Hingga sudah dibongkar, sampai sekarang kita tidak habis pikir untuk apa monumen bambu yang diberi nama instalasi bambu getah getih itu dipajang di Bundaran HI? Masalah bahwa bambu yang dijalin-jalin itu sebagai sebuah karya seni, bolehlah disepakati.Â
Tetapi kenapa dipajang di Bundaran HI? Sama sekali tidak nyambung. Mestinya instalasi bambu itu dipajang di TMII, TIM, Ancol, Halaman Balai Kota, Kota Tua, atau Monas.Â
Instalasi bambu itu dipajang sekitar pertengahan Agustus 2018, atau kurang-lebih satu tahun setelah Anies Baswedan menjadi penguasa DKI Jakarta. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dilantik sebagai gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, pada 16 Oktober 2017.Â
Instalasi bambu itu konon diproyeksikan hanya sekitar 6 bulan dipamerkan di sana. Tapi entah kenapa baru dibongkar pada Rabu malam 18 Juli 2019, atau setelah kurang-lebih 11 bulan "mejeng" di depan Mal Grand Indonesia.
Menurut pihak-pihak yang berwenang, barang itu dibongkar karena sudah mulai lapuk dan takut nanti rubuh sendiri. Harap maklum, kita ini orang Indonesia, masih banyak yang percaya tahyul dan hoaks. Kalau benda itu rubuh sendiri, biasanya diikuti beredarnya isu-isu di kalangan masyarakat dan medsos, bahwa itu "suatu pertanda".Â
Pertanda apa? Akan ada pejabat yang jatuh. Pejabat yang mana? Ya, yang kira-kira erat kaitannya dengan instalasi bambu tersebut-lah. Lalu siapa dia? Ya, Gubernur Anies Baswedan. Huahahahahahhahahaha....
Mungkin gara-gara "tahyul" itukah maka Pak Gubernur Anies Baswedan memerintahkan jajarannya untuk segera membongkar bambu berjalin-jalin itu? Semoga saja tidak, sebab Pak Gubernur kita ini bukan type orang yang percaya dengan hal-hal yang "begituan".Â
Beliau itu seorang intelektual cerdas berpendidikan tinggi dan mentereng, penyandang gelar S-3 dari Amerika Serikat (AS). Jadi, kita percaya sajalah kalau instalasi bambu itu dibongkar karena memang sudah "kadaluarsa" alias mulai lapuk.Â
Tetapi hati kita menjadi terusik juga ketika tahu bahwa biaya pembuatan instalasi bambu itu ternyata Rp 550 juta, atau setengah miliar rupiah lebih 50 juta rupiah. Karya seni itu membutuhkan sekitar 1.500 batang bambu. Setelah jadi, instalasi sepanjang kira-kira 20 meter dan lebar 13 meter itu dipajang di ujung Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, jantung Ibu Kota NKRI tercinta ini.Â
Sangat disayangkan kenapa barang yang sangat mahal itu dibongkar dan akhirnya menjadi potongan-potongan bambu yang tidak berarti. Padahal kan mestinya bisa dipindahkan ke salah satu tempat seperti disebut di atas yakni: Kota Tua, Taman Impian Jaya Ancol, TMII, Monas, dlsb. Mungkin sudah ada bagian yang lapuk, tetapi itu hanya sebagian kecil saja.Â
Dan biasanya perabotan dari bahan bambu itu termasuk awet kalau tidak sering diguyur air (hujan) dan atau terpanggang panas matahari. Buktinya, penulis punya sebuah tangga dari bambu yang sudah berusia hampir 10 tahun, dan  masih kuat, bahkan sering dipinjam para tetangga yang ingin bertukang atau untuk membetulkan genteng rumah mereka.