Timnas PSSI belum pernah menjadi juara Piala AFF semenjak turnamen dua tahunan ini digelar sejak 1996. Tim Garuda hanya sampai ke final pada 2000, 2002, 2004, dan 2016. Bagaimana peruntungan Evan Dimas dkk., pada 2018 ini? Malam nanti, 17 November 2018, Â Tim Garuda melawan pasukan Negeri Gajah, Thailand, di Bangkok, guna melakoni pertarungan "hidup-mati" dalam lanjutan penyisihan Piala AFF 2018.
Evan Dimas dkk berangkat ke Thailand dalam kondisi sedikit galau sebab perolehan nilai belum mantap. Sekalipun saat ini berada di posisi ke-2 klasemen sementara, anak-anak asuhan Bima Sakti sama sekali tidak aman. Posisi kedua ini pun didapat gara-gara Singapura dikalahkan Filipina 0-1. Andaikata saja Singapura menang atau draw melawan Filipina beberapa waktu lalu, posisi Merah Putih berada di peringkat ke-3, sekalipun sukses membekap Timor Leste 3-1. Tapi Dewi Fortuna agaknya masih menaungi Tim Merah Putih, dan semoga dekapan Dewi Keberuntungan ini tetap hangat hingga di Thailand nanti.
Timnas PSSI tidak boleh kalah atas Thailand jika ingin terus melaju ke babak semifinal, apalagi target timnas ini adalah juara. Gelar juara adalah harga mati, mengingat semenjak turnamen ini diadakan, belum pernah menjadi juara, hanya sebatas runners up atau peringkat kedua. Kalau timnas dapat mengalahkan Thailand, di kandang lawan pula, berarti sejarah baru berhasil ditorehkan timnas PSSI. Langkah ini bukan hanya semakin memuluskan langkah anak-anak Garuda, namun akan menumbuhkan semangat baru dan rasa percaya diri. Sebab Thailand merupakan kekuatan sepakbola di Asia Tenggara, yang bahkan sudah meraih lima kali juara Piala AFF. Tim ini juga berstatus sebagai juara bertahan karena mereka juara pada 2016 lalu.
Sementara timnas Indonesia belum pernah menjadi juara sejak mengikuti kompetisi yang digelar pertama tahun 1996 tersebut. Thailand memang kerap menjadi momok yang menakutkan bagi tim Garuda, bahkan sekalipun pertarungan dilangsungkan di Tanah Air. Â Thailand sudah menyabet gelar juara ketika turnamen ini diadakan untuk pertama sekali 1996. Kala itu Thailand juara setelah mengalahkan Malaysia dengan skor 1-0 di final yang berlangsung di Singapura.
Lalu kenapa timnas PSSI tidak pernah juara, sementara turnamen sepakbola antarnegara-negara Asia Tenggara--yang awalnya bernama Tiger Cup--ini sudah 12 kali dilangsungkan? Padahal sudah pernah masuk final sebanyak 4 kali. Mungkinkah gara-gara terkena karma "sepak bola gajah" 1998?
Pada AFF tahun 1998, timnas PSSI tidak saja gagal juara, bahkan terlibat insiden yang memalukan dengan tim Thailand. Timnas Indonesia yang kala itu diperkuat para pemain "masa depan" yang merupakan, alumni Primavera Italia: Bima Sakti (kini pelatih timnas), Kurniawan Dwi Julianto dkk. Namun pada 1998 itu timnas membuat malu persepakbolaan karena pemain, berinisial ME, diduga dengan sengaja membobol gawang sendiri yang dikawal kiper Kurnia Sandy, sehingga timnas PSSI kalah dari Thailand. Thailand dan PSSI yang sudah pasti melaju ke semifinal, "berebut" untuk menjadi runners up Grup A. Soalnya kedua tim ingin menghindari Vietnam yang menjadi runners up Grup B, tapi bertindak sebagai tuan rumah.
Thailand dan PSSI mungkin merasa lebih enak menghadapi Singapura meskipun juara grup B. Maka PSSI ingin kalah, sementara Thailand dengan hasil draw saja sudah pasti jadi runners up. Akhirnya salah seorang pemain timnas PSSI menceploskan bola ke gawangnya sendiri, dan kalah. Sebab yang dicari memang kekalahan. Istilah saat itu: Thailand dan PSSI memainkan sepakbola gajah.
Ironisnya, di semifinal timnas PSSI malah ditaklukkan Singapura. Bahkan akhirnya justru Singapura yang keluar sebagai juara Piala AFF usai membekuk Vietnam dengan skor 1-0. Indonesia hanya kebagian peringkat 3 setelah benar-benar mengalahkan Thailand dalam adu penalti.
Timnas selalu ikut berpartisipasi dalam turnamen ini, namun tidak pernah jadi juara. PSSI masuk final empat kali tapi selalu kalah. Apakah ini merupakan karma dari sepakbola gajah yang mereka tampilkan pada 1998? Bisa saja. Dan Thailand sering menjadi penjegal Garuda pada laga-laga selanjutnya. Tahun 2000, Thailand yang tuan rumah mengandaskan PSSI di final dengan skor 4-1. Th 2002 PSSI yang dimotori Bambang Pamungkas kembali takluk di final oleh Thailand di Gelora Bung Karno, dalam adu penalti. Pada tahun 2008 Indonesia lagi-lagi kandas di kaki Thailand dalam laga kandang dan tandang. Vietnam yang juara setelah mengalahkan Thailand di Bangkok 2-1, dan menahan seri di Hanoi.
Pada final 2010 di Gelora Bung Karno, PSSI dihajar Malaysia. Sedangkan pada 2012, timnas tidak sampai di semifinal sebab hanya peringkat tiga Grup B. Tahun 2014 tim yang waktu itu dilatih Alfred Riedl bahkan gagal ke fase gugur. Dan pada 2016, lagi-lagi Thailand menghempaskan PSSI (2-0) di final yang berlangsung di Stadion Rajamangala Bangkok, pada Sabtu 17 Desember 2016. Nah, bagaimana nasib Riko Simanjuntak cs nanti malam di Bangkok?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H