Kasihan juga kita melihat PSSI seperti menghiha-hiba supaya Luis Milla kembali ke Indonesia untuk menandatangani perpanjangan kontrak sebagai pelatih timnas senior.Â
Pelatih sepakbola berkebangsaan Spanyol ini meninggalkan Indonesia setelah tim asuhannya, PSSI gagal meraih target di ajang cabang sepakbola ASIAN GAMES yang berlangsung di Jakarta - Palembang dari 18 Agustus sampai 2 September 2018. PSSI menargetkan Evan Dimas dkk finish di empat besar atau mencapai semifinal.Â
Terasa berat memang target ini mengingat raksasa-raksasa sepakbola Benua Asia, yang juga sudah menjadi langganan rutin Piala Dunia, ada di sana. Sebut saja Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi, bahkan Australia. Alhasil di Asian Games 2018 yang lalu, tim PSSI hanya masuk ke babak delapan besar! Padahal untuk kawasan Asia Tenggara saja, tim kita sangat berat untuk menjadi juara di SEA Games.Â
Kalau dulu momok PSSI di Asean hanya Thailand, Singapura, Malaysia, saat ini kemampuan timnas seluruh anggota ASEAN sudah hampir merata. Tidak ada lagi istilah pesta gol ketika melawan timnas mana pun di kawasan Asia Tenggara.
Atas pencapaian ini, bukan hanya Luis Milla yang kecewa, tetapi seluruh penggemar sepakbola nasional di negeri ini. Yang menjadi penglipur lara adalah penampilan timnas PSSI yang lumayan baik dan menghibur.Â
Memang sejak dipoles mantan pemain Real Madrid dan Barcelona tersebut selama kurang-lebih setahun, PSSI memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan. Selama pertandingan di Asian Games misalnya, para pemain timnas kita lumayan memukau dengan teknik-teknik individu dan kerja sama yang rapi dan terarah.Â
Maka wajar saja jika banyak yang mengharapkan tim ini akan semakin berkembang sehingga pada saatnya mampu membawa negeri ini ke ajang yang lebih terhormat: kontestan Piala Dunia!
Milla memang beda dibandingkan kebanyakan pelatih yang pernah menangani timnas kita. Jika gagal meraih target, kontraknya sudah tidak diperpanjang lagi, alias dipecat. Misalnya saja Alfred Riedl yang gagal membawa PSSI menjadi juara Piala AFF, November 2014 di Vietnam, langsung diputus kontraknya oleh PSSI.Â
Padahal mestinya pria berkebangsaan Austria ini punya durasi kontrak selama 3 tahun dihitung sejak 2013 saat penandatanganan korntrak. Namun sesuai perjanjian, karena tidak memberikan gelar juara, dia langsung diputus.
Milla yang dikontrak PSSI sejak 2017 sebenarnya juga tidak sukses memberikan gelar, terutama memenuhi target pada Asian Games 2018 lalu. Namun karena penampilan anak-anak Garuda tampak lebih menjanjikan di bawah asuhannya, induk sepakbola negeri kita pun sepakat meneruskan masa kerjanya.Â
Selama menangani PSSI, Luis Milla diasisteni oleh Bima Sakti, mantan kapten timnas. Pengurus sepakbola menaruh harapan pada Bima Sakti untuk belajar banyak dari Milla, sehingga suatu ketika nanti mampu menangani PSSI dan meraih prestasi.
Seusai Asian Games 2018, Milla mudik ke kampungnya. Sekalipun dia terhitung gagal, namun banyak suara yang menginginkan dia dikasih lagi kesempatan untuk membesut PSSI.Â
Para petinggi PSSI pun agaknya merasakan aspirasi publik sepakbola di Tanah Air, maka diputuskan untuk memperpanjang kontrak Milla. Meski yang bersangkutan sudah dihubungi untuk segera datang ke Indonesia guna menandatangani perpanjangan kontrak, kelihatannya dia kurang antusias. Â Alasan yang dia kemukakan antara lain sedang mengikuti kursus kepelatihan di Spanyol sehingga belum bisa datang ke Indonesia.
Tapi hingga sekian lama, belum juga ada jawaban pasti tentang kesediaannya memenuhi undangan pengurus PSSI. Pada kontak yang terbaru dengan pengurus PSSI pun dia tidak memberikan jawab yang pasti. Kepada Bima Sakti yang ber-WA dengan dia belum lama ini, Luis Milla konon hanya memberikan jawaban "see you". Dan kata-kata ini mengandung makna yang multitafsir. Bisa saja artinya dia akan datang, namun juga bisa hanya sekadar basa-basi yang tidak jelas maksudnya.Â
Memang sangat disesalkan sikap yang diperlihatkan oleh Luis Milla ini. Kalau memang tidak tertarik lagi menangani timnas Indonesia, dia bisa mengatakan dengan terus-terang sehingga insan sepakbola di negeri ini tidak mengharap-harap. Atau apakah Milla sudah "ketularan" salah sifat umum bangsa ini yang sok jual mahal kalau sedang dibutuhkan? Hanya Milla yang tahu.
Tapi dalam situasi seperti ini pengurus PSSI pun jangan mau terlalu memberikan toleransi. Saat ini kita memang sangat membutuhkan Milla karena belum ditemukan penggantinya yang tepat. Ada pun Bima Sakti, tampaknya belum begitu siap untuk mengambil alih tanggung jawab ini. Dia masih butuh waktu. Walaupun demikian, polemik seputar Luis Milla harus segera diakhiri.Â
Polesan Milla masih dibutuhkan untuk sepakbola Indonesia, namun di atas segalanya itu harga diri dan kehormatan bangsa ini jauh lebih penting dari sekadar tangan dingin seorang pelatih  Luis Milla.Â
Maka sebaiknya PSSI segera mengabaikan Luis Milla, dan mencari pelatih baru. Toh ada banyak pelatih sepakbola yang diyakini bisa mengangkat prestasi sepakbola nasional kita. Tidak harus dari luar negeri, pelatih di negeri sendiri juga banyak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI