. Ada pun huruf yang masuk undian hanya dari A - L. Ini resmi pada masa Orde Baru, bahkan -- kalau tak salah --penyelenggaranya pemerintah. (Kalau saya salah, ya tinggal minta maaf untuk koreksi).
Peminat hanya membeli satu atau beberapa kupon sambil menuliskan huruf-huruf yang dia yakin akan keluar nanti setelah diputar atau diundi. Pemutaran dilakukan seminggu sekali. Misalnya, di kupon PORKAS yang kita beli itu kita tulis: B, K, L, (tiga huruf). Jika tepat, maka kita akan mendapatkan hadiah uang yang besarnya waktu itu ratusan ribu. Jika tepat empat huruf, bisa kena beberapa juta rupiah.Â
Dan kalau benar menebak hingga 12 huruf, persis sesuai urutan, maka si penebak akan mendapatkan hadiah uang Rp 100 juta. Tapi seingat saya, jarang, atau memang tidak pernah ada yang pernah sukses menebak tepat 12 huruf. Asal tahu, jumlah Rp 100 juta sangat besar loh ketika itu.Â
Sebagai perbandingan, ketika itu satu unit minibus Metromini yang masih baru, harganya "cuma" Rp 10 juta. Hal itu penulis ketahui dari seorang kondektur bus metromini saat marah-marah pada penumpang yang tidak membayar ongkos penuh.Â
"Ini mobil harganya 1o juta!" kata si kondektur dengan mata melotot. Busnya memang masih baru, mulus. Dan kondekturnya orang Batak.
Kembali ke PORKAS.  Nah... Saking ngebetnya orang-orang bermain PORKAS, bahkan selalu menjadi topik perbincangan di warung-warung, pos ronda, bahkan kantor, orang-orang (tua) yang tadinya buta huruf pun jadi tahu huruf A, B, C, D...L. Soalnya banyak mereka yang suka masang pada setiap pekan.Â
Lalu artinya apa? PORKAS saat itu berjasa memberantas buta huruf.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H