Kegagalan ini mestinya membuat Ronaldo mulai berintrospeksi bahwa mungkin masa keemasannya sebagai atlet cabang sepakbola sudah memudar. Lega Calcio 2018/2019 sudah bergulir dua pekan, namun Ronaldo belum lagi mencetak gol untuk klub anyarnya, Juventus.
Pekan ke-3 Liga Italia ini menjadi pertaruhan bagi kekasih Georgina Rodriguez ini kala menghadapi Parma. Apakah ayah empat anak ini akan kembali menjadi mesin gol bagi klubnya, atau justru sebaliknya meredup dan tenggelam? Penasaran untuk mengikutinya. Tapi usia yang sudah tidak lagi proporsional baginya menjadi tantangan berat.
Tapi ada satu lagi dugaan mengapa Ronaldo berlabuh ke Italia, sebuah liga top dunia yang notabene belum pernah dia cicipi. Petualangan baru! Itu mungkin satu alasan baginya. Bisa jadi pemain yang terkenal dengan inisial CR 7 ini ingin menorehkan sejarah baru dalam hidupnya: pemain yang bisa memberikan gelar Piala Champions kepada klub besar mana pun yang dia bela.Â
Di MU dia berhasil meraih satu gelar Liga Champions tahun 2008. Di Real Madrid dia bahkan sampai empat kali merasakan gelar tertinggi supremasi sepakbola Benua Eropa tersebut.Â
Empat kali meraih gelar Liga Champions, bagi orang semacam Ronaldo yang punya jiwa "petualang dan pemenang" pasti membuat jenuh. Maka, ketika merasa masih punya peluang dalam bayang-bayang usia yang sudah mulai senja, dia pun ingin menorehkan sejarah itu bersama Juventus.Â
Pilihan Ronaldo atas klub Kota Turin ini memang tidak salah. Juventus adalah langganan juara Liga Italia, dan punya kapasitas untuk menjadi jawara Eropa. Nyonya Tua meraih Champions terakhirnya pada 1996.Â
Sesudahnya hanya beberapa kali menjadi runners up. Apabila Ronaldo berhasil membawa La Vecchia Signora memenangi Piala Liga Champions tahun ini, maka kapten timnas Portugal ini pantas menjadi salah satu lagenda di Juventus. Bila sebaliknya, Kota Turin hanya sebagai final destination yang hambar dan hampa baginya.
