Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ole Gunnar, Penerus Sir Alex?

21 Januari 2019   09:56 Diperbarui: 21 Januari 2019   15:14 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Manchester United (MU) bisa jadi adalah tim yang sedang mendapatkan sorotan tajam akhir-akhir ini. Nasib tim ini memang tragis sepeninggal Sir Alex Ferguson, pelatih yang tergolong lama membesut Setan Merah, dan memberikan banyak gelar bergengsi. 

Bukan hanya trophy yang dihasilkan oleh tangan dingin pria Skotlandia ini, tetapi juga memoles pemain sehingga kelak menjadi bintang. Salah satunya yang masih fenomenal saat ini adalah Cristiano Ronaldo. 

Playboy ini dibeli Ferguson dari  Sporting Lisbon Portugal dalam kondisi yang "setengah matang", dan setelah dipoles menjelma menjadi superstar lapangan hijau hingga detik ini.

Sayang sekali, Ferguson tiba-tiba saja mengundurkan diri dari posisi pelatih, Mei 2013. Banyak yang menduga hal itu karena faktor usia. Dia sendiri berkilah karena makin kompetitifnya Liga Primer sehingga sudah sulit meraih gelar. 

Namun ada juga yang menduga Ferguson memutuskan pensiun karena kedatangan kembali Jose Mourinho di Liga Inggris. Ferguson tidak ingin lagi bersaing dengan Jose Mourinho yang ketika itu kembali melatih Chelsea. 

Mourinho dengan karakternya yang meledak-ledak dan mulut nyinyir, bisa membuat orang lain kepanasan. Psywar ala Mou bisa membuat tensi lawan meningkat. Dan ini mungkin yang tidak diinginkan oleh Sir Alex.

Mou, kelahiran Setubal, Portugal ini menjadi fenomena usai membawa Porto, anggota Liga Portugal, meraih Piala Champions (2004). Dia pun mendapat tawaran melatih Chelsea dari 2004 - 2007, dan memberikan beberapa trophy bagi klub milik konglomerat Rusia, Abramovich, tersebut. 

Selanjutnya dia merapat ke Inter Milan Italia, kemudian Real Madrid. Namun pada 2013 kembali lagi ke Chelsea. Nah ketika Mou hadir lagi di Chelsea, Ferguson tiba-tiba menyatakan mundur. Ada yang menduga dia gerah dengan hadirnya kembali Mourinho. 

Persaingan dan perang mulut antara kedua pelatih hebat ini memang kerap terjadi sebagai bumbu penyedap panasnya Liga Primer. Mungkin Ferguson sudah lelah adu mulut dengan Mou sehingga memilih meninggalkan hiruk-pikuk Liga Inggris.

Setelah Ferguson pergi didatangkanlah David Moyes (2013-2014), namun gagal total. Kemudian Louis van Gaal (2014-2016) juga gagal mengangkat performa The Red Devils. Hingga datanglah Mourinho yang dipercaya akan mampu mengembalikan kejayaan Old Trafford. Di tahun keduanya (2017-2018) dia hanya mengantar MU hingga peringkat kedua Liga Inggris, namun dengan selisih poin yang menganga lebar dengan City yang juara dengan 100 poin, sementara MU hanya 81. 

Di musim 2018/2019 ini kondisi MU justru lebih parah, bahkan sempat dikhawatirkan tidak bakal bisa tampil di Liga Eropa. Perseteruan dengan pemain yang disebut-sebut sebagai penyebab kegagalannya di ruang ganti. Namun kekalahan (1-3) atas Liverpool pada pekan ke-17 (pertengahan Desember 2018), membuat para petinggi klub sepakat untuk memutus masa kerja Mourinho.

Beberapa nama sempat bergulir untuk menggantikan Mourinho, di antaranya Zinedine Zidane yang sukses memberikan 3 Piala Liga Champions untk Real Madrid. Tapi klub menunjuk Ole Gunnar Solksjaer, mantan pemain MU yang ketika itu melatih klub di negerinya, Norwegia. 

Ole yang pernah bermain bersama David Beckham tahun 2000-an, hanya diberi status sebagai pelatih sementara hingga akhir musim, sambil menunggu didapatnya pelatih yang tepat untuk mengangkat MU ke posisinya sebagai klub besar, kaya raya, terhormat dan disegani di dunia..

Kehadiran Ole di ruang ganti diakui banyak pihak sebagai membawa suasana nyaman dan menyenangkan. Sangat kontras dengan pendahulunya Mou yang kerap berseteru dengan pemain bintang semacam Paul Pogba, dan lain-lain. Tidak heran dengan atomosfir yang sangat kondusif antara pemain dan pelatih, hasil demi hasil yang bagus pun diraih di lapangan. 

Di bawah Ole, MU merengkuh tujuh kemenangan beruntun, termasuk dengan membekap Tottenham Hostpur di Wembley (0-1), Minggu 13 Januari 2019. Yang paling anyar adalah mengalahkan Brighton di Old Trafford dengan skor 2-1, pada Sabtu 19 Januari 2019. Posisi MU kini berada di peringkat enam, dengan catatan memiliki angka yang sama dengan peringkat kelima, Arsenal, gara-gara selisih gol Arsenal lebih baik. 

Liga tertua dunia ini sudah memasuki pekan ke-23. Masih ada 15 pertandingan lagi hingga musim ini berakhir. Mampukah Ole membawa klubnya itu ke posisi yang ideal, yakni peringkat 4 zona Liga Champions? Ini suatu pertanyaan penting untuk dia jawab demi memperpanjang masa kerjanya di Old Trafford, menjadi pelatih tetap. 

Sebab apabila dia dinilai sanggup membawa MU ke arah yang sesuai dengan kodratnya sebagai tim besar dunia, sudah pasti status permanen sebagai pelatih akan dia peroleh. Namun jika sebaliknya, nasibnya tiada beda dari pendahulunya, yang satu demi satu didepak manajemen karena dianggap tidak layak memegang klub raksasa sekelas MU. Semoga Dewi Fortuna menaungi Ole, sehingga dapat meneruskan kiprah dan mengembalikan kejayaan Setan Merah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun