Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gara-gara Instalasi Bambu Berbau Pornografi?

19 Juli 2019   11:13 Diperbarui: 19 Juli 2019   11:37 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga sudah dibongkar, sampai sekarang kita tidak habis pikir untuk apa monumen bambu yang diberi nama instalasi bambu getah getih itu dipajang di Bundaran HI? Masalah bahwa bambu yang dijalin-jalin itu sebagai sebuah karya seni, bolehlah disepakati. 

Tetapi kenapa dipajang di Bundaran HI? Sama sekali tidak nyambung. Mestinya instalasi bambu itu dipajang di TMII, TIM, Ancol, Halaman Balai Kota, Kota Tua, atau Monas. 

Instalasi bambu itu dipajang sekitar pertengahan Agustus 2018, atau kurang-lebih satu tahun setelah Anies Baswedan menjadi penguasa DKI Jakarta. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dilantik sebagai gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, pada 16 Oktober 2017. 

Instalasi bambu itu konon diproyeksikan hanya sekitar 6 bulan dipamerkan di sana. Tapi entah kenapa baru dibongkar pada Rabu malam 18 Juli 2019, atau setelah kurang-lebih 11 bulan "mejeng" di depan Mal Grand Indonesia.

Menurut pihak-pihak yang berwenang, barang itu dibongkar karena sudah mulai lapuk dan takut nanti rubuh sendiri. Harap maklum, kita ini orang Indonesia, masih banyak yang percaya tahyul dan hoaks. Kalau benda itu rubuh sendiri, biasanya diikuti beredarnya isu-isu di kalangan masyarakat dan medsos, bahwa itu "suatu pertanda". 

Pertanda apa? Akan ada pejabat yang jatuh. Pejabat yang mana? Ya, yang kira-kira erat kaitannya dengan instalasi bambu tersebut-lah. Lalu siapa dia? Ya, Gubernur Anies Baswedan. Huahahahahahhahahaha....

Mungkin gara-gara "tahyul" itukah maka Pak Gubernur Anies Baswedan memerintahkan jajarannya untuk segera membongkar bambu berjalin-jalin itu? Semoga saja tidak, sebab Pak Gubernur kita ini bukan type orang yang percaya dengan hal-hal yang "begituan". 

Beliau itu seorang intelektual cerdas berpendidikan tinggi dan mentereng, penyandang gelar S-3 dari Amerika Serikat (AS). Jadi, kita percaya sajalah kalau instalasi bambu itu dibongkar karena memang sudah "kadaluarsa" alias mulai lapuk. 

Tetapi hati kita menjadi terusik juga ketika tahu bahwa biaya pembuatan instalasi bambu itu ternyata Rp 550 juta, atau setengah miliar rupiah lebih 50 juta rupiah. Karya seni itu membutuhkan sekitar 1.500 batang bambu. Setelah jadi, instalasi sepanjang kira-kira 20 meter dan lebar 13 meter itu dipajang di ujung Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, jantung Ibu Kota NKRI tercinta ini. 

Sangat disayangkan kenapa barang yang sangat mahal itu dibongkar dan akhirnya menjadi potongan-potongan bambu yang tidak berarti. Padahal kan mestinya bisa dipindahkan ke salah satu tempat seperti disebut di atas yakni: Kota Tua, Taman Impian Jaya Ancol, TMII, Monas, dlsb. Mungkin sudah ada bagian yang lapuk, tetapi itu hanya sebagian kecil saja. 

Dan biasanya perabotan dari bahan bambu itu termasuk awet kalau tidak sering diguyur air (hujan) dan atau terpanggang panas matahari. Buktinya, penulis punya sebuah tangga dari bambu yang sudah berusia hampir 10 tahun, dan  masih kuat, bahkan sering dipinjam para tetangga yang ingin bertukang atau untuk membetulkan genteng rumah mereka.

Kalau saja instalasi bambu itu dicat menggunakan bahan yang sesuai dan bermutu tinggi, niscaya masih bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama, dan tidak perlu dibongkar atau dirubuhkan jadi puing bambu, tetapi dipindahkan ke tempat yang lebih cocok. 

Sebagai sebuah "benda seni" yang sempat memenuhi hati warga Jakarta dan sekitarnya, serta para turis mancanegara yang lalu-lalang di kawasan tersebut, instalasi bambu getah-getih tersebut pasti menjadi sebuah objek wisata yang membuat penasaran banyak orang. Tapi sekarang, apa hendak dikata. Nasi sudah menjadi bubur, bambu sudah menjadi puing, dan bukan salah bunda mengandung. 

Sekalipun demikian, biarkan rasa penasaran ini tetap hadir dan bertanya-tanya. Kenapa instalasi bambu seharga Rp 550 juta itu  akhirnya dibongkar tanpa ampun sama sekali? Mungkin untuk menghilangkan "jejak"? Jejak apa? 

Begini...., selama ini, orang-orang hanya melihat instalasi itu dari tampak samping, dan memang tidak ada apa-apa selain bambu-bambu yang dijalin dan dipilin. Tapi kita menjadi terkaget-kaget juga setelah melihat gambar atau foto-foto instalasi bambu tersebut yang dibidik dari tempat ketinggian. Jalinan bambu-bambu itu bagai membentuk posisi dua orang yang--maaf--sedang bersetubuh(?)

Oalah..., kalau ternyata benar, ini bisa masuk ranah pornografi, dong. Pejabat yang mengeluarkan kebijakan memajangnya di tempat umum, apalagi di jantung Ibu Kota, bisa dijerat pasal tentang penyebarluasan konten pornografi. Maka memang sebaiknya dibongkar dan dimusnahkan saja sebelum ormas-ormis yang gemar merazia hal-hal yang berbau maksiat itu mengetahuinya. 

Tetapi soal harga bambu sebesar Rp 550 juta itu lho.  Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan..., kata Koes Plus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun